BAB 1

131K 2.3K 78
                                    


RAYA

Aku melangkahkan kakiku kedalam gedung mewah ini. Keberanian dari manakah yang aku dapatkan hingga aku melamar pekerjaan di kantor ini. Aku tahu ini mustahil bagiku untuk bisa bekerja di kantor ini. Tapi tidak masalah jika sedikit berharap bukan?

Bisa kurasakan tatapan orang-orang yang memandangku heran. Aku menundukan kepalaku sambil meneliti kembali penampilanku. Rok span bewarna hitam dengan kemeja putih polos ditambah dengan blazer yang bewarna sama dengan rokku dan stiletto bewarna hitam.
Kurasa saat ini pakaianku masih terlihat normal.

Tapi kenapa semua yang menatapku seolah ingin menelanku hidup-hidup ditambah dengan pandangan mencela
mereka kepadaku. Terlebih para wanita disini menatapku dengan tatapan angkuhnya. Aku menghela napasku dengan melangkah perlahan ke meja resepsionis. Aku masih menundukan kepalaku.

Brukkk

Aku seketika menengadahkan kepalaku ketika kurasakan sesuatu, lebih tepatnya seseorang menabrakku dengan keras. Aku hampir menjerit ketika tubuhku limbung kebelakang. Aku memejamkan mataku, berharap kepalaku tidak akan menyentuh lantai kantor yang keras ini. Tapi aku sama sekali tidak merasakan kerasnya lantai. Melainkan sebuah lengan kokoh menarik tubuhku kedekapannya dengan cepat. Aku meringis ketika hidungku menabrak dada keras dihadapanku ini.

Aku bisa merasakan dekapan hangat ini memacu jantungku untuk berdetak dua kali lebih cepat. Ketika lengan kokoh itu memelukku dengan erat, seolah-olah ada aliran listrik yang cukup kuat menghantam tubuhku dan mengalirkan sensasi aneh kesekujur tubuhku. Aku menahan nafasku berharap jantungku tidak melompat keluar ketika penciumanku menghirup aroma seksi dan maskulin yang berasal dari parfum mahal di tubuhnya.

"Kamu tidak apa-apa?" suara yang parau itu seketika menghempaskanku dari lamunanku dan tanpa aku sadari aku masih berada dalam dekapannya dengan tubuh yang menempel erat dengan tubuh kekar dihadapanku. Aku segera menjauhkan tubuhku dan menarik tanganku yang berada di dada kekar itu. Kurasakan lengan kokoh itu melepaskan pinggangku perlahan. Seketika rasa kecewa menghantamku ketika tangan itu tidak lagi memelukku.

Oh shit. Ada apa dengan otakku.

"Apa kau tidak apa-apa?" Suara itu terdengar jelas di hadapanku. Aku mendongakkan wajahku menatapnya yang masih tepat dihadapanku. Aku hampir menjerit melihatnya di depanku. Mata hitam yang setajam elang itu begitu mempesona.

Aku memperhatikan garis hidungnya, hidung mancung dengan sempurna yang aku yakin bukan hasil dari operasi plastik. Kemudian mataku beralih ke bibirnya, bibir tebal yang seksi. Kemudian tatapanku beralih ke leher kemudian turun ke dada bidang yang tadi berada tepat di depan wajahku. Kemeja putih dengan dua kancing teratas yang telah terbuka. Masih dengan menggunakan jas formal yang tidak bisa menyembunyikan otot kekar yang tersembunyi dibalik kemeja putihnya.

Entah kenapa aku tersenyum karena melihat dengan jelas dada itu di hadapanku dan dapat menikmati walau hanya sebentar di dekapan lengan kekarnya.

"Sudah puas mengamatiku nona?" Aku kembali mengadahkan kepalaku menatapnya. Mata itu menatapku dengan geli dan bisa kulihat kedua sudut bibirnya terangkat ke atas. Dan senyumannya berhasil membuat terpana menatapnya. Sial. Aku segera menunduk menutupi wajahku yang telah memerah. Oh Tuhan. Apa yang telah aku pikirkan.

"Cih percaya diri sekali dia?" Batinku memcibir.

"Kurasa kamu tidak apa-apa nona" Katanya sambil mengangkat daguku dan mengadahkan kepalaku menatapnya. Mata itu masih menatapku dengan tatapan geli dan masih dengan senyum di bibirnya.

CEO And SECRETARY ( TAHAP REVISI ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang