tujuh

7 3 0
                                    

Bel panjang tanda jam sekolah telah usai berdering nyaring. Hampir seluruh siswa di SMA 97 berlarian keluar kelas. Tak terkecuali Aldi.

Sementara Rion mengerutkan kening, bingung melihat tingkah Aldi yang berbeda dari biasanya. Biasanya Aldi akan menunggu Rion berkemas dan berjalan bersama menuju parkiran. Aldi itu orang yang menganut sistem pantang berdesak desakkan.

Tapi sekarang Aldi meninggalkan Rion dan berlari keluar kelas dengan riangnya. Tidak peduli pada keadaan yang ramai dan pandangan aneh teman teman di kelasnya.

Cepat cepat Rion berkemas dan mengikuti Aldi. Ternyata Aldi menuju kelas XI-IPA1. Rion mengernyit heran dan bergumam pada dirinya sendiri.

"Mau ngapain Aldi disitu?"

Tak lama pertanyaan Rion terjawab. Muncul seorang gadis cantik nan manis dari pintu kelas itu, dan Aldi segera menghampirinya. Karena kondisi sekolah yang ramai, Rion tidak bisa mendengar percakapan mereka. Lalu mereka berjalan menjauh menuju parkiran sekolah.

Hanya satu yang Rion tahu. Gadis itu adalah sepupunya-Meyra.

*****

"Ra, Aldi udah nungguin diluar tuh," ujar Lana sambil memasukkan bukunya kedalam tas.

"Terus gimana dong?" tanya Meyra bingung. Gadis itu bingung harus bagaimana. Bukannya Meyra tidak mau pulang bersama Aldi, tapi Meyra takut dengan gosip yang akan beredar. Belum lagi jika hal ini akan membuat Meyra merasa bersalah pada akhirnya.

Lana menjawab,"Ya lo pulang sama dia. Susah banget sih. Nggak usah mikirin yang aneh aneh. Mungkin Aldi cuma mau temenan sama lo. Lagi pula menurut gue, Aldi nggak doyan cewek ngelamun kaya lo."

Meyra tertawa datar.

"Dasar kejam. Ya udah deh, gue pulang bareng Aldi," balas Meyra pasrah seraya bangkit berdiri.

Begitu Meyra keluar, Aldi segera menghampirinya.

"Ra, gue duluan ya," pamit Lana.

"Iya, lo hati hati ya," sahut Meyra malas.

Lana melambai lalu membalikkan badan dan berjalan menjauh.

"Mau langsung pulang atau mampir dulu?" tanya Aldi sambil menyunggingkan senyumnya yang bisa membuat seluruh siswi di SMA 97 pingsan. Terkecuali Meyra.

"Langsung pulang aja deh," jawab Meyra datar seraya mulai berjalan menuju tempat parkir.

Aldi berjalan disamping Meyra. Dan tidak menyadari ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik mereka.

*****

"Thanks udah nganterin gue pulang," ujar Meyra begitu mobil Aldi berhenti didepan teras rumahnya yang super besar.

"Iya, sama sama," sahut Aldi kalem.

Meyra melepas sabuk pengamannya. "Lo mau mampir dulu?"

Sebenarnya hanya untuk sekedar basa basi. Tapi semoga saja Aldi menolak. Karena entah rasa bersalah sebesar apa yang akan ditanggung Meyra nantinya jika ia membiarkan Aldi lebih dekat dengannya satu langkah lagi.

Aldi mempertimbangkan usul Meyra. Lalu akhirnya menggeleng dengan ekspresi menyesal.

"Makasih. Tapi mungkin lain kali. Soalnya gue harus nemenin adik gue belanja," sahut Aldi dengan wajah mengernyit ngeri. Seolah olah ada hal buruk yang dipikirkannya.

Mau tak mau, Meyra tertawa melihatnya. Wajah tampan Aldi jadi terlihat sangat lucu. Padahal seharusnya tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan Aldi karena dia pemegang sabuk hitam karate. Ditambah senyum mautnya yang bisa melelehkan hati gadis mana pun. Tapi ternyata keahlian serta kelebihan itu tidak berguna jika Aldi sudah berhadapan dengan adiknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rahasia HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang