Bonus Chap END

345 14 1
                                    

Taehyung enggan melakukannya, lebih memilih duduk termenung di taman sekitar.
Teman-temannya sudah memberi tahu Taehyung bahwa akulah yang menyuruh mereka untuk menghancurkan hubungannya dengan Jungkook. Dia tidak marah padaku, dia malah berterima kasih padaku karena telah memberi pelajaran berharga padanya. Setelah merasakan hari-harinya tanpa Jungkook, barulah dia sadar bahwa Jungkook lebih penting dari apapun.
"Seharusnya kau memilih Jungkook daripada sahabatmu",
"Aku melepaskannya, karena cintaku padanya tidak begitu kuat. Seharusnya aku tahu, bahwa Bangtan tidak akan meninggalkanku meskipun aku menghiraukan mereka. Mungkin karena aku takut kesepian, sehingga aku lebih memilih mereka. Aku telah menyakiti Jungkook, aku memang tidak pantas untuknya", lirih Taehyung.
"Hn", anggukku.
"Bagaimana keadaan Jungkook?",
"Dia baik-baik saja",
Taehyung tersenyum lega.
"Dia sedang di Busan. Sibuk menyiapkan pesta pertunangannya", bohongku.
"Pesta pertunangan?", wajahnya tampak terkejut.
Rasakan ini! HYaaaa!
"Hn. Dia sudah dijodohkan dengan gadis lain, mereka akan menikah setelah lulus sekolah nanti",
Kalau yang ini, aku tidak berbohong lho! Jungkook dan Jenny memang akan menikah setelah lulus sekolah nanti.
"O, begitu. Aku senang dia bisa hidup normal", dia memaksakan diri untuk tersenyum, padahal aku bisa melihat matanya memerah.
"Kau sakit hati?",
"Hn", Taehyung mencengkram dadanya, "Padahal akulah yang mencampakkannya, tapi rasanya seperti dialah yang mencampakkanku. Miris...",
Sebenarnya yang lebih miris itu aku. Aku sudah tahu bahwa mereka saling mencintai, tapi aku malah memisahkan mereka semakin jauh. Tapi, ini untuk masa depan Jungkook.
"Jungkook akan melupakanmu dan hidup bahagia. Kuharap kau juga bisa move on", saranku.
"Kau pikir, bisa semudah itu move on?",
"Jungkook bisa melakukan",
"Ck!", decaknya.
DRttt DRtttt
Ponselku bergetar di dalam saku celanaku.
"Ah! Dari Jungkook. Dia pasti ingin bercerita banyak tentang tunangannya yang cantik itu", bohongku lagi.
Taehyung segera berpamitan padaku, tapi tidak kuhiraukan.
"Ya? Ada apa, Kookie?",
"Hyung...bagaimana ini?...Aku memotongnya terlalu dalam... ", suara Jungkook sangat pelan.
"Apa yang sedang kau potong?",
Mendengar nada suaraku yang cemas, Taehyung tidak jadi pergi.
"Terlalu dalam...darahnya banyak... Aku... pusing...",
Dalam pikiranku langsung terbayang, Jungkook sedang melukai dirinya.
"Kau dimana, Jungkook!", teriakku.
"Aku...melihat eomma...",
"Ini tidak lucu! Katakan kau dimana!",
Taehyung langsung menyambar ponselku.
"Bocah! Kau dimana sekarang!", bentak Taehyung, wajahnya tak kalah cemas dariku.
". . . . .",
"Aku tidak akan meninggalkanmu! Katakan, dimana kau sekarang!",
". . . . .",
"Markas?",
Taehyung mulai berlari, sambil terus terhubung dengan Jungkook. Dengan tangan yang lain, dia mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Memberikan ponselnya padaku, menyuruhku untuk memanggil ambulance.
Di markas, kami tidak menemukan Jungkook. Dia tidak ada di sana.
"Bocah! Kau membohongiku?", marah Taehyung yang masih terhubung dengan Jungkook.
". . . . ."
"Bocah! Jawab aku!",
Taehyung mematikan panggilan dan mencoba menghubungi Jungkook kembali. Panggilan tersambung, tetapi tidak diangkat. Kami berkeliling di sekitar markas untuk mencari Jungkook.
Tullallit Tullallit
Terdengar bunyi ponsel yang berasal dari belakang markas. Segera kami berlari menuju ke sana.
Tullallit Tullallit
Tampak Jungkook tergeletak tidak bergerak, darah segar mengalir dari pergelangan tangan kirinya yang teriris, wajah pucatnya terciprat darahnya sendiri.
"bocah!", Taehyung memeluk tubuh Jungkook.
Samar-samar bibir pucat Jungkook bergerak, ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak keluar.
Taehyung membisikkan sesuatu ke telinga Jungkook. Jungkook membalasnya dengan tersenyum kecil.
Di rumah sakit.
Taehyung masih terus berjaga di sisi Jungkook yang masih belum sadar dari tidur panjangnya.
"Pulanglah, biar aku yang menjaganya",
"Aku ingin dia melihatku saat bangun nanti", tolaknya, pandangan menatap sendu ke wajah pucat Jungkook.
"Hubungan kalian sudah berakhir",
"Jungkook seperti ini karena aku",
"Maka dari itu, kau tidak seharusnya menampakkan diri di hadapannya",
"Aku berjanji tidak akan meninggalkannya",
"Dia tidak butuh janjimu",
"Jangan mengusik hubungan kami, Yoongi-sii", pintanya, "Kumohon~",
Karena tatapannya begitu mengiba, akhirnya aku terpaksa mengalah. Kutitipkan Jungkook padanya.
2 hari kemudian.
Keadaan Jungkook sudah agak membaik, meskipun kadang dia mengeluh kepalanya masih pusing karena bau obat-obatan. Besok dia sudah diizinkan pulang. Akibat dari usaha bunuh dirinya itu, tangan kirinya tidak dapat berfungsi dengan baik.
"Seperti bukan tanganku saja", Jungkook menatap tangan kirinya yang kaku dan sulit digerakkan.
"Salahmu sendiri",
"Hn. Aku selalu salah", angguknya.
"Mengapa kau ingin bunuh diri?",
"Aku tidak ingin mati sebelum keinginanku tercapai!",
"Lalu ini apa?", aku menunjuk pergelangan tangannya yang diperban.
"Iseng",
Aku menarik piyamanya, menatapnya penuh amarah.
"Iseng, kau bilang? Apa kau tahu bahwa nyawamu hampir melayang?",
"Aku tidak tahu!",
"Kau benar-benar bodoh!", aku menggigit bibirku, menahan diri untuk tidak menghajarnya.
"Jangan terus menyalahkanku!", Jungkook menghentakkan kepalanya dengan kuat, untung di belakangnya ada bantal. Kalau dinding? Dia mungkin sudah gegar otak.
"Mengapa kalian terus menyalahkanku? Tolong, bela aku. Sekali saja, Hyung. Bisa kan?", matanya mulai berkaca-kaca.
Aku melepaskan cengkramanku, dan beralih memeluknya. Mengusap-usap punggungnya.
"Jika ada masalah, kau bisa cerita padaku. Jangan memendamnya sendiri. Bukankah aku adalah kakakmu?",
"Hn. Aku nyaris melupakan itu",
Dasar, adikku yang bodoh!
Di taman, masih di sekitar rumah sakit.
Aku sedang mengintip Taehyung dan Jungkook. Aku penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan Taehyung? Aku takut, Taehyung berbuat macam-macam pada Jungkook.
"Kau tidak marah padaku?", tanya Jungkook ragu.
"Untuk apa?",
"Karena aku menampakkan diri di hadapanmu. Bukankah kau bilang, tidak ingin melihatku lagi?",
"Hn", angguknya, "Awalnya aku memang tidak ingin melihatmu lagi. Tapi, jika ada kau di sisiku, rasanya jauh lebih hidup dan berwarna",
Jungkook mencubit pipinya dengan gemas. Memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi.
"Lalu, akhirnya?", tanya Jungkook menunggu kelanjutan perkataan Taehyung.
"Akhirnya aku memutuskan bahwa... Jeon Jungkook tidak boleh jauh dari Kim Taehyung",
Wajah Jungkook berseri-seri merona mendengar gombalan itu.
"Kau harus bersamaku, Kookie!",
Jungkook menutup mulutnya yang menganga terkejut.
"Aku boleh tinggal bersamamu?", tanya Jungkook meyakinkan Taehyung.
"Tentu!",
"Selamanya?", Jungkook menjulurkan jari kelingkingnya, meminta Taehyung untuk berjanji.
"Hn. Selamanya", Taehyung ikut mengaitkan jari kelingking ke jari kelingking Jungkook.
Jungkook menahan diri untuk tidak melompat dari kursi roda.
"hei, Alien. Ayo, cium aku!", pintanya tiba-tiba.
"Heh!?", Taehyung dan aku sama-sama terkejut.
"Kau tidak mau menciumku?", cibir Jungkook yang tampak menggemaskan di mataku.
"Baiklah",
Taehyung perlahan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Jungkook. Secepat kilat, aku menghampirinya. Menarik jauh kursi roda yang diduduki Jungkook.
Gotcha! Aku berhasil menyelamatkan bibir perawan adikku!
"Hyung, kau merusak momen first kissku!", desis Jungkook.
Aku beralih menatap Taehyung yang sedang tecengar-cengir bodoh.
"Adikku masih di bawah umur. Jika ingin menciumnya, tunggu hingga umurnya 20 tahun ke atas!",
"Terlalu lama, Hyung!", bantah Jungkook.
"Kurasa Hyungmu benar. Kau harus menunggu 5 atau 6 tahun lagi, Kookie", bujuk Taehyung mengedipkan sebelah matanya dengan genit.
"Uh! Terlalu lama!", dengus Jungkook.
"Tidak terlalu lama, jika kita terus bersama",
Jungkook menatap Taehyung dengan tatapan 'Oh~ So Sweet~'.
Ck! Si pirang ini pintar sekali menyenangkan hati Jungkook. Apa aku harus berguru padanya?
Mengetahui Jungkook sudah pulang dari rumah sakit, Taehyung langsung bergegas ke rumah. Beruntung, Jungkook sedang tidur sehingga usahanya untuk bertemu dengan adikku sia-sia.. ahahahaa..
Sambil menunggu Jungkook bangun, dia ingin berbicara berdua saja denganku. Aku membawanya ke dojo, untuk berbicara lebih privat.
"Izinkan aku untuk memacari adikmu!", pinta Taehyung membungkuk 90 derajad.
Sedikit terkejut dengan sikapnya itu. Menghiraukannya, aku mengambil 2 buah pedang bambu.
"Adikku adalah pusaka berharga di klan Jeon. Tidak semudah itu kau merebutnya dari kami!", kulempar sebuah pedang bambu padanya. Dengan sigap, dia menangkap pedang bambu tersebut.
"Lawan dan kalahkan aku!", perintahku dalam posisi ready.
"Heh?!",
"Buktikan kalau kau pantas untuk adikku!",
Dengan sangat terpaksa dia mengambil ancang-ancang, bersiap bertanding denganku.
Skip skip skip
TaaaaK
Pedang bambu yang dipakai Taehyung patah karena seranganku yang begitu kuat.
"Ck! Kau kalah!", decakku sambil berseringai kemenangan, "Orang lemah tidak mungkin bisa melindungi adikku",
"Aku memang kalah darimu. Tapi aku bukan orang lemah!",
Taehyung tiba-tiba bersujud.
"Izinkan aku untuk berpacaran dengan Jungkook! Aku berjanji akan menjaga dan tidak menyakitinya lagi! Tolong restui hubungan kami!",
Aku cukup tergerak dengan sikapnya yang ngotot ini.
"Bagaimana jika kau melanggar janjimu?",
"Aku akan menerima konsekuensi darimu",
"Hn",
Tidak enak hati menolak permintaannya, ditambah lagi dia rela berdogeza di hadapanku. Aku ragu, apa dia bisa membahagiakan Jungkook?
"Terimakasih, Hyung!", ucapnya dengan tegas, kembali membungkuk.
"Hey! Aku tidak bilang 'iya'",
"Hn itu 'iya'", dia malah tercengir bodoh.
Ya. Aku tidak bisa menolak. Jika aku bersikeras menentang hubungan mereka, bisa-bisa Jungkook yang tersakiti.
Kuharap dia bisa membahagiakan Jungkook.
Walaupun masih belum sembuh total, Jungkook ngotot ingin mengurus pesta ulang tahunnya akan diadakan di rumah. Semua menu, dialah yang memasaknya. Jungkook sangat menantikan pesta ini. Dia bahkan telah menyebar kartu undangan yang dibuatnya sendiri kepada teman-temannya.
"Ini akan menjadi pesta ulang tahun yang tak terlupakan!", serunya antusias.
Dia melakukan ini semua tanpa izin kakek. Saat kakek pulang nanti, dia pasti akan dimarahi habis-habisan. Dan aku sebagai kakak, akan maju di garis depan untuk membelanya.
Aku tidak ingin merusak momen indah Jungkook.
Ah~ Semoga saja kakek betah liburan lebih lama lagi di Hawaii sana.
Hari itu telah tiba, pesta 2 jam lagi akan dimulai. Jenny beserta 12 bodyguardnya datang memberi kejutan untuk Jungkook. Mereka datang jauh-jauh dari Busan. Luar biasa!
Jenny terlihat anggun mengenakan kimono pink, bercorak bunga Jenny. Rambut pinknya, tersanggul rapi dengan konde khas klan Haruno.
"Kookie-ah~", panggil Jenny dari kejauhan.
"Jenny~",
Silakan bayangkan mereka seperti adegan di film Bollywood.
Mereka saling berpegangan tangan sambil berputar-putar. Jungkook menyambut kedatangan Jenny dengan senang.
Aku tidak menyangka mereka bisa semesra ini. Setahuku, Jungkook tidak menyukai Jenny. Atau jangan-jangan, Jungkook ingin poligami?
"Aku rindu padamu, Jungkook-ah~", Jenny mencium pipi Jungkook.
"Aku tidak suka ini, Jenny", dengan cepat, Jungkook menghapus noda lipstik yang menempel di pipi porcelainnya.
"Ow, maaf, maaf... Aku terlalu rindu padamu...hahaha...", Jenny membantu menghapus noda lipstik di pipi Jungkook.
Menyadari keberadaanku, Jenny datang menghampiriku.
"Hai, Hyung!", sapanya tersenyum manis.
Jenny adalah gadis yang manis dan cantik. Aku heran, mengapa Jungkook tidak klepek-klepek padanya?
Jika aku ada di posisi Jungkook, aku tidak akan menolak Jenny. Sangat beruntung memiliki istri secantik dan sepintar Jenny.
Sudah jam 7 malam. Pesta telah dimulai. Tapi tak satupun teman-teman Jungkook datang, termasuk Taehyung dan Bangtan.
Apa-apaan ini? Mereka ingin mempermainkan Jungkook?
Akan kuhabisi mereka semua!
"Kau tidak salah menulis undangan kan, Jungkook-ah?", tanya Jenny pada Jungkook yang sedang berdiri di pintu gerbang, menanti kedatangan teman-temannya.
Jungkook menyandarkan keningnya di bahu Jenny.
"Terulang lagi~", lirih Jungkook lemas.
Aku jadi teringat dengan pesta ulang tahun Jungkook yang ke 5. Saat itu, tidak ada seorangpun yang datang ke pestanya. Orang tua mereka terlalu takut untuk mengajak anak-anaknya menginjakkan kaki di rumah ini. Sejak dari itu, kami tidak pernah mengundang siapapun datang ke pesta ulang tahun Jungkook. Kami hanya merayakan bersama pengikut klan Jeon, walaupun mereka semua adalah orang dewasa bertampang sangar -membuat Jungkook ketakutan. Keberadaan mereka cukup menghibur Jungkook.
"Jungkook-ah, kau tidak lapar? Aku sudah sangat lapar. Aku ingin mencicipi masakan calon suamiku", bujuk Jenny, "Ayo!",
Jenny menarik lengan Jungkook, Jungkook pasrah ditarik oleh Jenny.
Jenny mengambil sepiring sushi, memakan sushi itu dengan lahap. Cara makannya sangat tidak anggun. Dia sengaja melakukan itu untuk membuat Jungkook tertawa.
"Boleh dibungkus untuk kubawa pulang? Ini benar-benar enak! Aku rela gemuk karena memakan makanan seenak ini!",
Jungkook tersenyum kecil, cukup terhibur dengan ucapan Jenny. Meskipun mata Jungkook tidak pernah lepas dari pintu, dia masih berharap bahwa teman-temannya datang.
Aku marah pada orang-orang yang telah mengecewakan Jungkook. Aku harus menghajar mereka!
Saat aku keluar gerbang, kulihat segerombolang orang menuju kemari. Di baris depan, tampak Taehyung dan gank Bangtan.
"Maaf, kami terlambat", ucap Jimin.
"Apa pestanya sudah dimulai? Aku sudah lapar~ lapar~", tanya Jin mengelus-elus perutnya yang buncit, dia anggota Bangtan yang hobi makan.
"Ayo teman, kita makan gratis sepuasnya!", ajak Hoseok merangkul teman-temannya. Mereka tampak takut-takut memasuki rumah kami, seperti sedang memasuki neraka saja. Aku merasa, Bangtan memaksa mereka untuk ke sini.
"YOSH!", seru Bangtan.
Akhirnya mereka memberanikan diri untuk masuk. Ketakutan mereka berubah menjadi takjub ketika melihat dekorasi ruangan yang dipenuhi dengan balon warna-warni dan lampu berkerlap-kerlip seperti pohon natal. Di hadapan mereka terhampar makanan lezat ala korea dan barat.
Jungkook terharu melihat kedatangan teman-temannya ini.
"Maaf, kami terlambat", ucap Taehyung.
"Kupikir aku salah menulis undangan", setetes air mata turun membasahi pipi Jungkook.
"Hey, lihat! Jeon menangis! Kita berhasil membuatnya menangis!", ejek Taehyung menyeka air mata di pipi Jungkook.
Teman-temannya malah menertawakan Jungkook. Rasanya kesal karena mereka telah membuat adikku menangis. Tapi, aku senang, karena kedatangan mereka, membuat pesta ini sangat berkesan bagi Jungkook.
"Aku senang, Alien! Sangat senang! Terimakasih!", Taehyung merangkulnya, menepuk-nepuk punggungnya.
"Ayo, kita berpesta!", ajak Taehyung memberi semangat.
"YOSH!", seru mereka bersemangat.
Tidak ada ketakutan dan keseganan lagi, mereka sangat menikmati hidangan dan pesta ini.
Ini pasti kenangan yang tak telupakan bagi Jungkook dan juga bagiku.
"Siapa gadis cantik ini?", tanya Hoseok melirik genit pada Jenny.
"Aku Jenny Kim, tunangan Jungkook~", Jenny-san memeluk erat lengan Jungkook.
"Heh?!",
"Jangan dengarkan dia!", bujuk Jungkook panik, segera melepaskan diri dari Jenny.
Aku bisa melihat kecemburuan di wajah Taehyung.
Apa yang akan kau lakukan, Kim Taehyung? Apa kau akan melepaskan Jungkook lagi?
Taehyung tiba-tiba menarik Jungkook ke atas panggung kecil.
"Lihat ke sini! Semua!", teriak Taehyung.
Semua mata tertuju pada mereka, aku ikut berbaur dan mengambil posisi terdepan agar bisa melihat dengan jelas apa yang akan Taehyung lakukan pada Jungkook?
"Bantu aku merekam ini, teman!", perintah Taehyung pada gank Bangtan.
Mereka mengangguk kompak, segera mereka mengeluarkan ponsel mereka, bersiap merekam apa yang ingin dilakukan Taehyung.
"Sebagai SEME dari seorang Jeon Jungkook", Taehyung menatap ke arahku, lebih tepatnya ke sosok yang berdiri di sampingku, Jenny.
"Mungkin aku tidak bisa memberi apa-apa di hari ulang tahunnya ini. Tapi aku punya sesuatu yang sangat dia inginkan dariku",
Jangan-jangan...
Taehyung berseringai, lalu menarik tubuh Jungkook, memeluk pinggang Jungkook, mencondongkan tubuh, mengeliminasikan jarak, lalu...
CHuuuu~
Taehyung mencium bibir Jungkook! Bibir adikku sudah tidak perawan! Oh! NO!
Kehebohan, seruan dan siulan menghiasi adegan ciuman panjang itu.
Jenny menggigit bibirnya, mengepalkan kedua tangannya. Dia pasti sangat marah melihat tunangannya dicium laki-laki di depan umum.
"Selamat ulang tahun, kookie~", Taehyung menyudahi ciumannya. Wajah Jungkook memerah luar biasa.
Jenny menghentakkan kakinya kesal, kemudian berjalan menghampiri gank Bangtan. Mengambil paksa ponsel milik Namjoon.
Dia memutar ulang adengan ciuman itu.
"Kirimkan padaku juga!", perintah Jenny.
GUBRaaaaK
Jenny, jangan katakan bahwa kau seorang Fujoshi!
Pestapun telah berakhir, tapi kemesraan mereka masih belum berakhir.
"KYaaaa! Kyaaa!", jerit Jenny yang sedang menonton berkali-kali adegan tadi dari ponselnya.
Kujitak kepalanya, karena dia terlalu berisik.
"Seharusnya Jenny cemburu karena tunanganmu direbut",
"Harus kah?", kembali dia memutar video itu lagi.
"Bukankah Jenny mencintai Jungkook?",
Jenny melirik kiri kanan, memastikan bahwa sekelilingnya aman.
"Aku hanya menyukai Jungkook-ah sebagai sahabat. Tidak lebih dari itu. Jungkook-ah juga tahu kok", bisik Jenny.
Jenny membocorkan banyak hal padaku. Saat lulus SMP, mereka pertama kali dipertemukan. Jungkook sudah berterus terang pada Jenny bahwa dia mencintai seseorang. Jenny juga berterus terang pada Jungkook, bahwa dia juga mencintai orang lain. Mereka saling bahu-membahu untuk mewujudkan keinginan masing-masing. Jenny terus mendorong Jungkook agar lebih agresif mengejar orang yang dicintainya, karena waktu mereka tidak banyak.
"Aku senang, akhirnya Jungkook bisa bersama orang yang dicintainya. Aku saaangaat senang, rasanya ingin guling-guling di aspal!",
"Lalu? Bagaimana dengan Jenny?",
"Aku?",
"Siapa orang yang Jenny cintai?",
"Jeon Yoongi!", jawabnya tegas, tanpa ragu dan malu-malu.
"Heh!? Aku?!"
"Hn!", angguknya sambil tersenyum manis padaku.
-Yoongi PoV End-
Happy Ending?
Bonus scane :
Taehyung diam-diam membawa kabur Jungkook dari rumahnya. Dengan motor, mereka berkeliling menikmati angin malam. Hingga berakhir di sebuah hotel.
Jungkook langsung melempar diri di atas ranjang.
"Ayo, Alien!", Jungkook menepuk space kosong di sampingnya, "Kita bercinta malam ini!", ajak Jungkook.
Taehyung menepuk keningnya, dia heran mengapa Jungkook bisa semesum ini? Padahal umurnya baru 15 tahun.
Tapi, ketika mendapatkan tawaran mengiurkan tersebut, mana mungkin Taehyung menolaknya.
Taehyung menghimpit tubuh Jungkook. Tangannya perlahan menyusup ke dalam yukata Jungkook. Jungkook meneguk liur, dia sangat gugup.
"Tunggu 6 tahun lagi, Kookie~", bisiknya sambil menyentil kening Jungkook.
"Uh!", dengus Jungkook.
Taehyung telah berjanji pada Yoongi, bahwa dia akan menjaga keperjakaan Jungkook hingga Jungkook telah berumur 20 tahun nanti. Cukup lama, tapi dia harus sabar menunggu. Dia tidak ingin menghancurkan kepercayaan yang telah Yoongi berikan padanya.
Taehyung berbaring sambil mendekap tubuh Jungkook.
"Aku akan menunggumu hingga dewasa. Bersabarlah, Kookie~",
"Kau akan tua nanti, Alien",
"Tapi perasaanku tidak akan menua",
"Ow, so sweet~", Jungkook mengeratkan pelukannya.

The End

JEON JUNGKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang