Keesokan harinya
"Anak anak ayo turun. Makanan sudah siap" teriak Seungyeon."Nde eomma kami akan turun" ucap Hakyeon yang mulai menuruni tangga bersama dengan Hyuk, Jaehwan, Wonshik, dan Hongbin.
"Woah makanannya terlihat sangat enak cha eomma" ucap Wonshik. Seungyeon hanya tersenyum mendengar pujian dari Wonshik.
Mereka semua makan dengan sangat lahap. Tidak bisa dipungkiri, makan yang dimasak oleh Seungyeon memang benar benar enak. Bahkan menurut Hakyeon makanan Seungyeon lah yang terenak di dunia ini.
"Aku sudah selesai. Gamsahabnida (koreksi jika salah😂) atas makanannya eomma" Hakyeon, Jaehwan, Wonshik, Hongbin, dan Hyuk menundukkan kepalanya untuk menunjukkan rasa hormatnya kepada Seungyeon.
"Cheonma adeul" Seungyeon menghampiri anak anaknya dan mengusak pucuk kepala mereka"
***
"Cha eomma, mengapa appa dan eomma belum menghubungi kami sampai sekarang? Bukankah penerbangan ke Jepang hanya sebentar? Harusnya mereka sudah sampai sejak kemarin dan menghubungi kita" tanya Hongbin.
"Eomma juga tidak tahu binie. Eomma sudah menelpon mereka, namun mereka tak kunjung menjawabnya"
"Mereka akan baik baik saja kan cha eomma?" tanya Wonshik
"Hey tenanglah, appa dan eomma pasti akan baik baik saja" sela Jaehwan. Untuk ukuran anak berumur 6 tahun, Jaehwan memang tidak bisa diremehkan. Dia sudah bisa berpikir lebih dewasa dibandingkan dengan anak lain yang seumuran dengannya. Wonshik dan Hongbin hanya menganggukan kepalanya.
Hening. Semua diam dan larut kedalam pikiran masing masing. Jaehwan sebenarnya khawatir dengan keadaan orang tua mereka, tapi sebagai yang tertua ia tidak mau membuat adik adiknya tambah khawatir. Ia juga tidak mau membuat Seungyeon repot dengan ke khawatiran adik adiknya.
Kring kring kring
Suara telpon itu memecah keheningan. Seungyeon segara mengambil telpon rumah yang terletak di atas sebuah nakas.
"Selamat malam"
"Ya selamat malam"
"Apakah ini nyonya seungyeon?"
"Ne ini saya seungyeon"
"Apakah anda kerabat dari lee sukjong dan lee yongeun?"
"Iya saya adalah kerabat dari mereka berdua"
"Kami dari pihak penerbangan Korean Airlines mengkonfirmasi bahwa pesawat dengan kode KA-1336 telah jatuh di daerah perairan di jepang. Kami mengetahui nomer telpon anda dari buku telpon milik korban. Untuk indentifikasi korban, kami mohon untuk datang ke bandara incheon. Kami mohon maaf dan turut berduka cita"
Tut tuttt
Gagang telpon yang seungyeon pegang jatuh seketika. Isakan demi isakan lolos dari mulutnya. Seungyeon menutup mulutnya agar isakan itu tak terdengar oleh kelima namja kecil yang berada di dalam rumahnya. Tubuhnya bergetar hebat dan itu disadari oleh Hakyeon.
"Eomma waeyo? Itu telpon dari siapa?" Hakyeon menarik narik baju Seungyeon. Seungyeon hanya menggelengkan kepalanya dan pergi ke kamarnya. 'Sepertinya ada masalah' batin Hakyeon.
"Taekwoon-ah" panggil Hakyeon.
"Eum?" Taekwoon menoleh dan mulai mendekati Hakyeon.
"Aku punya firasat buruk. Apa yang harus aku lakukan?"
"Tenangkanlah dirimu. Jangan pikirkan firasatmu. Toh firasatmu belum tentu benar"
"Tapi eommaku menangis setelah mengangkat telpon. Pasti ada hal buruk yang terjadi taekwoon-ah" Hakyeon memegang kepalanya.
"Ck kau ini bocah berumur 7 tahun tapi pikiranmu sudah seperti orang dewasa saja. Aku yakin disaat kau remaja kau sudah memikirkan bagaimana rasanya memiliki seorang cucu" Taekwoon memjamkan matanya.
"Yak kau juga bocah berumur 7 tahun eoh. Pikiranmu bahkan lebih dewasa daripada aku. Pabbo" Hakyeon memutarkan bola matanya malas.
Hening. Baik Hakyeon maupun Taekwoon sepertinya sedang berpikir. Disaat sedang berdua, mereka memang lebih suka berpikir dan mencari jalan keluar daripada beradu mulut ataupun bermain. Kebiasaan yang aneh.
"Tv" ucap Hakyeon dan Taekwoon. Mereka berdua langsung pergi ke kamar Hakyeon dan menyalakan tv. Mereka juga mengunci kamar agar tidak ada orang yang bisa masuk ke kamar Hakyeon.
'4 penumpang dan 2 kru pesawat Korean Airlines KA-1336 dengan tujuan ke Jepang ditemukan dalam keadaan tewas. 116 penumpang dan 8 kru pesawat belum ditemukan. Berikut daftar penumpang dan kru yang sudah ditemukan'
'Lee yongeun? Bukankah itu nama lee eomma?' batin Hakyeon.
"Taekwoon-ah, bagaimana ini? Firasatku benar" Hakyeon menundukkan kepalanya. Diwajahnya tersirat kekhawatiran yang mendalam. Butiran butiran air mulai jatuh ke pipi Hakyeon.
"Hakyeon-ah tenangkan dirimu. Kau harus menenangkan eomma mu. Aku yakin eomma mu berkali kali lipat lebih terpukul. Kau harus ke kamarnya sekarang" Taekwoon menepuk nepuk punggung Hakyeon.
"Kau benar aku harus ke kamar eomma sekarang" Hakyeon menghapus jejak jejak air matanya dengan kasar.
'Sepertinya cobaan mendatangi mu lagi Hakyeon-ah. Jangan takut, aku akan selalu disisimu sebagai partner in crime'
***
2015
Brak
Seorang pemuda tanpa sengaja menabrak Hakyeon. Walaupun tabrakan itu terbilang tidak keras, tapi itu cukup untuk membuat Hakyeon terhuyung. Pemuda yang menabrak Hakyeon pun terhuyung.
"Mianhae" ucap pemuda itu. Ia membukukkan badannya sebagai permintaan maaf.
"Apakah kau terluka?" Hakyeon menegakkan posisi pemuda yang menabraknya dan menatap tangan serta kaki pemuda itu.
"Aku tidak terluka" pemuda itu juga ikut mengamati tangan dan kakinya.
"Seharusnya kau tidak membaca buku saat berjalan itu akan berba.." Hakyeon mengangkat wajahnya dan melihat wajah pemuda itu.
"..haya" matanya mengamati dengan detail setiap lekukan yang ada di wajah pemuda itu. Matanya memanas ketika melihat beberapa lebam dan bekas luka di sekitar wajah remaja itu.
'Dugaanku benar. Pasti bibi itu memperlakukanmu dengan tidak baik'
Pemuda itu mengangkat wajahnya. Matanya membulat ketika menyadari bahwa orang yang ditabarknya adalah orang yang amat ia kenal.
"Hakyeon hyung..."
Responnya agak kurang baik sih😂😂
Tapi its oke :v
Maaf jika ada typo dan kata kata yang kurang pas

KAMU SEDANG MEMBACA
Partner in Crime
FanfictionGaris tangan seorang remaja bernama Cha Hakyeon yang harus menghadapi berbagai rintangan dan cobaan. Meninggalnya ayah Hakyeon saat ia masih kecil membuat Hakyeon dewasa diusia yang masih muda. Mengurus dan membiayai sekolah untuk dirinya dan untuk...