Perihal Melepas Langkah

215 8 2
                                    

Berada dalam ikatan sebuah rasa memang butuh perjuangan. Aku harus berkali-kali mengertimu agar setidaknya tatapanmu tak lagi menjauhkan. Aku juga berusaha tetap berdiri di sampingmu. Menjadi benteng kokoh yang kuat dan siap menopang setiap sedihmu.

Kita kala itu menatap ke arah yang sama. Arah di mana langit mementaskan senja diantara banyak mata. Kau dan aku sama-sama tahu, ada hal yang harus hilang ialah keindahan jingga yang dihantam gelap tiba-tiba. Seperti terangnya jagat hati ini yang tak ku sangka kau redupkan cahayanya seketika.

Aku gelap, saat di mana tawamu yang ku lukiskan lewat tulisan memilih lenyap. Pamit begitu saja bersama langkahmu ketika jemari kita terlepas dari dekap.
Aku di biarkan seperti daun. Terinjak ke sekian tak ada perasaan yang ingin berteman.

Akhirnya aku sadar, hidup bukan lagi harus memikirkan hal yang sejatinya tak bisa kita paksa untuk kembali. Pergi dengan cara apapun terkadang merindukan pulang meski harus dibuat sabar oleh kata nanti. Tekadku semakin kuat. Aku mulai belajar merelakan demi bisa melanjutkan. Sebagian tujuan yang belum sampai untuk ku wujudkan.

Maka, iring-iringan pikiranku untuk melepasmu kian membuat raga ini tergerak. Sanggup perlahan lahan membiarkan jarak-kita di satu titik dalam benak. Aku tak ingin terus berputar dalam resahnya kehidupan. Juga tak ingin berlama-lama menjadi tiang tinggi diantara hamparan. Kenyataan membangunkan aku dari mimpi yang tak bisa lagi ada. Hancur oleh sebabmu yang ingkar atas semua hal diantara kita.

Dengan sungguh aku melepas untuk menghilangkan bekas. Kelak nanti aku menemukan yang lebih pantas agar tak lagi kandas.

Melepas LangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang