Aku,Nathasya,dan Angel sama-sama terdiam di ruang keluarga rumah Efra. Sesekali aku memperhatikan jendela di sisi ruangan yang masih berembun,menandakan hujan deras masih turun di luar sana. Namun bukan itu yang aku pikirkan,melainkan Efra. Iya,aku memikirkan Efra untuk suatu alasan yang aku sendiri tak mengerti apa itu.
"Kalian mikir nggak,kok Efra jadi baik sama gue?" tanyaku pada Nathasya dan Angel.
Mereka hanya bergumam tanpa menjawab pertanyaanku.Sungguh,aku benar-benar penasaran tentang apa yang terjadi di lingkaran kehidupan Efra yang jelas-jelas orang asing bagiku.Bahkan aku tak pernah merasa sepenasaran ini ketika bersama Adrian.
"Di luar hujan,mau gue anterin?"
Tiba-tiba,Efra datang tanpa kami sadari.Untungnya,ia hadir setelah aku mengucapkan kalimat pertama barusan.Ya—semoga saja ia tak menyadari bahwa aku memikirkannya dari tadi.Atau memang—ia sudah mendengarnya?
Tak ada yang angkat suara,kami hanya saling bertatapan satu sama lain.Aku melirik jam tanganku yang sudah menunjukan pukul 5 sore,sudah seharusnya aku pulang.Aku menyikut lengan Nathasya,berharap semoga ia mengerti mengapa aku menyikutnya.
Nathasya mengerjap kemudian berkata,"Bo-boleh,Fra."
Efra mengangguk kemudian melangkah entah kemana,aku dan teman-temanku segera mengikuti kemana Efra pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun ketika sampai di suatu ruangan yaitu garasi rumahnya.
"Alea,lo di depan" ucap Angel cepat dan langsung membuka pintu belakang mobil diikuti dengan Nathasya.
Aku mengerjap kaget,kini Nathasya dan Angel sudah duduk di jok belakang mobil Efra.Aku masih berdiri di sisi yang lain,menunggu apa yang dilakukan Efra setelah membuka pintu garasinya barusan.
"Lo mau pulang nggak?" tanyanya datar ketika melihatku masih berdiri di sisi mobilnya.
Aku masih diam,tak menjawab atau melakukan hal apapun sampai Efra masuk ke mobilnya sendiri.Bukan tak mau duduk di samping Efra,aku mau-mau saja bila seandainya perasaan aneh ini tak mengganjal sedari tadi.
Efra membuka kaca mobilnya yang menghadap kepadaku,badannya sedikit ia condongkan ke samping untuk menengok keluar,"Kalo mau pulang,naik" katanya lagi,lalu menaikan kembali kaca mobilnya.
Tanpa pikir panjang,aku segera membuka pintu mobil disampingku ini.Tak apalah,yang penting hari itu aku bisa segera sampai di rumah.Aku sedikit tertawa ketika menyadari pewangi mobil Efra yang berbau es krim,tak seharusnya cowok semacam Efra menyukai wewangian seperti ini.Tapi yang aku ketahui lagi dari dirinya adalah,mungkin Efra juga bercita-cita menjadi pilot.Ya,di sini banyak pajangan berbentuk pesawat.
Suasana sangat hening saat mobil sudah melaju keluar dari pekarangan rumah Efra,sebelumnya Efra membuka dahulu pagar rumahnya sehingga bajunya sedikit basah.Aku menyukainya,maksudnya aku menyukai ketika melihat wajahnya yang terkena percikan air hujan.Tidak,bukan Efra yang aku sukai.Tapi—entahlah.Yang pasti aku menyukainya,tapi bukan Efra.
"Rumah kalian di mana?" tanya Efra,mencoba memecah keheningan di tengah-tengah hujan yang masih mengguyur sore itu.
"Kavling Permata" jawab Nathasya serentak dengan Angel.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku,mungkin nanti hanya tersisa aku dan Efra di mobil ini.Dipikir-pikir,memang rumahku yang letaknya paling jauh.
"Kalo rumah lu di mana,Lea?"
Aku mengerjap kembali,menyadari bahwa Efra sedang berbicara padaku saat itu,"Citra Indah" jawabku singkat.
Efra hanya mengangguk singkat tanpa mengucapkan kata-kata atau pertanyaan lainnya pada kami.Kali ini,Efra yang sama seperti berbeda pada jam-jam sebelumnya.Efra yang sedang bersamaku kali ini seperti lebih pendiam dan tak memperdulikan segala-galanya.Berbeda dengan Efra yang biasanya menggangguku atau bahkan memperolok aku terus menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILLISECOND
Teen FictionKarena kamu tak akan pernah tahu dengan siapa kamu bertunangan, dan dengan siapa kamu menikah. Yang terpenting adalah dia hadir sebelum terlambat.