01.

15 2 0
                                    

Bang Adli langsung turun dari mobilnya untuk nyamperin gue.
"Kamu sekolah disini Byan?"

"Iya ka. Ka Adli gimana kabarnya?" Tanya gue dengan antusias karena sudah lama tak bertemu

"Baik ko. Abang lo sehat kan?"

Ka Adli ini emang temennya abang gue ( bang Zen). Beberapa kali gue pernah ke rumah ka Adli bareng abang gue untuk main pees. Tapi sudah tiga tahunan gak main bareng lagi karena keluarga gue pindah ke Bandung dan baru beberapa minggu ini pindah lagi ke Jakarta. Dan gue juga ga pernah liat Alea, kalo abang gue mungkin sering

"Baik ko, ka. Ternyata Alea adiknya ka Adli ya" ucap gue sambil tersenyum ke arah Alea, tapi Alea tidak malah asil sama hp nya

"Iya dia adik gue. Hari minggu lo ajak abang lo kerumah ya, main bareng lagi. Lo juga ikut" ajak ka Adli seraya menepuk bahuku

"Siap ka" ucapku sambil menaruh hormat untuknya

"Yaudah. Duluan ya" ka Adli pun masuk kembali ke dalam mobilnya

Gue melambaikan tangan kearah Alea dan ka Adli.

-S-

"Kamu ko tadi bareng Byan, Ale?" Tanya bang Adli dan menoleh ke arahku.

Ale. Itu nama panggilanku di rumah, padahal hanya tinggal menambahkan huruf a dibagian akhirnya agar namaku menjadi lengkap. Untung aku sayang mereka.

"Aku sekelas sama Byan" ucapku malas

"Ko kamu langsung deket gitu? Ditungguin lagi. Jangan jangan kamu..."

"Apasih bang. Aku ga ada apa-apa ya. Ga boleh su'udzon" ucapku memotong perkataan abangku

"Iya iya" abangku mengalihkan pandangannya lagi ke jalanan
"Tapi biasanya kamu kan ga deket-deket sama cowok terus tadi bareng Byan" sambungnya yang masih penasaran

Aku pun menceritakan kejadian yang tadi di alami Byan di kantin. Abangku ini tidak akan berhenti bertanya jika tidak kuceritakan dengan sejelas-jelasnya

"Ohh.. temen kamu nambah satu dong di kelas" ucap abangku setelah mendengarkan ceritaku

"Dia itu orangnya kepedean banget. males temenan sama orang kaya gitu"

"Emang kamu udah punya temen disekolah?" Tanya abangku seolah-olah tidak ada yang mau bertemen denganku

"Punyalah bang. Gausah khawatir" ucapku dengan bangga padahal aku hanya memiliki satu teman.

Aku itu pilih-pilih dalam pertemanan, agar tak menyesatkan

"Siapa?" Tanya abangku meyakinkan

"Shella"

"Cuma satu?" Tawa abangku pun meledak di dalam mobil. Aku cemberut melihatnya begitu senang meledekku

"Aku ini pilih-pilih bang. Ga mau sembarangan cari temen" ucapku membela diriku sendiri

"Iya deh iya. Tapi Byan juga temen kan?"

"Gak"

"Yakin?"

"Iyalah"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Girl In VeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang