4

183 28 0
                                    


"Y/n!!! Selamat ya, udah dapet pekerjaan!"

"Hehe" berkat semangat dari cowok malaikat, wawancara gue lancar dan gue diterima.

"Sebagai perayaan lo harus traktir gue dicafe huns" yf/n narik tangan gue menuju cafe huns. Gue si mau mau aja kesana, sekalian mau ngobrol sama cowok malaikat.

Tapi pas kita berdua sampai di cafe, gue ga ngeliat cowok malaikat, kemana dia?

"Yf/n cowok malaikat kok gaada ya?"

"Iya, gue juga ga ngeliat"

Entah kenapa perasaan gue buruk.

"Yf/n, tolong tanyain dimana cowok malaikat donnggg"
"Plisss. Yayaya?"

"Dih, ngap-"

"Yf/n!! Plissss" gue ngerajuk sambil narik narik tangan yf/n.

"Yaudah iya!"
"Tapi gimana cara gue nanya nya? Tau namanya aja engga"

Iya, ya. Selama ini gue belom nanya siapa namanya. Hal bodoh yang gue lakuin ke-2.

Gue cuma ngejawab yf/n dengan mengangkat bahu, acuh. Yf/n mukul pala gue dulu sebelum ke counter buat nanyain cowok malaikat.

"Mba"

"Ya, ada yang bisa saya bantu?"

"Mba kenal, cowok yang kaya malaikat, yang kerja disini ga?"

Astaga, yf/n ko temen gue oneng. Mana tau mbanya atuh.

"C-cowok kaya malaikat? Siapa?"

"Masa gatau si mba"
"Mba kerja disini ngapain aja?"
"Masa gakenal sama temen kerja sendiri?"

"Ya saya kerja mba"
"Tapi yang kerja disini gaada yang kaya malaikat mba"

Aaaaa. Dari pada yf/n malu-maluin mending gue akhiri adu mulut mereka sekarang. Gue narik yf/n jauh dari counter.

"Yf/n kok lu onengg bangeett siii"ucap gue setelah duduk lagi.

"Oneng kenapa?"

"Kalo lo nanya 'cowok malaikat' ya mereka mana tau. Kan 'cowok malaikat' dari panggilan gue, karena ga tau nama asli dia"

"Ya terus gue nanyanya gimana? Kan yang gue tau juga cowok malaikat doang"
"Lagi lu bago sih, kenapa gapernah nanya siapa namanya?!"

"Iya sih salah gue juga"




































"Dia udah berhenti kerja"

Lagi merenung tiba tiba cowok bantet diri disamping gue dan ngomong kek gitu ke gue.

Ni anak siapa? Kenal juga engga, dia ngomong apaan si? Siapa yang berenti kerja?

"Maksud lo?"

"Gue tau maksud lo cowok malaikat itu siapa"
"Dia temen gue"
"Sekarang dia udah berhenti bekerja disini" Cowok bantet itu melipat tangannya didepan dadanya.

Gue gatau ekspresi apa yang gue buat sekarang. Tapi itu kenyataan yang menusuk bagi gue.

"...berhenti ker.. Ja? "

***

Gue pun mendatangi Cafe huns lagi setelah kemarin, cowok bantet yang bernama Jimin itu bilang kalo cowok malaikat pindah. Entah kenapa mendengar itu, kepercayaan diri gue ilang begitu aja. Tubuh gue lemes. Tapi gue belum mau percaya begitu aja. Gue mau buktiin sekarang, makanya gue dateng kecafe ini lagi.

"Dia sudah berhenti kerja"

Jawaban dari kenyataan yang ga mau gue denger, keluar lagi.

"Ah.. Begitu ya, terimakasih"

Sebelum keluar dari cafe gue diem didepan pintu keluar dan menatap sekeliling cafe, mungkin aja pelayan tadi keliru bukan?

Tapi suasana cafe ini sungguh seperti menggambarkan bahwa cowok malaikat itu tidak ada disini. Cafe ini tetap sama, tapi bagiku pemandangan cafe ini jadi aneh.

***

"Hey, kenapa bengong?"

Yf/n mebuyarkan pikiran gue, mengenai hari kemarin. Hari watu gue memastikan kebenarannya.

Walau gaada cowok malaikat itu gue sama yf/n itu datang kembali ke Cafe huns.

"Jangan melamun terus"
"Pikirin kerjaan dulu"
"Oh ya ngomong2 pekerjaan...
Gimana kalo lo nyari cowok baru dikantor?" ucap yf/n sambil nepuk pundak gue semangat. Gue nepis tangan yf/n dri pundak gue. "Gak!"

"Gimana kalo ketemu cowok kaya cowok malaikat?!"
"Atau!!"
"Gimana kalo lo satu kantor sama Cowok malaikat?!!"

"Gakk! "
"Lo dengerin gue ga si!"

"Hmph.. Y/n gue ngomong begini supaya lo lebih baik"

Gue senyum saat yf/n ngomong kaya gitu. "Gue baik-baik aja"
"Gaperlu khawa-"

"Bentar y/n gue ada tlpn"
"Ya, ya? Halo? "

Anju. Dia bener bener tidak berperiketemanan. Malu maluin gue aja anjir.

Sebenernya gue juga ga baik-baik aja. Gimana rasanya ditinggal orang yang lo suka. Lo gabakal baik-baik aja, sekuat lo mencoba untuk baik, percuma lo gabakal baik-baik aja.

Walau gue cuma merhatiin dia dan gakenal bener dia, hati gue berdebar gue juga bahagia. Bahkan untuk menyukainya sendirian dan melihatnya dari kejauhan, apa ga boleh?

"...ya, ya..... Y/n?" yf/n menghentikan kegiatan menelponnya.

"Hiks.. Hikss.. Bagaimana ini?.. Gue sakit banget yf/n.. "

Dengan khawatir yf/n meluk gue buat nenangin, dan malah bikin tangisan gue pecah.

Bukan cuma rasa khawatir yang timbul saat dia pergi begitu saja, tapi penyesalan bodoh juga. Rasa hampa dan kehilangan-

***

TBC

IMAGINE; KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang