Zaza angkat bicara. "I—itu anu kak. Ah tadi anu keminum kak. Gak sengaja. Serius. Gak boong. Gue genti ya kak? Kakak tunggu disini bentar. Gue mau beli dulu ke kantin." Zaza melangkah meninggalkan mereka.
Rama mengejarnya dan memegang tangannya. "Gak usah. Gue bisa beli sendiri kok. Yang tadi lupain aja."
"Eh maaf." ujar Rama sambil menurunkan tangannya yang memegang tangan Zaza.
Zaza mengangguk. "Yaudah makasih ya kak!"
Zaza kembali lagi ke kelas.
"Loh gak jadi ke kantin nih, Za?" tanya Fiona heran saat Zaza kembali lagi ke kelas.
"Enggak, Fi. Tuh orangnya bilang gak usah digenti."
"Lo sih asal kabur aja." ujar Ara.
"Soalnya gue takut banget kak Rama marah."
"Gak mungkin lah kak Rama marah cuma gara-gara hal sepele kayak gitu doang." Sekarang giliran Reina yang berbicara.
Fiona melihat ke arah jam. "Ini udah jam masuk. Tapi kok kelas kita masih sepi ya?"
Zaza mengangkat bahunya. "Mungkin mereka masih nyari tanda tangan,"
"Gue ke bangku gue dulu." sambungnya.
"Eh ntar dulu, Za. Lo dapet tanda tangan siapa aja?" tanya Ara.
"Gak tau dah siapa aja. Intinya gue dapet tanda tangan kak Adrian hehe. Yang lain mah lupain aja. Gak penting juga." ujar Zaza sambil menyengir.
"Hah?! Kok bisa? Itu ceritanya gimana? Lo disuruh apa aja sama dia?" Kali ini Fiona yang angkat bicara.
"Gue gak disuruh apa-apa tuh. Gue kan abis minta tanda tangan kak Gilang. Nah disitu kak Gilang gak mau ngasih karena pena gue bukan pena Hi-tec. Trus gue ngomel-ngomel tanpa liat jalan gitu. Eh nabrak si pangeran." jelas Zaza sambil senyum-senyum.
Fiona memandang jijik ke Zaza. "Pangeran?! Jijik gue dengernya."
"Ya dong! Kan dia pangeran, nah gue putrinya." ujar Zaza bangga."Handsome and the beast ya, Za." sahut Ara.
"Najong! Beast beast palalo. Cantik gini lo kata gitu. Beauty and the handsome kita berdua mah." ujar Zaza menjulurkan lidahnya.
Saking asiknya mengobrol, mereka tidak sadar kalau kelas sudah ramai kembali. Kakak-kakak osis juga sudah memasuki kelasnya masing-masing.
"Karena hari ini hari terakhir kita mos, kakak-kakak osis disini cuma minta sama kalian buat nulis di kertas saran dan kritiknya untuk osis yang ngemos di kelas ini. Masih inget gak nama kakak-kakak osis disini?" tanya kak Rama.
"Gak kak." teriak Zaza paling kencang.
"Sini maju ke depan yang tadi teriak paling kenceng!" ujar kakak osis yang cewek.
Zaza segera beranjak ke depan kelas dan menatap kakak osis cewek tersebut.
"Kenal nama kakak gak?" tanya kakak osis cewek itu.
Zaza menggeleng pelan.
"Kalo kakak yang di samping itu kenal gak?" tanyanya lagi sambil menunjuk ke arah Rama.
Rama yang ditunjuk langsung tersenyum memamerkan giginya dan melambaikan tangannya ke Zaza.
"Kak Rama?" Zaza bukan memberi pernyataan melainkan pertanyaan karena ia sedikit lupa.
Kakak osis cewek tersebut kemudian mengangguk dan menyuruh Zaza untuk duduk kembali.
"Kayaknya kalian cuma hapal nama Rama doang, ya?" ujarnya cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
Teen FictionI wanna tell you 'bout the hard things ever in my life when i found someone whom i think he's my true love but it's only imagination. I tried to forget him. But, sorry, i can't. Come on, read it, you'll know how hard it's to forget someone you loved...