FIRST : GOOD BYE

1.7K 104 13
                                    

Dalam diamku, menyimpan sebuah rasa.
Entah sampai kapan aku akan menampik ini semuanya, sendiri.
Dan yang perlu diingat adalah, kamu yang tidak pernah melihat kehadiranku, disini, disampingmu. Bahkan, saat jarak yang sangat dekat.

***

Jam kosong. Momen terindah bagi kebanyakan siswa. Begitu pula bagi penghuni kelas sebelas ipa satu.
Seketika mereka semua berekspresi yang sama saat mengetahui guru kimia tidak hadir karena sakit.

Ketua kelas maju ke depan dan berdiri di tengah. Akan mengumumkan informasi yang sepertinya mengecewakan.

"Pengumuman. Bu Mia ngasih tugas nih. Di suruh bikin laporan praktikum minggu kemaren per kelompoknya, di kumpulin hari ini." Ujar Zafran. Selaku ketua kelas sebelas ipa satu.

Sebagian siswa mengeluh karena diharuskan membuat laporan sekarang juga. Tetapi sebagian siswa tidak peduli akan hal ini. Iya, bagi siswa yang tergolong malas dan hanya menitipkan namanya di kertas laporan. Padahal, mereka tidak bekerja.

Naira menghadap ke belakang, mencari seseorang yang satu kelompok dengannya. Hanya tiga kelompok. Dua perempuan dan satu laki-laki.

"Nai, lo aja ya yang ngerjain soalnya gue ada urusan. Bye." Ucap Chelsea-teman satu kelompok. Naira tahu, pasti Chelsea akan pergi ke toilet untuk membasuh muka, kemudian bercermin dengan membuang banyak waktu untuk memoles mukanya seperti biasa. Chelsea memang mempunyai hobi dandan. Cermin kecil plus bedak selalu ada di tangannya.

Naira mengalihkan pandangannya ke kanan. Mendapati Syifa yang sedang mengerjakan laporan dengan dua teman yang satu kelompok dengannya.
Syifa beruntung mendapat kelompok yang mau diajak bekerja sama.

"Syif, lo tau ngga dimana Iqbal?" Tanya Naira kepada Syifa yang masih sibuk menatap layar laptopnya.

"Tadi sih gue liat dia izin ke Zafran mau ke kantin Nai, kayaknya mau sarapan deh." Bukan Syifa yang menjawab, tetapi Vina.

Naira langsung beranjak dari duduknya setelah mengucapkan terimakasih kepada Vina. Ia akan menemui Iqbal di kantin.

***

Di tengah perjalanan, ada tangan yang mencekal Naira.
"Buru-buru amat neng, mau kemana sih?" Tanya Fino-pacar Naira.

Perlahan Naira melepas genggaman tangan Fino. Ia tidak suka pacaran di tempat umum apalagi di sekolah.
Naira mengajak duduk Fino.

Naira tersenyum kepada Fino. "Mau nyari Iqbal, kenapa?"

Fino tersenyum miring kepada Naira. Untuk apa Naira menemui Iqbal.

"Ngapain sih?"

"Aku sekelompok sama Iqbal, mau bikin laporan kimia." Jawab Naira.

Fino mengangguk mengerti. Ia juga tahu, Naira hanya sayang kepadanya. Tidak mungkin Naira menyukai teman satu kelasnya. Terlebih Iqbal.
Laki-laki pindahan saat kelas sepuluh semester dua. Setahu Fino, Iqbal mempunyai sifat yang cuek, dingin dan tidak bisa di tebak. Mungkin ini yang menjadi alasan, mengapa seorang Iqbal Akbar Farabi tidak mempunyai teman akrab. Apalagi menjadi terkenal seperti Fino.
Perlu diketahui, hampir semua angkatan pasti ada yang menyukai Fino. Entah sekedar ngefans ataupun lebih, pasti ada. Nama Fino terkenal karena pandai bermain basket. Fino juga seorang gitaris salah satu band di sekolah ini.

"Nanti pulang sekolah ngga bareng ya. Aku mau latihan basket."

"Oh ya? Dimana?" Tanya Naira.

"Di SMA sebelah yang ceweknya cantik-cantik." Ucap Fino sambil terkekeh.

Naira menghela nafas, melirik Fino dengan tatapan tajam. "Iya ya, terserah deh."

"Gitu aja marah, nanti cantiknya ilang loh." Fino mengacak-acak rambut Naira sampai berantakan.

Highkey Missing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang