JOHNA

12 1 0
                                    

Malam ini  jadi malam paling menegangkan dan penuh dengan emosi. Romeo pergi dari rumah gue dengan muka frustasi, bokap melarang gue keluar kamar dengan wajah menyeramkan, dan gue terpaksa mengurung diri di kamar. Handphone dan semua perlatan yang bisa menghubungkan gue dengan Romeo dan dunial luar sana di sita sama nyokap gue. Gue menyetel dvd lagu The Overtune dari dvd player gue menghabiskan malam dengan tidur sambil menangis menghayati lagu. Keesokan pagi nya, ada yang mengetuk kamar gue, gue pikir itu nyokap atau bokap gue jadi  gue diamkan saja, tapi begitu orang ini berkata ‘Permisi’ suara yang gue denger ini beda, ini suara yang belum pernah gue denger sebelumnya, suara berat laki laki. Gue buka pintu kamar gue perlahan, dengan muka tertunduk gue lihat 2 kaki jenjang dengan celana jeans kumal, dan sepatu skets hitam putih, gue angkat kepala gue, gue melihat sosok seorang pemuda dengan setelan jaket hoodie hitam dan kaos oblong putih polos, perawakan nya cukup tampan, dengan badan yang kekar, potongan rambut seperti polisi, his look like prince charming. Gue belum pernah melihat orang ini sebelumnya. ‘siapa ya? Ada apa?’ Tanya gue dengan masih memperhatikan, siapa tau gue inget. ‘Saya Johnathan. Saya kesini untuk menjemput kamu, saya di minta om Christ untuk mengantar kamu kuliah pagi ini’ jawabnya dengan sikap yang sangat kaku. Gue rasa dia beneran polisi, abri, boddyguard atau semacam nya. ‘Bokap gue nyuruh lu anterin gue kuliah? Lu sekuriti, bodyguard atau apa ya? Bilang bokap gue, gue lagi gak mood kuliah’ Gue langsung menutup pintu kamar gue. Tiba-tiba gue inget sesuatu, hari ini Romeo ada di tempat kerjanya di seaword, kalau gue bisa keluar rumah dengan alasan kuliah dan ketemu Romeo, mungkin itu lebih baik. Gue kembali membuka pintu kamar gue dan melihat ternyata Johnathan belum beranjak. ‘okeh kita pergi, gue siap siap dulu, okeh’ perintah gue dengan antusias, gue melihat tawa kecil di muka Johnathan yang dari tadi kaku.
 
Begitu di jalan gue bilang sama Johnathan, ‘gini ya Johna, kita..’, belum selesai bicara, selaknya mengagetkan gue ‘emm.. Johnathan, nama saya johnathan’. Anak ini memang sangat menjengkelkan ‘gue lebih gampang panggil lu Johna, okeh?’ jawab gue dengan nada ketus. ‘okeh okeh’ Johna hanya bisa menurut. ‘gini ya, kita sekarang pergi ni, tapi lu anterin gue ke seaworld’ perintah gue ‘seaworld? Ancol?’ Tanya nya bingung. ‘iya, seaworld ancol. Gue lagi gak mood banget kuliah, gue mau ketemu seseorang di sana, nah lu anterin gue. Lu gak perlu kaku kaku gitu sama gue, panggil aja gue Talu, dan ngobrol aja dengan sapaan “gue lu” bisa?’ seru gue malanjutkan antusias gue. ‘okeh, bisa gue terima, tapi gue bilang om Christ dulu ya kalau lu gak mau gue anter kuliah’ ia menjawab sambil mengambil handphone nya. ‘eitsss.. jangan bilang bokap gue lah Johna. Udah lu anterin gue aja ya.. plissss…’ gue memohon sama Johna sambil mengambil handphone dia, dan dia meng-iya-kan gue.

Sesampainya di tempat kerja Romeo gue langsung beranjak menemui Romeo ‘Johna, lu tunggu sini aja ya, gue mau kedalam dulu’ pinta gue menyuruh johna tunggu di luar ruangan. ‘Gue ikut aja, gue gak bisa tinggalin lu’ katanya tegas. ‘alah alah. Terserah deh. Tapi plis jangan ganggu’ jawab gue frustasi. Sewaktu ketemu dengan Romeo, romeo sudah bersiap untuk menyelam. ‘Romeo’ teriak gue yang menggema di ruangan. ‘Talu, kok kamu bisa ke sini?’ Tanya Romeo dengan bingung sambil melihat kearah gue dan Johna. Gue langsung berlari ke arah Romeo dan memeluk nya. ‘Romeo, aku mau kita nikah sekarang, aku hamil’ gue langsung menyerang Romeo dengan permintaan dan pernyataan konyol. ‘wait, what? Kamu pasti stress. Gak, gak bisa gitu lah. Aku tuh masih mau seneng seneng, masih mau nikmatin masa muda aku. Lagi juga selama pacaran kita gak pernah ngapa-ngapain kan. Maaf talu, kamu udah gila kayaknya, ada ada aja kamu’ Romeo menjawab dengan gelagapan seperti baru terkena setrum. ‘Jadi kamu gak mau nikahin aku? Kamu pikir aku gila? Romeo aku serius’ gue mulai menangis saat itu dan merajuk sambil memeluk dan memegang tangan Romeo. ‘Gak talu. Gak bisa, kamu gila kali ya. Sekarang mending kamu pergi, kita putus’ jawab Romeo sambil melepaskan tangan nya dari gue dan sedikit mendorong gue membuat gue hampir jatuh. Kejadiannya persis kayak sinetron sinetron di tv. Untung Johna dengan sigap memegang gue dari belakang dan membawa gue keluar dari tempat itu.

Gue dan Johna menepi di pinggir pantai dan duduk di atas cup mobil sambil memangdangi lautan. Johna membelikan gue eskrim yang katanya bisa sedikit menenangkan. ‘jadi soal yang hamil itu.. bener?’ Tanya Johna membuka pembicaraan. ‘ya gak lah, dikira gue bego kali bisa hamil sama dia’ jawab gue dengan ketus. ‘Gue Johnathan, gue ini anak temen bokap lu, bokap kita berniat ngenalin kita sebenarnya sudah lama, tapi gue keburu masuk ke akpol. Sekarang gue udah 2 tahun di akpol dan gue lagi ambil libur. Jadi baru ada waktunya sekarang.’ Cerita Johna mengalihkan perhatian gue dari masalah gue. ‘Oh. Begitu. Gue Taluna, lu bisa panggil gue Talu. Gue..’ belum lagi gue selesai bicara ‘gue tau kok siapa lu, si fotographer paruh waktu yang hobi nya traveling yang tiap liburan jarang ada di rumah’ selak Johna seolah tau siapa gue. ‘haha. Kayaknya lu hobi ya nyelak omongan orang? Atau di akpol di ajarin begitu? Nyelak nyelak perkataan orang gitu?’ canda gue yang mulai melupakan masalah gue, dan mencoba moveon. Sepanjang perjalanan gue dan Johna bercerita cerita soal banyak hal, mulai dari kegiatan dia di akpol, keputusan dia ambil akpol karna paksaan bokapnya yang sebenernya dia gak mau, dan masih banyak lagi. Hari hari berikutnya yang gue jalanin sama Johna itu beda dan asik, dia bisa bikin gue lupa sama masalah gue, dan move on. Hingga tiba dihari dimana Johna harus kembali ke, asrama Akpolnya dan gue harus kembali memulai semester baru kuliah gue.

Berbulan bulan lama nya gue dan Johna terpisah, mulai ada rasa kangen. Dan akhirnya gue dan johna di pertemukan kembali di libur semester berikutnya. Sore itu johna ngajak gue ke salah satu mall di Jakarta yang punya pemandangan laut di belakang nya. Kita banyak ambil foto disana. Gue dan johna hanya sekedar sahabat sampai saat ini dan tiba tiba ditengah becandaan dan ketawa ketawa kami.. ‘Talu..’ serunya dengan nada serius namun tenang. ‘apaan johna?’ jawabku dengan santai padahal jelas terlihat di raut wajah kami kebingungan. ‘kita nikah yuk?’ johna menatap mata gue dalam dalam. ‘hah? Haha.. kamu serius johna? Ada ada aja kau pun hehehe’ pertanyaan nya membuat gue ketawa. ‘aku serius. Kemarin aku mengajukan pengunduran diri aku dari akpol dan pindah ke salah satu universitas di bali. Dan sekarang aku mau serius, Taluna, aku mau nikah sama kamu’ johna mengeluarkan cicin dari kantong jaketnya. Kata kata johna membuat gue seperti tidak bisa berkata apa apa lagi, tapi gue memaksakan diri ‘tapi johna, aku mau selesain kuliah aku dulu, aku mau kita juga saling kenal lebih dulu, jujur ini dadakan banget loh, tapi kita bisa mulai dengan awal yang lebih baik dulu. Semua kan butuh proses’ jawab gue berusaha tenang, dan menjawab dengan benar. Johna menarik tangan gue dan memakaikan cicin yang dia pegang ke jari manis gue ‘ya setidaknya, aku gak mau kehilangan kamu. Aku mau kamu jadi miliki aku doang’ Johna berusaha meyakinkan gue dan buat gue percaya.

Hari itu adalah awal yang baru buat gue, seperti sebuah babak drama yang akan mengisi hari hari gue selanjutnya. Johna memilih sekolah di bali dan hidup dari hasil jerihpayahnya sendiri, dia bekerja paruh waktu, dia berdagang, apapun untuk membuktikan kalau dia bisa hidup mandiri tanpa bantuan orang tuanya. Ya begitulah johna, keras. Dan gue, gue melanjutkan hari gue dengan tetap menjaga hati gue untuk sebuah hubungan jarak jauh ini yang kata orang L.D.R.

Love.Damn.Realationshit (LDR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang