Ketiga

106 24 5
                                    


Zaza kelihatan sangat gelisah. Tersirat pertanyaan di benaknya apakah Adrian akan mengambil surat yang ia berikan itu? Ia takut jika Adrian tidak mengambil surat itu karena percuma saja jika Adrian tidak mengambilnya. Semua yang ia lakukan akan sia-sia.

Zaza tersentak dari lamunannya karena ada yang memegang bahunya. Ia pun menoleh ke belakang.

"Apa? Kamu siapa?" Tanya Zaza pada teman sekelasnya yang tadi memegang bahunya.

"Tadi gue manggil-manggil lo. Tapi kayaknya lo asik bengong. Makanya lo gak kedengeran. Gabung sama kita-kita aja yuk daripada bengong sendirian gitu. Ntar kalo lo kemasukan jin gimana? Jujur aja nih, gue gak mau bantuin hehe. Canda ya!" Ucap orang tersebut sambil tertawa dan mengulurkan tangannya ke arah Zaza.

"Kenalin, gue Fiona. Nama lo siapa?" Sambung orang tersebut.

Zaza membalas uluran tangannya. "Nama aku Natazha Selvia Azqia. Panggil aja Zaza."

"Eh jangan pake aku-kamu dong! Kayak lo biasanya aja. Kayak lo sama si siapa tuh kakak kelas kita yang sering bareng lo." Ujar orang tersebut.

"Iya iya haha. Lagian ini kan baru masuk sekolah, makanya gue pake aku-kamu gitu. Oh itu Indah, sahabat sekaligus tetangga gue dari kecil dia mah." Jelas Zaza.

"Nah iya. Kayak gitu aja. Biar lebih akrab hehe. Yuk gabung sama kita-kita disana! Ntar gue kenalin sama yang lainnya." Ajak Fiona sambil menarik tangan Zaza.

Zaza segera bergabung bersama Fiona dan yang lainnya. Mereka kelihatan sangat akrab. Padahal ini baru hari kedua di sekolah.

"Eh, ini kenalin namanya Zaza. Ajak Zaza ngobrol dong! Biar makin banyak temen kita." Ujar Fiona memulai percakapan.

"Hai Za. Sini yuk gabung sama kita-kita! Lo gak usah canggung. Anggep aja udah kenal lama." Ujar salah satu dari mereka.

"Iya. Kalian pada bahas apaan? Kayaknya seru banget." Ujar Zaza tanpa rasa canggung sedikitpun.

"Ini kita lagi bahas kak Dharma! Dia tadi lewat sini ihh. Cakep banget njir. Gue daritadi ngeliatnya mupeng gitu. Mana dia tebar pesona gitu. Eh– kita belom kenalan yak? Panggil aja gue Reina." Ujar Reina sambil mengulurkan tangannya ke arah Zaza.

Zaza pun menyambut uluran tangannya.

"Iyaa. Panggil aja Zaza." Ucap Zaza sambil tersenyum ke arahnya.

Eh

Tunggu

Apa? Mereka membahas kakak kelas? Aduh, inilah hal yang paling aku takutin. Paling takut kalau nanti mereka akan membahas kak Adrian. Bisa-bisa aku salah tingkah sendiri.

Batin Zaza.

"Andai aja kak Dharma ngeMOS kelas kita ya. Aduh bisa-bisa gue mati di tempat. Itu orang cakep banget njir! Besok kan hari terakhir mos, gue mau ngasih surat cinta ke kak Dharma ah! Astaga, gak sabar gue nunggu besok! Btw, kalian mau ngasih ke siapa? Udah pada nyiapin?" Tanya Reina setelah panjang lebar bercerita.

"Udahlah! Besok kayaknya gue mau ngasih ke kak Gilang." Ujar Fiona.

"Gue ke kak Rama aja ah! Kan dia yang ngemos kita." Ujar teman Fiona yang satunya lagi.

"Lo ngasih ke siapa, Za? Jangan bilang kalo lo masih bingung! Oh iya kita belom kenalan. Gue Mutiara. Panggil aja Ara." Ujar teman Fiona yang ternyata bernama Ara itu.

"Eh– iya. Gue masih bingung mau ngasih ke siapa. Gak ada yang gue kenal sih. Gue juga gak tau siapa aja kakak kelasnya." Ujar Zaza.

"Saran gue nih ya, mending lo ngasih ke kak Adrian aja. Orangnya kocak banget dah. Dia di kelas 8-C. Meskipun dia gak ngeMOS kita, dia pasti nerima suratnya." Saran Reina.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang