Out-Of-The-Way Part 2

407 2 0
                                    

Setahun kemudian…

Ruby terbangun kaget. Ia mengambil foto Emili dan memperhatikannya lagi. Rumah Ruby sangat berantakan dan kurang terurus. Banyak tikus-tikus mondar-mandir di ruang tamu tempat biasanya Ruby tidur.

“Hei, kau lapar?” Chris sahabatnya tiba-tiba muncul ingin mengajak Ruby sarapan.
Mereka berduapun meluncur ke Rumah Makan denial’s.

“Sudah pernah kubilang, seperti apa baunya?” Ruby mengaduk-aduk Spagethi di piring tanpa memasukkan sedikitpun di mulutnya makanan itu.

“Apa?”

“Embun pagi. Dia sempuna.” Ruby mulai membayangkan Emili.

“Tidak ada yang sempurna.” Sanggah Chris.

“Dia sempurna.” Ruby mengarahkan garpu ke arah dada Chris.

“Baiklah.” Chris menyerah.

“Kau tau, banyak orang yang lututnya berkerut? Kulit Emili sangat halus seperti kapas. Kau tau dia dulu sering kusebut apa?”

“Apa?”

“Bunga Bonie.”

Chris mulai merasa jengkel, “Kau tau apa yang menyenangkan?” Chris mengunyah makanannya pelan dan melanjutkan perkataannya, “tak membicarakan kekasihmu yang sudah mati.”
Ruby tidak memperdulikan, “Kadang aku masih melihatnya.”

“Di sini?” Chris tak percaya.

“Lupakan saja!”

“Aku mau dengar ceritamu yang lain, tapi kau terus membicarakannya. Dia sudah lama tiada. Lupakan saja!”

“Maaf, melupakannya?” Ruby menaruh garfu dengan kasar.

“Iya.”

“Bagaimana aku bisa melupakan kesempurnaan?”

“Lihat sekelilingmu. Mungkin ada seseorang yang sempurna.”
Ruby melihat sekeliling mengikuti saran Chris. Ia mendapati wanita separuh baya yang batuk-batuk dihadapan lelaki yang bersamanya makan. Ruby kemudin berbalik, ia melihat seorang wanita tua yang lagi merokok. Ruby melihat di depannya tepat di belakang Chris, seorang pelayan cewek kira-kira berusia dua tahun lebih muda darinya sedang melayani pelanggan di depannya.

“Jangan bicara begitu padanya. Makan spagethimu!” perintah seorang ibu pada anaknya yang dilayani oleh pelayan cewek itu.

Ruby memperhatikan cewek itu. Ia sempat senyum dan cewek itu juga tersenyum ke Ruby.

Selang beberapa detik seorang anak melemparkan spagethi ke wajah pelayan cewek itu.

“Maaf.” Ibu anak itu meminta maaf kepada cewek dihadapan Ruby, “apa yang kau lakukan tadi?” Tanya ibu itu kepada anaknya.

Ruby kembali bertanya kepada Chris, “Puas? Aku sudah melihat sekeliling.”

“Aku Cuma mau bilang, jangan membuang hidupmu karena kamu merasa membunuh pacarmu!”

“Tunangan.” Ruby tidak terima kalau Emili disebut pacarnya.
Chris menambahkan, “Secara teknis dia tak pernah bilang ya. Lagi pula baunya seperti embun atau apapun itu tapi aku tahu kau tak akan pernah menemukan kalau kau tidak mau mencoba.”
Ruby menimbang-nimbang perkataan Chris, “Jadi begitu ya? Kau mau aku mencobanya?”

Chris mengangkat kedua tangannya di atas dada, “Sekali saja, itu yang kumau.” Katanya yakin.

“Sekali saja. Aku akan coba. Setelah itu jangan pernah ganggu aku.”

“Aku janji.”

“Baik.” Ruby menghela nafas. “Baik Chris, aku coba.”
Pelayan cewek yang dari tadii terkena lemparan spagethi ulah anak kecil pelanggannya mendatangi Ruby dan Chris. Spagethi masih melekat di samping rambutnya, “hei bisa kuambilkan yang lain?” katanya sambil mengeluarkan note kecil dari daster abu-abunya beserta spidol merah. Ia kembali menimpali, “Ada lainnya yang bisa kuambilkan?” Ia merapikan rambutnya yang masih agak berantakan.

Out-Of-The-WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang