00 ; 2017 | Awal Januari….
.
.
“Bu, dia aja pergi karena nggak sangup buat nafkahin aku.”
.
.
.“Naya jangan diacak-acak, dong kerupuknya.” Ratnasih memasukan kembali kerupuk-kerupuk yang dikeluarkan oleh Anaya dari dalam toples plastik.
Bayi perempuan itu tak menghiraukan teguran sang ibu. Ia berjalan menjauh agak sempoyongan sambil menepuk-nepuk tangannya seraya tertawa menggemaskan.
Tangannya lagi mengeluarkan kerupuk di tempat lain yang sudah dirapikan Ratnasih.
“Naya, Ibu, kan udah beresin yang itu. Kalau Naya acak-acak lagi, Ibu kapan berjualannya, Sayang.” Ratnasih melemaskan bahu. Ia menghela napas lelah, berulang kali dirinya memasukan kerupuk ke tempat semula. Namun, lagi- lagi Anaya mengeluarkannya.
Di saat orang lain masih liburan untuk merayakan Tahun Baru. Ratnasih justru disibukan untuk mengejar bayinya yang sangat aktif mengacak-ngacak barang dagangannya.
Ratnasih segera menggendong Anaya saat melihat anaknya itu hendak meraih toples kerupuk untuk yang kesekian kalinya. “Nggak, ya, nggak. Sekarang Naya bobo lagi di kamar, Ibu mau beberes [1] buat jualan nanti siang.”
[1] beres-beres.
Kalau saja Anaya tidak tidur tengah malam, Ratnasih tak akan menidurkan bayi itu lagi sekarang.
Sebab, Anaya baru terlelap saat jam di dinding menunjukkan pukul 1.00 dini hari, dan terbangun lagi saat ia hendak pergi ke pasar untuk berbelanja.
Ia pikir, sepulangnya dari pasar, bayi itu akan tidur lagi bersama Kinasih, sang ibu. Ternyata, bayi itu malah merecokinya saat kaki baru saja menginjak rumah.
Anaya terbahak saat sang ibu menggelitikinya.
“Mbu, nen,” ucap bayi perempuan itu dalam gendongan Ratnasih, setelah puas tertawa.
“Iya, nanti di kamar sambil bobo, ya.”
Anaya mengangguk mendengar ucapan sang ibu. Ia pun menyandarkan kepala di ceruk leher wanita yang telah melahirkannya.
Kinasih berdiri di depan pintu kamar. Ia menghela napas melihat anak bungsunya yang terlihat kelelahan membereskan kerupuk-kerupuk tersebut.
Kinasih tak tega pada putrinya yang merawat Anaya seorang diri sambil berjualan di rumah juga bekerja sebagai dropshipper untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ia berjalan mendekati kerupuk-kerupuk yang masih berserakan itu setelah melihat Ratnasih memasuki kamar sambil menggendong sang cucu.
Setengah jam kemudian Ratnasih keluar dari kamar. Ia melihat Kinasih tengah membereskan sisa-sisa kekacauan yang dibuat Anaya beberapa waktu lalu.
Sang ibu juga menyusun toples-toples berisi kerupuk di meja yang berada di luar rumah tempatnya biasa berjulan.
“Biar aku aja, Bu, yang beresin.”
Kinasih menoleh pada sang putri yang berdiri di belakangnya.
“Udah tidur, dia?”
“Udah, Bu.” Ratnasih mendekati sang ibu dan berdiri di samping wanita paruh baya itu. Ia ikut membenahi tata letak toples-toples di meja.
“Ibu kasihan lihat kamu. Kamu pasti kecapekan.” Sang ibu mundur dan duduk di kursi plastik yang teronggok di dekat pintu.
Dahi Ratnasih mengerut, tak biasanya sang ibu berbicara seperti itu. “Maksudnya, Bu?” Ratnasih bertanya tanpa menatap sang ibu, tangannya masih bergerak menyusun toples dan bungkusan-bungkusan mie di meja.
“Iya, Ibu kasihan aja sama kamu. Kerja sana-sini buat penuhin kebutuhan sehari-hari, pasti kamu capek, cari uang iya, urus anak iya. Kenapa kamu enggak rujuk aja lagi sama suami kamu?”
Ratnasih tersentak dan membuat bungkusan mie dalam genggamannya terlepas.
Mulutnya terbuka lalu berbalik menatap sang ibu yang terduduk seraya menatapnya. Ia menautkan alisnya. “Rujuk?”
“Iya, kamu rujuk sama suami kamu, biar kamu nggak usah capek-capek cari uang kayak gini. Biar aja suami kamu yang cari uang, kamu fokus aja urus Anaya.”
Ratnasih tertawa hambar.
“Bu, dia aja pergi karena nggak sangup buat nafkahin aku. Bahkan, dia udah hampir satu tahun hilang kabar, Bu. Untuk apa juga aku rujuk sama dia?”
Ratnasih mendengkus mendengar kata ‘rujuk’ yang lolos dari mulut wanita paruh baya di hadapannya.
Rujuk!
Satu kata yang ia benci.
Kata yang tak pernah ingin Ratnasih dengar! Bahkan, memikirkan untuk rujuk dengan mantan suaminya lagi pun ia enggan!
[].
™
Haii, akhirnya prolog dipublish hihi.
Gimana menurut kalian?
Sedikit basa-basi dulu ya. Seperti yang aku bilang, Kesempatan Kedua versi terbaru yang akan aku publis, akan sedikit berbeda dari yang sebelumnya.
Apa perbedaannya? Kalian pembaca kisah Ratnasih terdahulu pasti akan mengetahuinya nanti.
Oh, iya. Kali ini, aku bakalan buat alur cerita ini jadi maju-mundur-maju-mundur-campuran-mundur-maju. Kurang lebih seperti itu. Pusing, ya ahaha.
Aku ingatkan, agar nanti tidak pusing, disarankan untuk membaca sub judul setiap partnya nanti. Karena setiap partnya bakal ada tahun kapan terjadinya peristiwa itu.
Oke, itu aja. Terlalu banyak basa-basinya, ya ahaha.
Semoga kalian menikmati.
Selamat Tahun Baru...
Sampai jumpa.
Babay...
Bandung, 1 Januari 2018.
Salam,
Hldrsd.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan Kedua [New Version]
ChickLitON HOLD Rujuk! Satu kata yang ia benci. Kesempatan kedua. TERPAKSA harus ia beri pada mantan suaminya. ™ Pertama publis di Wattpad: 20 Maret 2017 - 20 Juli 2017 Dipublis kembali: 01 Januari 2018