●
●
●
●
Hujan dipagi hari membuat Alexa malas bergerak dan lebih memilih membungkus dirinya dengan selimut sambil memeluk bantal guling kesayangannya. Kamarnya yang bernuansa pink sangat sejuk pagi ini karena air conditioner miliknya. Belum lagi suara hujan pagi ini terdengar bagaikan lagu pengantar tidur yang sangat indah.
Alarm yang berasal dari handphone Alexa berbunyi sudah berbunyi lima kali, tapi gadis itu belum juga bangkit dari tempat tidurnya.
"Alexa, bangun! Kamu sekolah, kan?" Suara ketukan pintu dan panggilan dari luar kamar membuat Alexa berhasil mengumpulkan sedikit kesadarannya.
"Iya, ma. Tunggu sebentar." Alexa menjawab dengan malas.
"Cepat, ya. Kamu udah hampir terlambat." Elena berhenti mengetuk pintu lalu pergi.
Alexa menghembuskan nafasnya lalu berjalan gontai kearah handphone miliknya yang berada di atas meja belajar. Ia mematikan alarm tersebut lalu mengecek matanya. Ia melihat kearah jam yang tertera.
06.55
Mata Alexa membesar. Secara ajaib, kesadarannya terkumpul menjadi seratus persen disaat itu juga. Tapi, ia langsung mengambil handuk nya lalu pergi terbiritㅡbirit ke kamar mandi.
●
●
●
Alexa berlari seperti dikejar setan begitu ia melihat arloji pink ditangannya. Tiga menit lagi bel sekolah akan berbunyi dan ia sudah hampir mendekati sekolah. Alexa terpaksa lari saat sudah seperempat jalan menuju sekolah karena macet. Sebagian orang menggunakan mobil mereka untuk beraktivitas karena takut mereka sakit karena terkena hujan dan hal itu menyebabkan kemacetan parah.
Seragam Alexa sudah setengah basah dan berantakan. Rambutnya yang dikucir rapi juga sudah acakㅡacakan dan kusut. Belum lagi badannya yang sudah pasti bau keringat. Ah, dia benarㅡbenar sial pagi ini!
"Yah, ditutup. Hufft..." Alexa menghembuskan nafasnya. "Gimana dong?"
Dan kesialan tidak ada hentiㅡhentinya menyapa Alexa. Hujan yang tadinya hanya rintikㅡrintik mendadak berubah menjadi deras.
"Ya ampun, hujannya deres banget."Alexa mendadak meletakkan tas pink miliknya diatas kepala sebagai pelindung dari hujan. Sedangkan pakaiannya sudah basah kuyup. Untung buku mata pelajaran hari ini tidak berat.
"Pulang aja kali, ya?" Alexa celingakㅡcelinguk melihat jalan. Tidak ada angkot yang lewat. Kalau begini bagaimana ia bisa pulang. Alexa terpaksa berjalan sampai ia mendapatkan angkot. Tapi, angkot yang ditungguㅡtunggu kehadirannya tidak juga muncul. Akhirnya, Alexa berhenti sebentar disebuah halte untuk berteduh. Hujannya semakin lama semakin deras. Sebuah motor sport berhenti didepan halte. Si pengendara turun dari motornya lalu duduk disampingnya. Ada perasaan wasㅡwas dihati Alexa, ia takut kalau itu adalah penculik anak yang beritanya sedang marak di media sosial.
Lakiㅡlaki disampingnya melepas helm miliknya lalu melihat kearah Alexa dengan tatapan heran sedangkan Alexa mengarahkan pandangannya entah kemana seolahㅡolah dia tidak merasa ada orang di sampingnya. "Lo temannya Vani, kan? Ngapain ke sekolah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need You.
Teen FictionIni tentang Alexa dan Daren. Tentang Alexa yang sedikit pemalu bisa menjungkir balikkan hidup Daren, Tentang Daren yang bisa membuat hariㅡhari Alexa yang abuㅡabu menjadi berwarna. Dan bagaimana cara mereka samaㅡsama menyembuhkan luka dihati mereka.