03 : 30 AM.
Tiba-tiba aja atha terbangun dari tidurnya. Entah kenapa pagi ini ia bisa bangun seawal ini. Harapan untuk bangun sedikit siang pupus sudah. atha hanya melihat pada langit-langit kamarnya, mencoba melupakan kejadian yang telah terjadi tapi tetap saja nihil.
Memalingkan pikirannya dari hal yang sedang ia pikirkan. Dilihatnya gadis yang tengah tertidur di sebrang ranjang miliknya. Berharap ia bisa menceritakan apa yang ia rasakan skarang pada kakak perempuannya itu, tapi ada keraguan yang terbesit dipikirannya. "gua gamau ngerecokin kak tania, gamau ganggu konsentrasinya buat ngadepin ujian-ujian yang akan datang.. arght.. so where I can tell" pikir atha. Memang tidak hanya sekali ini ia merasakan hal seperti ini sudah lama. Semua mulai terkelupas perlahan. Hanya memendam yang dia bisa lakukan. Sampai pada akhirnya ia mendengarkan teriakan langsung dari kedua orang tuanya, seakan memperjelas prediksinya. Yang membuatnya berpikir panjang "apa yang sebenarnya terjadi?, dan apa yang selama ini sengaja disembunyikan darinya". Senyumannya hanya masker untuk membuat orang disekitarnya tersenyum juga. Atha sangat ingin melepas dan membuang jauh-jauh masker itu tapi... kapan? Dimana? Dan berapa lama lagi..? sama sekali belum ia pikirkan, karna baginya melihat orang terdekatnya tersenyum sedikit membantunya, tapi tidak untuk waktu yang lama. Bahkan menyiksanya. Tapi apa boleh buat.
- -
Berpaling dari zona nyamannya. Atha mengambil secangkir coklat panas yang sudah disiapkan bi ida di atas meja dekat ranjangnya, sepertinya bi ida baru membuatnya. Terlihat kepulan asap hangat diatas cangkir itu.
Atha pergi keluar kamarnya menuju ke balkon. Sambil memikirkan obrolannya dengan ayahnya tadi malam. Atha tersentak dan tiba-tiba teringat, "eh.. ya tuhan, semalem lupa dah tu, ga nyampain pesen mama ke papa kalo pulang malem". "ah udalah, udah terlanjur juga, toh gabisa diputer lagi". Batin atha sambil menenguk coklat panasnya, pas banget pagi yang dingin dengan coklat panas.
Dan tiba-tiba ada seseorang datang dari belakang atha.
"ehh..si neng, pagi pagi gini udah bangun duluan, dingin lo neng diluar sini". Ledek david sembari menelungkupkan jaket miliknya di pundak adik kesayangannya ini.
"makasih bang.." jawab atha pada abangnya. Tapi kali ini ada yang berbeda dengan abangnya, mata yang sepertinya kurang tidur, punggung tangan memar dan.... "bang.. lo nggapapa, lo kenapa" tanya atha dengan wajah khawatirnya.
David menjawab dengan mengangkat satu sudut bibirnya dan berkata "gapapa kok dek" sambil ngeluarin senyum manisnya.
Atha mengerutkan dahinya tipis "jangan bohong, lo tau gua paling ga suka dibohongin, tell me bang?" ucap atha tak memalingkan tatapannya sedikitpun dari abangnya.
David cuman balas dengan senyuman manis yang hanya dibuat buat, dan langsung pergi meninggalkan atha. "gila.. apa tu orang ya" batinnya heran.
***
05 : 45 AM
"tha udah ayo brangkat duluan yuk" pinta bang david.
"hah? Jam segini? Tumbenan bang? Kesambet apaan lo?" jawab Atha, sambil mengangkat satu alisnya. Heran.
"udalah ayo lebih cepat lebih baikan" pinta abangnya skali lagi, kali ini dengan sedikit mendesak dan menarik tangan atha keluar rumah. Rumah jam segini masih sepi sibuk persiapin diri buat ngejalanin aktifitas rutin masing-masing. Yah.. berubung atha dan abangnya selesai duluan ya brangkat dulu gaada salahnyakan, mungkin itu pikir abangnya. Belum sempat jawab abangnya udah narik aja.
"pah mah atha sama abang brangkat" teriak atha, terburu-buru karna abangnya terus mendesak untuk segera brangkat. Entah suara atha terdengar atau tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Pieces
Teen Fiction"Kehancuran nggak selamanya akan hancur... Ada saat dimana lo harus membangunnya lagi... Dan gua yakin lu pasti bisa. Gua ada buat lo atha, jangan takut jatuh ada gua dibelakang lo... :)" "Tak apa.. Semua akan baik-baik saja". Dustanya. Dengan kasa...