tujuh

1.3K 63 24
                                    

ini part terpanjang yang ada di cerita ini, semoga tidak bosan dan semoga masih bisa menarik perhatian readers semua.  Terima kasih sebelumnya sudah membaca, dan jangan bosan untuk kembali.. : )

******************

Saat terbangun pagi berikutnya, tiffany tidak merasakan ada taeyeon disampingnya. Ia melangkahkan kakinya menuju meja makan. "Hai baby, kau sudah bangun. Duduklah, aku sudah siapkan sarapan." Taeyeon segera berdiri dan beralari menuju dapur. Tiffany tersenyum, dia selalu seperti itu. Ia menyukai taeyeon yang perhatian dan romantis.

Tiffany berhenti tersenyum saat ia melihat jessica datang dengan nampan berisi sarapan. "Oh jessica, kau membuat bubur?" Tanya tiffany.

"Hmm, yuri terkena demam." Raut wajah tiffany tidak dapat menyembunyikan ke khawatirannya.

'Apakah dia demam karena teralalu lama bermain salju?'

"Tiff." Panggil jessica menyadarkan tiffany. "Kau tahu aku dan yuri sedang break kan?"

Tiffany kembali terkejut. "Break? Kemarin kalian berciuman?" Tapi ia tidak menyampaikan rasa penasarannya. Jujur saja itu membuatnya lega, terasa tidak benar tapi tiffany seperti bisa mengangkat batu yang menghimpit didadanya. "Tapi kenapa jessie?"

"Aku dan yuri perlu memperbaiki diri." Tiffany memberikan anggukan sebagai responnya. "Kau tidak akan merebut yuri dariku kan?"

"Tentu saja tidak. Dari mana kau berpikir seperti itu, aku mempunyai tae..."

"Baguslah kalau begitu. Aku takut terjadi sesuatu saat kalian ke jeju, tapi sepertinya tidak. Maka dari itu tiff, aku akan menadapatkan yuri kembali." Tiffany mengusap tangannya setelah kepergian jessica. Ia merasa resah entah untuk alasan apa.

Brrukk! 'Ah shit!' Rutuk tiffany membersihkan pakaiannya yang baru saja tersungkur di aspal musim panas california.

'Miane,,,oh sorry..' Ujar pria pendek namun manis. Kulitnya seputih susu dan matanya terlilhat teduh. Walaupun ia pria, tapi suaranya lembut, tidak menghilangkan kesan gentelment padanya saat ia membantu tiffany berdiri. Tangan mereka masih saling menggenggam satu sama lain.

'Gwenchana.' Ucap tiffany sangat pelan.

"Waaah hyung, siapa noona cantik ini. Hei.." Ia menarik tangan tiffany untuk bersalaman dengannya. "Aku kwon yuri dan ini hyung-ku kwon taeyeon. Serta ini..." Ia celingukan kira dan kanan. "Kemana hilangnya bocah itu, ah sudahlah. Mari kita lupakan rusa itu, jadi siapa namamu noona cantik." Senyumannya membuat tiffany ingin memukul wajahnya dengan tas pink miliknya. Tapi tiffany mengontrol dirinya.

"Apakah ibumu melarangmu bicara dengan orang asing. Baiklah." Ia melepaskan tangan tiffany. "Tapi apakah ibumu melarangmu juga membantu orang asing? Aku sedang..."

"Hyuuuuung....." Tangis seorang pria yang sangat mirip dengan yuri hanya saja lebih pendek. "Kita-kta benar-benar tersasar, hiks..hiks..hikss omma...."

"Aish! Yak! Rusa bodoh, kau baru saja menjatuhkan harga diriku di hadapan seorang wanita cantik." Yuri menunjuk tiffany. Tapi gadis itu sepreti hanya memutar bola matanya dan menatap taeyeon yang sedang menundukkan kepalanya malu dengan sikap kedua saudaranya ini.

"Hikkss. Hyung aku tidak peduli..aku mau pulang...aku ..hikss..."

"YAK! Berhentilah menangis..." Mereka berdua saling bertatapan. "Aku juga mau pulang...hiks...omma...aku janjji tidak akan nakal lagi...ommma jemput kami..." Yuri ikut menangis membuat tiffany mengatupkan kedua alisnya.

"Omma...." Ujar keduanya bersamaan saling berpelukan.

Taeyeon masih menutupi wajahnya. "Maafkan saudaraku, mereka hanya terlalu menyesal melanggar perintah omma dan kabur kesini untuk liburan."

starvingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang