2. Pertemuan Kedua

61 46 24
                                    

_____________________________________

Mengapa akhir ini selalu saja hujan? saat-saat dimana hari Lia menjadi sangat tidak terkesan, menyebalkan bukan? sangat!

Ditambah lagi dengannya yang belum mendapatkan busway sejak tadi, apa supirnya pun sama seperti Lia? sama-sama tidak menyukai hujan? tidak, jelas tidak! Lia berbeda, Lia benar-benar tidak menyukai hujan sama sekali!

"hai,kita ketemu lagi kan"

Suaranya terdengar tidak asing, batin Lia

Benar saja, dia lagi. siapa itu namanya, aku lupa.

"hey! kalau disapa tuh senyum kek setidaknya" ucap Rei sambil menghembuskan nafasnya sebal.

Dan seperti kemaren, tak ada response dari Lia.

"ini hujan, lo kok ga bawa payung sih? yaa meskipun ga deres" tanya Rei.

Lia yang sebal dari sejak pertama pertemuan mereka itu, ya, pria dihadapannya ini selalu berbicara yang tidak sama sekali baik untuk di jadikan percakapan akhirnya menjawab dengan menunjukan wajah kesalanya.

"lo ga liat ya?! gue ini lagi di halte,ga bakal keujanan" ucapnya kesal.

"oh iya ya"

"kirain gitu, lu mau ujan-ujan bareng gue mangkannya lo ga bawa payung biar nanti gue buka jaket dan ngajak lo bareng dengan jaket ada diatas kepala. bareng gue" ledeknya sambil menyenggol lengan Lia pelan.

"biar kaya di film-film korea gitu loh" ledeknya lagi dengan berbisik pelan mendekatkan mulutnya ke telinga Lia yang tertutup rambut hitamnya.

Melihat busway yang ditunggunya sejak tadi, Lia pun dengan segera menaikinnya tanpa memperdulikan lelaki di sebelahnnya yang baru saja ia kenal kemarin.

Tapi mengapa dia mengikutiku dan duduk tepat di sebelahku? haih, itu menyebalkan sekali.

Bahkan saat aku turun dari busway saat ini pun dia masi mengikutiku? apa yang dia inginkan?!

"lo kenapa sih? ada urusan apa ngintilin gue kaya gini?!" kesal Lia.

Rei yang merasa dirinya di marahi karena menurut Lia ia telah mingikutinya pun tertawa sedikit kencang sambil melihat muka kesal Lia yang sangat lucu baginya itu

"apanya yang lucu? dasar ga waras" ucap Lia memutar bola matanya kesal.

"aduh lu tuh ko lucu banget sih, lo lupa ya? pertama kali kita ketemu itu kan di cafe sana, dan rumah gue emang di daerah sini" ujar Rei menunjuk cafe dimana tempat itu ketika mereka pertama kali betemu sebelumnya.

Lia yang mendengar penjelasan Rei barusan pun mengalihkan wajahnya malu karena sikap bodohnya itu.

'haih, bodoh banget gue!' batin Lia merasa malu.

Melihat Lia merasa malu Rei pun terkekeh pelan sambil terus mencoba melihat wajah malu Lia saat ini.

Lia yang merasa di perhatikan pun menengok dan mengucapkan "oh" dan berlalu pergi menyembunyikan wajahnya yang merasa malu.

Rei masih diam di tempat sambil memperhatikan Lia yang berjalan masuk menuju rumahnya, kini Rei pun tau rumah Lia, yap rumah bertingkat dua yang berwarna coklat susu itulah rumah Lia.

                                ***

Saat ini Lia hanya duduk di balkon kamarnya sambil melihat hujan yang sejak tadi turun yang terkadang gerimis atau bahkan sampai membawa angin yang besar

Ia sudah sangat terbiasa dengan kesunyian rumahnya ini.

Kemana ayah dan ibunya? kumohon jangan tanyakan hal ini, itu akan membuat Lia sangat sedih, merasa bersalah dengan semua keadaan saat ini.

Sunyi, sendirian, tak ada yang peduli, tak ada yang menanyakan kabar, tak seorangpun. sepertinya itu hukuman yang tepat bagiku, kehidupan begitu menyedihkan semenjak hari itu, aku selalu mengingat hari buruk itu, hari itu bertepatan dengan turunya hujan yang deras, aku benci itu

_______________________________________

Dikala HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang