Jam sudah menunjukan pukul delapan pagi, begitupun dengan sang surya yang telah menampakan diri sedari tadi. Deruan napas dan cucuran keringat melengkapi upacara hari ini, eluhan sudah mulai berkumandang dari banyaknya murid termasuk cewek berambut panjang dengan poni tipisnya, Kaneshya.
"Njir itu kepala sekolah udah botak idup lagi" gerutu Kaneshya sembari membuang nafas beratnya, sesekali Kaneshya menanamkan kepalanya di bahu temannya tanpa permisi sama sekali.
"Ngomong apaan sih, ngerti juga kagak" sambung Ardi yang tak lain adalah ketua kelas XII IPA 1, karena amanat yang tak kunjung selesai.
Setelah melewati horornya UAS dan libur panjang kini mereka sudah resmi menjadi kelas tiga sma yang berarti juga di sekolah bakalan punya adek kelas baru.
Akhirnya upacara selesai, murid murid berbondong bondong menuju kelas masing masing tapi tidak untuk adek kelas MOS.
Amanat kepala sekolah? Tidak ada yang paham.
Untung di sekolah ini memberikan peraturan bahwa untuk kelas tiga tidak ada perubahan kelas lagi, yang berarti akan sekelas lagi dengan teman temannya waktu kelas dua.
Tapi tentunya dengan kelas baru. Syukurlah untuk mereka karena tidak perlu berdesak desakan untuk melihat daftar pembagian kelas di mading, Kaneshya pun pergi menuju kelas bersama Nithia dan temannya yang lain.
"Yang" panggil cowok yang masih lengkap dengan costum basketnya, tak lain adalah Arkan.
Kaneshya menoleh kearah sumber suara.
"Ihh monyet, lagi?" tanya Kaneshya dengan menatap cowok di hadapannya yang sudah bercucuran keringat dipelipisnya.
"Ada tanding yang tadi, suer deh" cengir Arkan sembari mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya kehadapan Kaneshya.
"Yang yang pala lu peyang"
"Kantin yuk? Laper" ajak Arkan memegang tangan Kaneshya dengan sok manaja.
Belum aja Kaneshya menjawab pertanyaan Arkan, cowok itu udah nyeret Kaneshya pergi menuju kantin dan meninggalkan Nithia yang sedari tadi menyaksikan mereka berdua.
Setibanya di kantin, Arkan mempersilakan Kaneshya duduk terlebih dahulu.
"Lu itu mau jadi apa sih ganteng? Emang bunda sama ayah lu dapetin duit kayak dapetin upil gitu langsung ada. Kan gue udah bilang jangan absen upacara, nanti point lu dikurangin lagi" cerocos Kaneshya dengan intonasi yang lumayan tinggi dihadapan Arkan.
Arkan hanya diam memperhatikan Kaneshya yang lagi menceramahinya.
"Laper" ucap Arkan sambil mendongkakan wajahnya kearah Kaneshya.
Sembari menunggu pesanan yang Arkan pesan. Kaneshya mengambil handuk dari tas Arkan lalu menyeka dahi dan leher Arkan yang sedari tadi dibanjiri keringat hasil tanding basketnya.
"Princess gue marah nih, jangan marahlah gue kasih cokelat nanti"
"Ogah"
"Jangan bilang bunda gue ya"
"Ogah, gue bilangin tau rasa lu"
Mang Ujang selaku penjual di kantin yang melihat mereka berdua nyengir sendiri "Den Arkan, kayak drama korea aja, den" ucap Mang Ujang sembari menghantarkan pesanan Arkan.
"Tau nih Mang Ujang, lagi dateng bulan kayaknya" jawab Arkan asal "Suapin dong yang" pinta Arkan, ketika pesanannya sudah siap di santap.
"Ogah, emang gue babysiter lu apa"
"Ogah, ogah. Dikira gue Pak Ogah apa"
-arkaneshya-
Suasana hari pertama dikelas duabelas ipa satu, sudah ricuh bagaikan pekerja kantoran yang demo karena dipecat atasannya.
YOU ARE READING
ARKANESHYA
Teen FictionCover by @nadbananads -Kita dipertemukan oleh cinta, namun apakah cinta akan mempersatukan kita selamanya- ARKANESYA a wattpad story about love in senior high school