Chapter 4

259 28 2
                                    


Yuri membuka pintu apartementnya dan terkejut mendapati Yoona yang sedang tiduran di sofa panjang dengan pandangan mata menerawang.

"Yoona-ah? Kukira kau menginap di rumah mentormu?" tanya Yuri sambil meletakkan kotak kertas kecil ke atas meja. Yoona melongokkan kepalanya. "Tidak jadi. Tadi Yeon-Seongsaem mendapat telepon darurat dari ibunya, jadi latihan hari ini dibatalkan," jawabnya. Yuri manggut-manggut mengerti.

"Apa yang kau bawa?" tanya Yoona melirik bungkusan yang diletakkan Yuri di atas meja. "Samgyeobsal ddeokbbokki," jawab Yuri pendek. Yoona langsung beranjak dari posisinya dan membuka bungkusan itu.

"Whoaaa! Dae~bak! Yuri-ya, neo jjangiya!" teriak Yoona girang saat menatap ddeokbokki dan irisan samgyeobsal itu. Yuri meringis. Ia memang berniat untuk memberikan bungkusan itu pada Yoona besok, tapi malah ditemukan sekarang. Ya sudahlah.

Yuri tersenyum tipis. Ia beranjak dari posisinya lalu mengambil segelas air. Yoona memperhatikan sahabatnya itu, ekspresinya berubah serius.

"Yuri-ya," ujar Yoona.

"Hm?" balas Yuri sambil meneguk airnya.

"Kenapa kau sekarang tertutup padaku?" tanya Yoona. Yuri menghentikan aktivitasnya. "Apa maksudmu?" tanyanya kemudian, berusaha tidak bertatap mata dengan Yoona. Ia tahu kemana arah pembicaraan ini.

"Dulu kau juga sama cerewetnya denganku, bahkan kau lebih sering bertengkar dengan Jungkook daripada aku. Tapi kenapa tiba tiba kau berubah? Apa ada masalah? Kenapa kau tidak menceritakannya padaku? Hm?" tanya Yoona.

"Kau ini bicara apa, aku tidak berubah kok. Sudah ah, aku mau mandi dulu," balas Yuri terburu buru mengubah topik pembicaraan dan meninggalkan Yoona dengan pikiran pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

"Kau berbohong Yuri-ya," ujar Yoona pelan sambil melahap ddeokbbokki.

>>>>

Hari berikutnya

Yuri menatap malas kearah Jungkook yang tersenyum manis kearahnya. Ia tahu pasti ada maksud lain didalamnya melihat Jungkook yang rela menemui Yuri di cafe tempat ia bekerja.

"Acara minum lagi?" tanya Yuri malas. Jungkook menganggukkan kepalanya dengan semangat. Yuri mendengus kesal. Ia beranjak meninggalkan Jungkook untuk mengantarkan pesanan ke meja nomor tiga.

"Siapa panitianya kali ini?" tanya Yuri lagi setelah mengantarkan pesanan. "Taehyung," jawab Jungkook pendek. Yuri menggigit bibirnya. "Sudah kuduga," desisnya sambil menggigit bibir. Taehyung sudah mengancam dirinya untuk ikut acara seperti ini karena kemarin ia menolak ikut.

"Harus?" tanya Yuri memelas. Jungkook nyengir. "HA-RUS," tegasnya. Yuri menghela nafas pasrah. "Baiklah. Katakan pada alien itu aku ikut. Dan kau juga harus ikut," tambah Yuri sambil menunjuk Jungkook. Jungkook nyengir lagi. "Tentu saja," balasnya.

"Yuri-ya," panggil Jungkook ketika Yuri beranjak meninggalkannya.

"Apa lagi?" balas Yuri gusar. Jungkook terkekeh.

"Tolong iced caramel macchiato-nya satu."

Yuri mendengus.

"Kau kan tidak suka kopi, Jeon Jungkook-nim,"

>>>>

"Oho, Kwon Yuri. Kau datang rupanya," ujar Taehyung senang ketika malam itu Yuri bersama Yoona masuk ke restoran samgyeobsal tempat acara minum itu berlangsung. Yuri melotot padanya. "Dan sekarang berikan padaku bayarannya," ujarnya sambil menggertakkan gigi. Taehyung nyengir. Ia merogoh sakunya.

20 (Twenty)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang