SECOND : FEELIN' REAL

818 72 2
                                    

Terserah mau seperti apa perlakuanmu kepadaku.
Yang jelas, aku takan pernah berubah.
Karena perasaan itu nyata dan masih bertahan sampai detik ini.

***

Naira tidak hentinya menggerutu kesal karena lima menit lagi bel masuk disekolah. Sedangkan sekarang, posisinya masih di dalam mobil. Tepatnya terjebak macet pagi ini. Ini semua karena tidur malamnya yang terganggu sehabis menangisi Fino. Ia juga tidak tahu, mengapa harus menangisi cowo kasar sejenis Fino. Hanya membuang waktu saja.
Mungkin karena hubungannya dengan Fino yang terbilang cukup lama. Tiga tahun, lumayan lama kan?

Pandangan Naira sekarang beralih ke arah ponselnya yang menampilkan nama Syifa pada layar. Naira segera mengangkat panggilan masuk dari Syifa.

"Iya Syif, kenapa?"

"Lo dimana sih? Ini udah masuk tau"

"Aduh gimana yah, gue kejebak macet Syif."

"Cepet deh Nai, jam pertama kan pelajarannya Bu Novi."

"Kalo ada gurunya bilangin gue berangkat ya Syif, bye."

Naira mengakhiri telfonnya dengan Syifa dan kembali fokus menyetir. Baru ingat jika hari ini pelajaran pertama Bu Novi-guru yang terkenal killer dan galaknya melebihi kepala sekolah.

Naira juga tidak terbiasa membawa mobil sendiri. Biasanya jika tidak Ayahnya yang mengantar, Naira diantar oleh Bundanya.

***

Pukul tujuh tiga puluh, Naira baru sampai di sekolah. Langsung saja memarkirkan mobilnya dan pergi ke ruang BK. Ini sudah menjadi keharusan bagi siswa yang terlambat sekolah. Naira juga tidak akan mendapat hukuman lagi saat di kelas, karena Bu Novi tidak berangkat hari ini. Hhhh-keberuntungan berpihak kepada Naira.

Sampai di pintu BK, Naira melihat sosok yang sudah tidak asing lagi-Iqbal.
Senyumnya mengembang ketika guru BK mempersilahkan masuk dan duduk di samping Iqbal. Ini hanya kebetulan Naira dan Iqbal terlambat. Tetapi, Naira malah menganggap ia sebagai jodohnya Iqbal.

"Kamu Naira kan? Dari kelas sebelas satu?" Tanya Bu Fahira- guru BK.

Naira mengangguk. "Iya Bu."

"Dan kamu siapa?" Tanya Bu Fahira kepada Iqbal.

Naira tersenyum tipis sambil melirik Iqbal. Guru BK pun tidak mengenali Iqbal karena tidak terkenal.
Tetapi jika dibandingkan dengan Fino, siapa yang tidak mengenalinya? Selain menjadi anak basket dan anak band, prestasi Fino juga sudah tidak diragukan lagi. Ini terbukti saat guru memilih Fino untuk mengikuti OSN Biologi.

"Saya Iqbal Bu, dari kelas sebelas satu juga."

"Kenapa kalian bisa terlambat?" Tanya Bu Fahira lagi.

"Soalnya-" ucap Naira dan Iqbal secara serempak.

Bu Fahira terkekeh mendengarnya. Apalagi saat Naira dan Iqbal saling menatap.

"Ah kalian ini, ngomong aja barengan. Kayaknya kalian jodoh deh." Ledek Bu Fahira.

"Aamiin Bu aamiin, makasih udah doain saya." Batin Naira.

"Saya jalan kaki dari rumah Bu, sampe ke bengkel buat ngambil motor saya yang mogok kemaren." Jawab Iqbal.

"Kalo saya tadi kejebak macet Bu." Jawab Naira.

Bu Fahira ingat, (Namakamu) adalah temannya dulu. Jika bukan karena itu, pasti Bu Fahira akan menghukum Naira untuk membersihkan toilet. Sama seperti siswa yang biasanya terlambat.

"Kamu ini Nai, alasan klasik banget."

"Bu, saya ngga dianter sama Bunda. Jadi ya gitu deh." Naira membela diri. Ia juga tahu, Bundanya adalah teman Bu Fahira.

Highkey Missing YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang