SENIN PAGI.
Langit masih gelap sejak hujan deras tadi malam,menyisakan bulir-bulir air hujan di setiap daun.Udara dinginpun menusuk hingga ke tulang rusuk,membuatku merapatkan kembali jaket abu-abu tebal yang ayah berikan satu tahun silam.Hari ini adalah hari pertama di mana aku duduk di bangku kelas 12 sejak liburan kenaikan kelas diumumkan bulan lalu.
"Alea!" teriak Nathasya dari gerbang saat aku sudah sampai di lorong sekolah.
Alea,begitulah aku dipanggil—nama panjangku Aleana,hanya Aleana.Aku menyukai namaku,cukup singkat sehingga mudah untuk menyebutkannya.Berbeda dengan kebanyakan orang yang memiliki nama yang cukup panjang dan sulit untuk dilafalkan.Sederhana memang.Tapi—bila untuk urusan mencintai,aku tak bisa melupakannya sesingkat namaku.
Aku berbalik,menoleh ke sumber suara,"Apa?" tanyaku datar.
Nathasya sedikit mengangkat rok abu-abunya,berlari kecil menghampiri aku yang masih terdiam menatapnya berlari dengan tas yang ikut melompat-lompat di punggungnya,"Tungguin," katanya.
"Lu masuk kelas dua belas berapa?" tanya Nathasya saat sudah berada tepat di depanku.
Aku mengangkat kedua bahuku,"Nggak tahu."
"Yaudah yuk,cari bareng-bareng aja."
Aku mengangguk.
Nathasya membalasnya dengan rangkulan di pundak,Nathasya memang orang yang sulit ditebak.Padahal wajahnya benar-benar sangat cantik,namun kelakuannya tak seanggun namanya.Entah mau kubilang apa makhluk di sebelahku ini,yang pasti,dia sahabat terbaik yang pernah aku temukan.
Kami sampai pada salah satu ruang kelas yang masih terang dengan cahaya lampu,lampunya belum dimatikan.Di jendela kelas,terlihat selembar kertas tertempel di sana.Aku tahu,itu daftar penghuni kelas baru di tahun ajaran yang juga baru ini.
Aku menghela napas berat,"Semoga sekelas lagi,ya" kataku pada Nathasya.
Nathasya melepas rangkulannya padaku,ia tertawa kemudian tanpa sebab.Aku tak heran mengapa ia begitu,hidupnya terlalu receh.
"Gue bosen sekelas sama lu" katanya sambil berjalan mendekati kertas itu.
Aku hanya mendengus kesal.Kami memang selalu mendapat kelas yang sama sejak kelas sepuluh.Aku memang bosan bersamanya,tapi terkadang kebersamaan itu akan aku rindukan bila aku sudah tak dibersamakan dengannya lagi.Manusia memang terlalu cepat bosan,terlalu mudah melepaskan,dan tak mengerti dari kata bernama ujian.
"Adrian.." ucapku tak sadar saat melihat cowok itu melintas beberapa meter di depanku.
Aku menunduk kemudian saat menyadari bahwa ia juga menatapku.Biarlah,mungkin aku juga tak berbakat menjadi seorang secret admirer.
"Alea! Alea!" Nathasya menarik tanganku mendekati kertas yang tertempel di jendela kelas XII IPA 1,aku bahkan hampir jatuh saat ia menarik tanganku dengan semangat,membuyarkan lamunan persekian detikku dengan Adrian.
"Kita sekelas lagi" lanjutnya.
Aku tertawa senang sambil melemparkan tatapan meledek,"Tadi katanya bosen sama gue."
***
Hujan gerimis,setidaknya tidak sederas subuh tadi.Langit juga kembali cerah perlahan,menampakan senyum mengembang dari sang mentari.Hampir pukul tujuh pagi,tapi makhluk mengerikan ini belum juga kunjung menyalakan motornya.Hanya duduk di depan halte danau dengan ponsel di tangan kanannya.
Adrian A. : Lo dimana?
Efra Yamato : Ujan.
Adrian A. : Gue nanya,lo dimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
MILLISECOND
Teen FictionKarena kamu tak akan pernah tahu dengan siapa kamu bertunangan, dan dengan siapa kamu menikah. Yang terpenting adalah dia hadir sebelum terlambat.