Chapter 1

504 16 1
                                    

Kim Taehyung.
19 tahun.
Siswa kelas XII di SMU Bighitz, sekolah khusus laki-laki. SMU ini peringkat kedua se-Seoul. Peringkat kedua dalam katagori SMU terjelek. Jadi tidak heran, jika sebagian besar murid-muridnya terdiri dari para berandalan berwajah masa depan suram, tua, lumutan dan juga berotak dangkal.
Tapi tidak termasuk diriku dan Bangtan. Meskipun umurku baru 19 tahun, setidaknya wajahku tampan, mempesona, dan bersinar-sinar. Otakku juga pas-pasan dan tidak dangkal seperti yang lain. Aku pernah tinggal kelas 2 kali, itupun karena aku malas belajar dan aku tidak rela harus meninggalkan sekolah terkutuk itu. Lebih tepatnya aku masih ingin menikmati masa-masa di sekolah bersama Bangtan, gank yang berkuasa di SMU Bighitz.
"Kalau sampai tinggal kelas lagi, tahun depan tidak usah sekolah! Bantu papamu berjualan!", teriak wanita cantik berambut merah panjang, wanita itu mamaku.
Aku hanya mendengus mendengar omelan mama yang sama persis seperti ketika aku tidak naik kelas tahun lalu.
"Mama tidak kreatif, kalimatnya itu-itu terus!"
"Jika tidak ingin mendengar kalimat basi ini, maka cepatlah lulus sekolah! Jangan banyak tingkah!",
"Iya, iya~ aku berangkat~", dengan tidak bersemangat, aku keluar rumah sambil menjinjing tas sekolahku.
Kalau seperti ini terus, mau tidak mau, aku harus lulus sekolah. Setelah itu langsung berjualan seperti papa.
Papa menjabat sebagai direktur di perusahaan sparepart. Meskipun berpangkat direktur, papa lebih senang turun langsung ke lapangan, menawarkan produk-produk ke customer. Mama ingin aku mencontoh kegigihan papa.
Ya, semoga saja aku bisa segigih papa.
Di depan kelas XII-C, kelasku. Lebih tepatnya di lorong koridor, tampak berdiri beberapa murid laki-laki bergaya preman. Mereka siap membully adik kelas yang melintasi area mereka. Mereka menamainya jalur Gaza dan tentu saja akulah penguasa area ini.
"Wah! Ada mangsa nih!", ucap Hoseok melirik seorang murid laki-laki, dari warna dasi yang dikenakannya, murid itu kelas X.
Hoseok, Jin dan Jimin mulai bersiap-siap menghadang murid itu.
"Kau tidak ikut?", tanya Namjoon yang menguap dengan lebar.
"Malas", jawabku memasuki kelas.
"Sama", Namjoon lebih tertarik tidur di kelas daripada tebar pesona. Sedangkan aku lebih tertarik membaca manga dewasa yang dipinjami Hoseok.
"Hai, bocah!", Hoseok mulai menyapa murid itu.
"Tolong minggir, Sunbae", melalui jendela aku bisa melihat dia tersenyum ramah hendak melewati Hoseok, tidak ada rasa takut di wajahnya.
Hoseok mengeluarkan kegarangannya, mencengkram kerah seragam murid itu.
"Kau sunguh berani, bocah!",
"Hey! Jangan merusak penampilanku!", murid itu berhasil menepis cengkraman Hoseok. Dia merapikan dasinya yang longgar.
"Sepertinya kita harus memberinya pelajaran", saran Jin.
Hoseok dan Jin mulai merenggangkan otot, sedangkan Jimin malah diam mematung memperhatikan murid itu. Entah apa yang membuatku berdiri dan menghampiri mereka.
Aku menendang meja untuk memulai aksiku.
"Jangan macam-macam, bocah!", aku meninggikan suaraku agar terdengar sangar.
Murid itu terpaku menatapku, bola mata oniks itu tidak bergerak sedikitpun. Dia pasti takut melihat aura kepremananku.
Kutarik kerahnya agar dia mendekat. Kuplototi dia, berharap dia terkencing di celana.
"Kau ingin menciumku, Alien?", tanyanya dengan wajah polos.
"Ih! Najis!", langsung kudorong dia hingga menabrak meja.
Aku memeluk diriku yang merinding. Jika dia perempuan sih boleh-boleh saja, tapi dia laki-laki! Memangnya aku...
"Kau boleh menciumku, beb", tawar Jimin.
Astaga! Aku baru ingat, bahwa Jimin itu hombreng! Pantas saja dia diam saja dari tadi. Dan kebetulan murid itu adalah tipe Jimin. Kulit putih, rambut dan bola-mata hitam seperti gadis asia. Ditambah lagi postur tubuh yang tinggi ramping dan datar.
"Tidak mau! Jiwa dan ragaku hanya untuk Alien!", tolak murid itu angkuh.
"Siapa yang kau sebut 'Alien'! Aku ini Kim Taehyung! Dasar bocah!", makiku.
Wajah murid itu mendadak sendu.
"Kau tidak ingat padaku, Alien?",
"Memangnya siapa kau?",
"Aku Jungkook",
"Aku tidak kenal!",
"Kalau Jeon Yoongi? Apa kau kenal?",
"Kenal",
Jeon Yoongi adalah makhluk beruntung yang berhasil mengalahkanku dan Bangtan. Aku tidak mungkin melupakan semua yang telah dia lakukan pada Bangtan!
Murid itu mendadak tersenyum lega.
"Nah! Aku Jeon Jungkook, adik Jeon Yoongi",
"WHATS!", mataku terbelalak kaget, tidak hanya aku, tetapi semua yang mendengarkannya ikut terkejut. Kami semua tahu, siapa itu Jeon Yoongi.
"Apa kau sudah mengingatnya, Alien?",
"Tidak mungkin bocah hombreng sepertimu itu adik Yoongi!",
"Benar! Model rambutmu tidak mirip dengan Yoongi!", sambung Hoseok.
"Apa perlu aku memanggil Jeon Yoongi ke sini?", cibirnya menanggapi keraguan kami.
"Tidak perlu!", tolak kami kompak.
Kami tahu seberapa menakutkannya Jeon Yoongi itu kalau marah. Dan akupun tidak ingin melihatnya lagi.
- Flashback -
Kejadian 3 tahun silam, Saat itu Bangtan baru saja terbentuk. Meskipun baru, tetapi Bangtan tetap menakutkan di mata orang lain. Tapi tidak bagi Jeon Yoongi, senior kelas XII, yang pernah tinggal kelas 1 kali. Dia hanya sendirian, tapi dia mampu mengalahkan Bangtan yang terdiri dari Hoseok, Jin, dan Namjoon. Jimin saat itu belum ada.
Amarahkupun mulai memuncak melihat teman-temanku babak belur. Kami mengatur strategi untuk membalas dendam kesumat. Tetapi strategi itu tidak pernah berhasil.
Suatu hari, Dewi Fortuna sepertinya mendukung kami. Sore itu Jin membawa seorang bocah laki-laki berkacamata kotak ke markas. Penampilan bocah itu cupu, mengenakan seragam SMP Internasional Seoul, SMP paling top-markotop se-Seoul, wajar saja penampilannya seperti siwa teladan alias cupu. Bocah itu bernama Jeon Jungkook, adik kandung satu-satunya dari Jeon Yoongi.
Jin bilang, bocah itu bisa dijadikan pelampiasan. Itu ide yang bagus!
"Berisiaplah bocah! Khukhukhu...", kami berseringai seperti serigala yang bersiap menyantap seekor domba.
"Hn?", masih dalam posisi duduk manis, Jungkook memiringkan kepalanya menatap kami satu persatu.
"Mengapa kau memasang ekspresi seperti itu!", marah Hoseok karena tidak melihat ekspresi ketakutan dari wajah Jungkook.
"Lalu? Aku harus apa?", tanya Jungkook yang masih polos.
"Setidaknya kau berteriak minta tolong atau memohon pada kami", jawabku.
"O, begitu", angguknya.
"Sepertinya bocah itu 'agak-agak'", bisik Namjoon melihat Jungkook menggaruk-garuk pelipisnya, seperti orang kebingungan.
"Ne, mengapa aku harus berteriak minta tolong atau memohon pada kalian?", tanya Jungkook lagi.
Ya, Jungkook memang agak-agak. Dia terlalu polos menjurus bodoh. Tidak tahu dunia premanisme.
Akhirnya kami memutuskan untuk menjadikan Jungkook sebagai sandera. Yoongi adalah musuh kami, dan Jungkook tidak ada hubungannya walaupun dia adalah adik Yoongi.
"Hei, Alien! Ini penculikan ya? Wah! Keren! Aku tidak menyangka akan diculik!", seru Jungkook, "hei, berapa uang yang kalian minta? Usahakan minta yang banyak ya! Karena nilaiku sangat saaaangat mahal!",
Karena dia terus berbicara, aku mengikatnya di bangku, menutup mulutnya dengan plester hitam.
Beberapa jam kemudian, Yoongi datang ke markas Bangtan.
"Hyung~", panggil Jungkook seperti teraniaya, tidak ada yang menyuruhnya beracting seperti itu, ini inisiatifnya sendiri.
"Lepaskan adikku!", gertak Yoongi melihat kedua tangan adik kesayangannya terikat ke belakang.
"Setelah kami puas menghajarmu", ucap Hoseok.
"YEAH!", ketiga temanku berteriak bersama-sama, lalu menyerbu Yoongi. Yoongi pasrah menerima serangan, dia tidak membalasnya.
"Mengapa kalian memukul kakakku?", tanya Jungkook melihat kakaknya dikeroyok.
"Karena kakakmu memukul teman-temanku",
"Maafkan kakakku...hiks...hiks... Jangan pukul kakakku...", pinta Jungkook terisak, aku tidak tahu kapan dia mulai menangis?
"Alien, tolong hentikan mereka...hiks..hiks... Aku tidak mau main penculikan lagi... Aku takut...",
Akhirnya aku luluh karena tangisannya yang memilukan itu. Aku menyuruh ketiga temanku untuk berhenti.
"Apa kalian sudah puas memukulku?", Yoongi tergeletak di tanah dengan wajah babak belur.
Kulepaskan ikatan Jungkook, dengan cepat bocah itu berlari dan memeluk Yoongi.
"Maafkan aku, Hyung~",
"Hyung baik-baik saja, Kookie", Yoongi tersenyum lembut sambil menyeka air mata di pipi Jungkook.
"Tapi Hyung berdarah",
"Tidak sakit kok!",
Apa dia bilang? Tidak sakit? Sombong sekali dia!
Yoongi membisikkan sesuatu di telinga Jungkook. Jungkook mengangguk dan berlari meninggalkan markas.
Yoongi bangkit berdiri.
"Berani sekali kalian menculik adikku. Sekarang rasakan pembalasanku, banci-banci Bangtan!", seringai Yoongi mengeluarkan aura mematikan.
Meskipun dia babak belur, tapi dia masih bisa bergerak gesit. Hingga akhirnya dia berhasil merobohkan ketiga temanku dan mengalahkanku dalam duel one by one.
Cih! Dewi fortuna sudah terbang ke pihaknya!
"Jika kalian membenciku, maka lawan aku secara jantan. Jangan pernah melibatkan adikku. Memanfaatkan adikku adalah cara terbanci yang pernah kuhadapi",
- Flashback End -

TBC

JEON JUNGKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang