PART.1

18.6K 850 14
                                    


Alena pov
--
Tubuhku terlempar dan membentur dinding dengan kuat.
Kepalaku berdenyut, pandanganku terasa berputar. Badanku rasanya sakit.

"Sudah aku katakan padamu Alena, jangan coba-coba kabur dariku!"
"Aku ingin sekolah!" Jeritku dengan suara nyaring.
"Kamu tidak bisa sekolah lagi, kamu harus menikah dengan Tuan Zack, sebagai pembayaran hutangku kepadanya!"
"Itu hutang Ayah, kenapa aku yang harus membayarnya!?"
"Aku berhutang untuk menghidupimu! Untuk biaya pengobatan Ibumu!"
"Bohong! Ayah berhutang untuk berjudi!" Sahutku dengan mata melotot gusar.

Plak..plak..
Aku mengusap kedua pipiku yang memanas karena bekas tamparan Baron, Ayah tiriku.
"Kamu pilih diantara dua Alena, menikah dengan Tuan Zack, atau aku jual kepada Ny. Amber!?"
"Aku tidak ingin keduanya, aku akan bekerja untuk menghidupi diriku sendiri juga ibuku!"

"Hahahaha...siapa yang mau menerima gadis pincang sepertimu Alena, harusnya kamu bersyukur karena Tuan Zack bersedia menikahimu meskipun pisikmu tidak sempurna! Dan aku tidak menerima penolakan, jika kamu menolak maka ibumu yang akan jadi korban penolakanmu!"
"Kamu mengancamku!?"
"Itu bukan ancaman kosong Alena, kamu cukup tahu siapa aku, kamu sudah hidup 10 tahun bersamaku, kamu pasti tahu kalau aku tidak segan untuk melaksanakan ancamanku!" Baron terdengar menggerutukan giginya, matanya tajam mengancam menatap tepat ke manik mataku, aku menantang tatapannya tanpa rasa takut secuilpun di dalam hatiku.

"Aku tidak takut!"
"Oh ya, jadi kamu tidak takut ibumu mati secara perlahan karena tidak menerima pengobatan akibat tidak adanya biaya!?"
"Kamu itu pria pengecut, berlindung dibalik ibuku yang sedang sakit, memakai keadaan ibuku sebagai senjata untuk melumpuhkan aku!"
"Hahahaha...analisa yang cukup baik Alena, dan kamu pasti tahu kalau aku mampu melakukan apapun demi untuk tujuanku!"
Aku sangat jijik melihat seringai dari wajah Baron.

Baron yang sekarang bukan lagi Baron yang aku kenal diawal pernikahannya dengan ibuku.
Entah apa yang merubahnya sehingga menjadi bajingan seperti ini.

"Pengacara Tuan Zackbsudah mengurus pernikahan kalian, besok kamu tanda tangani semua surat-surat itu, dan Tuan Zack akan langsung membawamu ke rumahnya, jangan mencoba membantahku apalagi untuk mencoba untuk kabur Alena, ingat apa yang akan terjadi pada ibumu jika kamu melakukannya" Baron menatapku dengan tatapan dan sikapnya yang mengintimidasi.
Aku membuang pandanganku, rasanya ingin sekali kuludahi wajahnya, tapi aku takut ia akan mencurahkan kemarahannya pada ibuku.

---

Hari pernikahan itu sudah terjadi, sampai saat ini Baron hanya mengijinkan aku melihat ibuku dari kejauhan saja.
Dia tidak mengijinkan aku mendekati ibuku.

Aku tidak ingin menangis di depan Baron, aku tidak ingin menunjukan kelemahanku di depannya.
Aku tahu ia tidak akan menyakiti ibuku, karena ibuku adalah senjatanya untuk melemahkan aku.

--

Aku sudah menikah dengan Tuan Zack, tapi kami tidak dipertemukan sebagaimana layaknya sepasang pengantin.
Aku tidak tahu apa alasan Tuan Zach tidak ingin aku melihat seperti apa dia.

Apa dia sangat tua?
Apa dia buruk rupa?
Ataukah dia memiliki kekurangan seperti aku juga.

Sejak lahir kakiku berbeda panjangnya, tapi saat berjalan aku berlatih untuk menyamarkan kepincanganku.
Selebihnya, semua orang memujiku cantik, sangat cantik bahkan menurut penilaian orang-orang, tubuhku tumbuh dengan sempurna, meski tubuhku tidak terlalu tinggi, tapi orang mengatakan aku seksi.

Payudaraku besar, bulat dan sempurna, meski aku berusaha menyamarkannya dengan pakaian longgar yang aku kenakan, tetap saja orang bisa menilainya.

Saat ini aku sudah berada di rumah Tuan Zack yang sangat besar dan megah. Dua orang pelayan berseragam hitam putih mendekatiku.
"Silahkan Nyonya, kami akan membantu anda membersihkan diri" salah satu dari mereka berbicara, tapi keduanya membungkuk dengan penuh hormat.

Aku dibawa menaiki tangga menuju lantai atas. Salah satu dari mereka membuka pintu kamar. Terpampanglah dihadapanku, sebuah kamar yang dalam mimpipun aku tidak pernah melihat kamar luar biasa seperti ini.

Seluruh furniture, horden, sprei, bahkan keset kakipun berwarna hijau, warna kesukaanku.
"Silahkan Nyonya"

Aku masuk masih dengan perasaan takjub  akan apa yang ada di hadapaku.
"Biar kami membantu Nyonya untuk melepaskan pakaian Nyonya"
Aku menggelengkan kepalaku.
"Tidak usah, terimakasih"
"Maaf Nyonya, ini sudah tugas kami untuk melayani anda, tolong jangan tolak bantuan kami, Tuan Zack bisa memarahi kami kalau Nyonya menolak kami layani"

Akhirnya aku membiarkan kedua pelayan itu melayaniku.
Aku merasa seperti seorang Harem yang tengah dipersiapkan untuk melayani Raja.

--

Kedua pelayan itu sudah membantuku mandi, dengan menggosok seluruh tubuhku dengan sabun yang aku tidak tahu apa merknya.
Rambutkupun menjadi sangat wangi dan lembut, layaknya baru dari perawatan di salon kecantikan.

Mereka hanya memakaikan aku baju tidur berwarna pink yang hanya menggantung dengan dua simpul di atas bahuku, tanpa ada apapun lagi yang melekat di tubuhku selain itu.
Aku hanya menurut saja, tanpa bicara, tanpa air mata.
Aku tidak ingin ibuku menderita, Tuan Zack lewat pengacaranya berjanji kepadaku, akan memberikan pengobatan terbaik bagi ibuku.

Aku berbaring di atas ranjang dalam gelap, hanya ada cahaya remang dari lampu kamar mandi yang masuk ke dalam kamar lewat celah yang ada di atas pintu kamar mandi.

Dua pelayan itu mengatakan, kalau aku tidak boleh menyalakan lampu sampai nanti Tuan Zack ke luar dari kamarku setelah aku melayaninya.

Apakah dia sering tidur dengan banyak wanita?
Kenapa dia tidak ingin aku menyalakan lampu?
Apakah dugaanku kalau dia tidak sempurna adalah benar?
Berbagai pertanyaan kembali menyesaki benakku.

Suara pintu yang di buka perlahan mengagetkan aku. Dalam cahaya remang aku bisa melihat betapa  tinggi dan besarnya dia.
Tiba-Tiba saja aku merasa cemas, cemas bercampur rasa takut.

"Buka bajumu!" Suara yang terdengar berat memerintahku, dan aku langsung melepas pakaianku tanpa berkata apa-apa, karena aku tahu menolakpun akan sia-sia.

"Buka pahamu!" Perintahnya lagi.
Dengan berat hati kubuka lebar pahaku.

Apakah dia seorang pria yang tidak bisa berbasa basi?
Apakah dia seseorang yang bercinta langsung pada menu utamanya?

Usiaku memang baru 17 tahun, tapi aku tinggal di komplek pelacuran dari aku dilahirka.
Ibuku dulunya seorang PSK, yang kemudian naik jabatan jadi boss para PSK.
Jadi sedikit banyak aku tahu bagaimana cara orang bercinta, kadang karena penasaran aku suka mengintip video-video hot juga. Untungnya rasa penasaranku hanya sampai di situ, karena kesucianku masih terjaga sampai malam ini, dan suamikulah yang akan memilikinya, meski tanpa adanya cinta.

"Aaakhhh...sssshhh" aku mendesah tertahan saat merasakan vaginaku di sedot dengan sangat kuat, tubuhku menjadi gemetar karena mendapatkan serangan mendadak langsung pada inti tubuhku.

"Aaaarrghhh....enghhhhhh....awwwww..." lenguhan dan jeritanku membuat aku malu sendiri.
Tapi aku tidak bisa diam, mulut pria yang kuyakini sebagai tuan Zack itu, begitu lihai mengeksplor daerah sensitifku sehingga aku merasakan kenikmatan luar biasa yang menjalari sekujur tubuhku.

Aku pernah berpikir, kalau bibirkulah yang akan menjadi sasaran utama bibir seorang pria, tapi ternyata aku salah, karena bibir vaginakulah pemenangnya.

--bersambung--

CINTA ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang