Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul 05.00 wib, aku bergegas bangun untuk mandi dan sholat subuh berjama'ah dengan abi dan ummi. Aku masih berharap ada keajaiban untuk ku dari Allah, kami pun bersiap – siap untuk sholat, setelah selesai sholat abi memanggil ku untuk mendekat padanya, jantung ku berdebar karena aku tahu pasti abi akan memutuskan aku boleh mengikuti tes atau tidak "Nahlan kesini nak!" Panggil ayah.
"Iya bi...." Jawab ku agak gugup.
"Abi sudah putuskan, kalau kamu boleh mengikuti tes itu." Ujar ayah dengan senyum.
"Apa bi? Benar bi?" Tanya ku sangat terkejut.
"Benar nahlan, buat apa abi bohong!" Ujar ayah.
"Wa.... terima kasih ya bi." Ujar ku sambil mencium tangan ayah.
"Jangan sama abi terima kasihnya, tapi sama zahra." Ujar ayah.
"Apa bi? Zahra?" Tanya ku agak terkejut.
"Iya, dia yang telah membujuk abi. Zahra membuat syarat yang tidak bisa abi tolak." Ujar ayah tersenyum.
"Syarat bi? Syarat apa?" Ujar ku agak bingung.
"Kamu tanyakan sendiri padanya ya!" Ujar ayah sambil tersenyum dan berjalan pergi.
"Ummi, ummi tau apa syarat yang di maksud abi?" Tanya ku penasaran.
"Tidak, ummi juga tidak tau nahlan. Nanti kamu tanya saja pada zahra ya." Jawab ummi dan pergi.
"Ah... abi, ummi buat nahlan jadi penasaran saja." Ujar ku.
Aku masih penasaran dengan apa persyaratan yang di berikan zahra sehingga abi berubah pikiran, aku berkali – kali melihat jam "Lama sekali waktu berputar, cepat lah!" Gumam ku sendiri.
Aku merasa tidak sabar dan memutuskan menelpon zahra "Halo...Assalamu'alaikum nahlan." Zahra mengangkat telepon ku.
"Wa'alaikumussalam zahra, zahra langsung saja ya. Syarat apa yang kamu berikan kepada abi?" Tanya ku tidak sabar.
"Syarat? Syarat apa nahlan?" Tanya zahra agak bingung.
"Jangan pura – pura tidak tau zahra, kata abi kamu yang memberikan syarat itu." Ujar ku.
"Ah itu, aku..........." Zahra lama sekali menjawabnya, aku yang merasa tidak sabaran memaksanya untuk cepat "Zahra cepatlah jawab, aku penasaran ni." Ujar ku.
"Nanti sajalah aku jawab, setelah kita lulus tes. Tapi kalau kamu tidak sabar juga tanyakan saja sendiri pada abi." Ujar zahra agak tertawa kecil.
"O... jadi kalian ingin main – main dengan ku ya, awas saja nanti kalau aku tau." Ujar ku mengancam.
"Wah, tuan nahlan mengancam ku." Ujar zahra nada mengejek.
"Awas kamu ya?" Ujar ku agak kesal.
"Nahlan sudah ya, aku ingin bersiap – siap. Sebentar lagi kita harus pergi kekampus kan." Ujar zahra.
"Ya sudah, aku juga akan bersiap – siap. Aku tunggu ya, Assalamu'alaikum." Ujar ku.
"Wa'alaikum salam nahlan." Ujar zahra sembari menutup teleponnya.
Aku pun bersiap – siap, disela – sela itu aku mendengar seseorang mengucapkan salam "Assalamu'alaikum....." Sambil mengetuk pintu.
"Wa'alaikum salam, iya sebentar." Ujar ku sambil mendekat kearah pintu.
"Assalamu'alaikum nahlan....." Suara salam kembali terdengar setelah aku membuka pintu, ternyata zahra yang datang.
"Wa'alaikum salam zahra, cepat sekali kamu datang?" Ujar ku agak terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra Untuk Nahlan
Espiritualdia hanya kumbang yang ingin meraih sang bunga yang di idamkan, namu keterbatasan menghalanginya