Kepada Para Pembaca

485 84 37
                                    

Terima kasih telah membaca cerita ini sampai selesai. Ini adalah cerita pertamaku yang murni tanpa genre fantasy dan supranatural #haha.

Sumber Insprasi

Aku memiliki tante yang dekat denganku, bagai ibu kedua. Aku sering mengunjunginya, membongkar lemari es di rumahnya dan mengisi perutku dengan sekotak es krim. Tapi sekarang tidak ada lagi es krim di sana. Bukan karena tanteku akhirnya memutuskan kalau aku harus berhenti makan es krim, tapi karena memang tidak ada lagi sosok yang selalu sengaja menyediakan stok itu.

Sejak kanker itu datang, dan mengambil orang yang kusayangi dalam kurun lima bulan.

Saat ini tante keduaku (aku hanya memiliki dua tante) mengalami hal yang sama dengan almarhum tanteku sebelumnya. Tapi dia sedang berjuang.

Aku memiliki pemikiran Lana, sifat dan emosi Jason, dan sikap pengecut orang tua Lana. Karena itulah aku menulis cerita ini.

Yang Ingin Kusampaikan

Aku ingin memberitahu, kalau penyakit seperti ini bukan hanya terjadi di novel-novel (tentu saja). Aku bukannya ingin mematahkan semangat para penderita kanker dengan mengisahkan akhir hidup Lana yang seperti ini. Tidak sama sekali.

Penyakit bukanlah akhir dari segalanya. Dokter tidak bisa menentukan batas umurmu. Hanya Tuhan yang bisa. Jika kau mau, dengan kehendak Tuhan, kau akan bisa melewatinya. Tapi jika kau sendiri bahkan tidak mempercayainya, Tuhan juga tidak bisa membantumu.

Aku tahu, sakit memang. Aku pernah melihatnya.

Di cerita ini, Lana bukannya menyerah di akhir hidupnya. Kita semua tidak menyerah, terus memperjuangkan hidup kita karena ada hal yang harus kita lakukan, bukan?Lana, gadis itu sudah melakukan segala hal dan mendapatkan apa yang ia inginkan. Jiwanya sudah tenang, dan ia siap untuk melepaskan dunia ini. Ini berbeda dengan menyerah.

Karena sekuat apapun manusia, jika Tuhan berkata cukup, maka artinya cukup.

Dan kita harus belajar menerima kenyataan kalau hidup ini singkat dan semu. Ada jalan lain lagi yang harus kita tempuh. Dunia ini bagai tempat persinggahan sementara. Kehilangan seseorang memang menyakitkan. Tapi percayalah, kalau mereka sudah berada di tempat yang lebih baik, di sisi Tuhan. Karena di situlah kita semua berasal, dan di situ juga tempat kita berpulang.

Bukannya aku orang yang kuat. Seperti Jason, aku juga masih berusaha belajar untuk menerima semua ini. Belajar agar pikiranku bisa tetap terbuka.

Akhir Kata

Well, ini cerita pertama yang berasal dari lubuk hatiku yang paling dalam. Maaf jika pesannya kurang tersampaikan. Aku tetap mengharapkan kritik dan saran, demi penyempurnaan cerita ini. (Kenapa bahasanya jadi kayak kata pengantar karya ilmiah?!).
Semoga saja ada suatu saat di mana aku menulis cerita semacam ini lagi.

Sekian, dan terima kasih.

-Nat-

(8 Maret 2017)

How To Enjoy LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang