Chapter 2

64K 2.1K 16
                                    

Maapin kali ada typo
Happy reading
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

                      *consequent*

Vira mengerjapkan matanya perlahan, menyesuaikan dengan cahaya yang menerobos masuk melalui celah gorden. Ia mencoba duduk sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing, lalu Vira mengedarkan pandangannya mengamati sekeliling. Ruangan ini berbeda, bukan seperti kamarnya. Vira belum menyadari keadaan dirinya sampai hawa dingin terasa dibagian atas tubuhnya yang tidak terbalut selimut maupun pakaian, what?! Tanpa pakaian?

Jantung Vira terasa berdegup tiga kali lebih cepat saat menyadari dirinya tidak mengenakan apapun, ia menolehkan pandangannya ke arah kiri sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Vira menemukan punggug telanjang seorang cowok yang tidur tengkurap dengan wajah menyamping ke arahnya. Zidan, itu Zidan Barwansyah teman sekelasnya.

Mata Vira memanas, cairan bening sudah menggenang di pelupuk matanya siap untuk mengalir. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat kembali ke dalam selimut untuk memastikan dirinya tidak benar-benar naked. Dan tangisnya langsung pecah saat menemukan fakta bahwa dirinya memang benar-benar naked. Tangisan cewek itu bertambah keras saat merasakan sakit di inti tubuhnya ketika ia mencoba menekuk kakinya. Sontak saja tangisan Vira yang begitu keras membuat Zidan terbangun dari tidurnya.

Zidan mengeluarkan tubuhnya dari selimut yang menutupi dirinya dan Vira, lalu duduk menyila di atas kasur sambil mengucek matanya, cowok itu belum sadar dengan keadaan tubuhnya yang juga naked. Melihat itu Vira menutup mata dengan tangan kanannya, tangan kirinya ia gunakan untuk memegangi selimut. Cewek itu memundurkan tubuhnya hingga punggungnya yang tidak tertutup selimut menyentuh kepala ranjang, sakit di intinya masih begitu terasa ketika ia bergerak.

"Zidan, lo apain gue?" Isakan masih tidak hilang saat cewek itu bertanya.

Zidan mengerjap saat mendengar suara cewek, rasa kantuk yang tadi masih bersarang dalam dirinya menguap entah kemana. Dan cowok itu terkejut saat melihat seorang cewek duduk di depannya sambil salah satu tangannya menutup mata dan tangan lainnya memegang selimut. Tunggu, kenapa cewek itu menutup mata? Zidan melirik dirinya sendiri, dan sekarang cowok itu tau kenapa Vira menutup mata. Oke, ini sangat tidak elit. Duduk bersila dengan keadaan tanpa busana.

Zidan segera meraih bantal untuk menutupi intinya, bergeser ke pinggiran ranjang untuk meraih kolornya yang tergeletak di lantai dekat kaki ranjang. Dengan buru-buru cowok itu memakainya.

Sekarang Zidan sudah mengingat apa yang terjadi, ia berusaha mengontrol ekspresinya dan kembali duduk bersila di tengah ranjang. Cowok itu mencoba bersikap sesantai mungkin.

"Lo lupa?" Zidan bertanya dengan nada biasa saja, padahal ia merasa tidak tega saat melihat Vira yang masih sesegukan di depannya. Zidan mengarahkan tangannya untuk menurunkan tangan Vira yang menutupi matanya sendiri.

Vira membuka matanya perlahan, melirik Zidan sekilas lalu kembali membuang pandangannya. Cowok itu memang sudah memakai kolor, tapi tidak memakai baju.

"Pake baju lo, Zidan."

Zidan mengerutkan kening, "kenapa? Bukannya lo udah liat semalem. Oh, atau lo pura-pura lupa." Oke, Zidan memang sialan karena tidak bisa mengontrol mulutnya sendiri.

Sebenarnya Zidan menyesal atas apa yang telah ia lakukan, namun otaknya menyuruhnya untuk berlaku demikian. Zidan memandangi Vira yang masih diam dengan isakan kecil yang sesekali masih keluar dari bibir cewek itu. Saat ini, Vira sedang mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Dan pikirannya melayang pada saat ia berada di pesta Viona tadi malam.

Consequent (MBA Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang