Blue Eyes

34.5K 4K 179
                                    

Taman bunga milik keluarga Arnault yang luasnya hampir satu hektar telah disulap menjadi tempat pesta yang sangat indah. Di atas meja-meja yang berjajar rapi tersaji berbagai macam makanan lezat dan minum yang menyegarkan, kursi-kursi ditata melingkar dinaungi payung-payung lebar, para pelayan hilir mudik memberikan  pelayanan  terbaik  untuk para tamu dan badut-badut yang lucu membuat pesta ulang tahun Elynca yang ke delapan semakin terasa meriah.

Lebih dari tiga ratus tamu undangan menghadiri acara tersebut. Di tengah keceriaan para anak-anak yang menghadiri pesta ulang tahun Elynca ada seorang anak laki-laki yang dari awal kedatangannya sama sekali tidak menunjukan ekspresi bahagia.

"Damian jangan pasang wajah cemberut seperti itu. Itu sangat tidak sopan," ucap Melati pada putra tunggalnya yang kini baru berusia sepuluh tahun.

"Acara ini sungguh membosankan," Damian menggerutu.

Damian Andipati Lee, putra tunggal dari pasangan Adimas Wirlan Lee dan R.A Melati Dwi Purwanti. Adimas kini dikenal sebagai pemegang kendali perekonomian di Eropa dan Asia. Salah satu perusahaan milik Adimas Wirlan Lee yang kini sedang berkembang pesat adalah Oracle Corporation.

Damian benar-benar telah merasa bosan dan sepertinya kebosanan yang ia rasakan telah mencapai level paling tinggi. Tanpa sepengetahuan orang tuanya akhirnya Damian memutuskan untuk beranjak dari duduknya. Kakinya melangkah masuk ke kediaman keluarga Arnault, hampir setiap ruangan yang menurutnya menarik ia masuki. Dia sama sekali tidak peduli hal itu sopan ataupun tidak. Penjelajahan Damian di kediaman keluarga Arnault terus berlanjut hingga akhirnya kedua kakinya berhenti tepat di depan kamar Evelyn yang pintunya sedikit terbuka. Tanpa ada rasa segan Damian membuka pintu itu lebih lebar. Matanya langsung tertuju pada sosok Evelyn yang sedang terlelap di atas tempat tidur dengan menggunakan gaun ulang tahun berwarna biru.

"Gaunnya cantik," gumam Damian saat ia telah berdiri di samping tempat tidur. Setelah puas memperhatikan gaun indah yang dikenakan oleh Evelyn kini pandangan Damian beralih ke wajah Evelyn yang terlihat begitu damai dan cantik. Perpaduan yang membuat Damian sulit untuk mengalihkan pandangannya dari wajah Evelyn, "Dia lebih cantik dibandingkan Alexia," Damian membandingkan kecantikan Evelyn dengan teman sekolahnya yang tahun ini dinobatkan sebagai murid paling cantik, "tapi sayang dia hanya memiliki satu tangan," lanjut Damian saat matanya kini tertuju ke arah tangan kiri Evelyn yang tidak sempurna. Damian sudah terbiasa melihat hal itu karena Ibunya adalah pendiri salah satu panti asuhan anak-anak penyandang difabel. Secara rutin ibunya selalu mengajaknya ke panti asuhan tersebut dengan tujuan agar Damian senantiasa bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan padanya.

"Eungh....," Evelyn melenguh saat tangan Damian menyentuh pipinya, "Kau siapa?" tanyanya bingung saat melihat wajah Damian yang sama sekali tidak ia kenal.

"Matamu sangat indah," bukannya menjawab pertanyaan Evelyn, Damian malah menatap intens mata biru Evelyn.

Evelyn mengerjap-ngerjapkan matanya bingung.

Setelah sadar dari rasa kagumya yang cukup berlebihan Damian langsung menyodorkan tangan kanannya, "Perkenalkan namaku Damian Andipati Lee."

Evelyn tidak menyambut uluran tangan Damian. Dia masih menatap Damian dengan tatapan bingung, "Kata mom tidak boleh berbicara dengan orang asing," ucapnya polos.

Damian tersenyum mendengarnya, "Aku bukan orang asing. Mulai sekarang kita berteman," tangan kanan Damian meraih tangan kanan Evelyn. Dia menggenggam tangan Evelyn dengan sangat erat.

Damian & Evelyn | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang