3. Crazy

31 3 0
                                    

Mereka ada lima orang seperti manusia yang badannya di penuhi lumut dan batu, begitu besar. Tiba-tiba salah satu dari mereka menyerangku menarik paksa dan melemparku sangat kencang ke dinding gua ini.

"Ohh kau ingin melawanku, baiklah. Kemari kau wajah jelek." Aku pun mengeluarkan pedang panjang yang terletak di bahu ku lalu menyiramnya dengan ramuan bewarna merah darah kepedangku. "Kau akan menikmati penyiksaan ini jelek." Aku pun bersiap saat salah satu dia antara mereka mendekat. Aku mulai mengangkat pedangku dan berlari mengahampirinya aku menancapkan pedangku di dadanya dan menekannya lebih dalam dan memaksa merobek kebawah menggunakan pedangku, sialnya dia menarik tubuhku dan melemparku.

"Sial, bagaimana ini dia cukup kuat, dimana Lazark bodoh itu" aku pun bangun lagi dan mulai melawannya mengeluarkan tembakan milikku yang terdapat di ikat pinggang ku dan mulai menebaki mata mereka dan memanggil Lazark.

"LAZARK!, LAZARKKKKKK!." Ck. Pasti dia tidak mendengarku aku pun mendengar ada suara seseorang memanggil namaku.

Aku pun kembali berlari membawa pedang dan menebas tangan salah satu di antara mereka. Lalu mengamuk dan mengejar diriku, sialan.

"LASCREA DIMANA KAU ?!." Ya itu suara Lazark, aku pun berteriak.

"LAZARK AKU ADA DI TEMPAT KIJANG TADI." sialnya monster tadi menghatam diriku dengan tangannya yang besar aku pun terhempas.

"Oh tidak pedangku." Pedangku telepas dari genggaman ku dan sial peluru ku habis, apa aku akan mati sekarang? Saat melihat mereka mendekat, hendak menginjak ku terjatuh sebuah tali dan suara Lazark.

"LASCREA KAU DISANA?!" Teriak Lazark dari atas saat aku ingin menjawab, monster tadi kembali mengangkat ku dan membantingku, sepertinya semua tulangku patah. Aku pun merangkak dan mengambil tali itu dan mulai memanjat. Aku di tarik paksa oleh moster itu dan merobek bajuku banyak sekali darah yang menglir di sekujur tubuhku. Aku pun menendang tangan monster itu dan mengambil belati di saku celana ku lalu menancapkan nya dimata monster itu dia pun mulai limbung, aku pun berteriak memanggil Lazark.

"LAZARKK!! TARIK TALINYA CEPATTT!!" Aku mulai panik ketika melihat monster lainnya hendak menarik talinya, dan tepat sekali Lazark menarik aku pun mulai terangkat ke atas.

"Hei kau bodoh!." Ucap ku terengah-engah "kemana saja kau hah?!, kau tau aku hampir saja mati." Aku pun merubah posisiku yang tadinya tengkurap lalu sekarang bersandar di sebuah pohon besar.

"Uh, tadi aku menemukan buah ledonia, kau tahu kan buah itu sangat langka." Aku menatap Lazark tak percaya.

"What the hell!, jadi kau mementingkan buah itu daripada temanmu ini!" Aku mulai geram dengan Lazark.

"Buah itu sangat lah banyak di sana Lascrea aku pun mengambilnya banyak, sangat manis rasanya, kau mau coba?" Ya tuhan musnahkan saja dia dari muka bumi sekarang.

"Sudah cukup, sekarang bantu aku berdiri." Lazark pun membantuku berdiri.

"Memangnya kau melawan apa Lascrea hingga badan mu mengerikan seperti ini?"

Ya, badanku di penuhi luka-luka yang sangat banyak, seperti darah keluar dari mulut, lengan sedikit sobek, dan kaki terdapat goresan batu yang sangat parah lebih tepatnya mirip seperti cakaran.

"Memangnya kau tidak melihat?! Sudah jelas ada makhluk mengerikan di bawah sana."

"Makhluk apa sih, aku saja tidak melihat apa-apa, di sana hanya seperti jurang gelap." Kenapa Lazark tidak melihatnya sih.

"Ah yasudah lah." Aku mulai jengah dengannya.

Aku pun berjalan tertatih dan begegas keluar dari hutan sialan ini.
Dan syukurlah aku masih melihat Browny dan Erika, ku kira mereka berdua mati di makan naga tadi.
Tapi jangan sampai, mungkin jika Erika mati aku sudah menangis meraung-raung karena Erika belum memiliki anak.

"Kau bisa menunggangi Erika, Lascrea?." Tanya Lazark.

"Tentu saja bisa, ini bukan apa-apa." Aku pun mulai naik ke punggung Erika dan ya ampun ini sakitnya luar biasa, dan aku hampir saja terjatuh.

"Kau oke?."

"Iya Lazark kau ini cerewet sekali sih," kami pun bergegas pergi keluar hutan.

Sebenarnya apa yang kulihat tadi apa aku cuma berhayal, tapi tidak mungkin, karena semua lukanya asli dan siapa wanita aneh tadi?.
Sepanjang perjalan aku hanya memikiran apa yang ku lihat tadi benar-benar aneh.

"Lascrea apa kau baik-baik saja?."

"Menurutmu bagaimana?" Aku menatap Lazark dan menaikan sebelah alisku.

"Uh, buruk"

"Yasudah tidak usah bertanya lagi bodoh." Lazark sepertinya bodoh sekali, kenapa aku memiliki teman seperti dia.

"Baiklah maafkan aku Lascrea," aku ingin tertawa melihat ekspresi memaaf nya menggelikan sekali.

Akhirnya aku dan lazark mulai memasuki pemukiman.

Terdengar Lazark bernafas lega, memangnya dia melakukan apa hingga bernafas lega seperti itu.

"Akhirnya kita sampai Lascrea, kau tahu aku sangat senang bisa membawa buah ini pulang. Baiklah ku berikan sedikit buah ini kepadamu." Dia pun memberikan buah ledonia padaku.

sungguh aku tak percaya dengan
Lazark dia hanya senang karena membawa pulang buah itu, dasar laknat.

"Ya ya terima kasih, baiklah kita berpisah di sini aku ingin segera pulang" Aku pun pergi dan mulai memacu Erika dengan cepat.

"Hari yang melelahkan, Erika kita pulang." Aku pun merebahkan diri di punggung Erika, ya Erika sudah terbiasa ku ajarkan untuk berjalan sendiri tanpa di pacu.

Akhirnya aku sampai di rumah.

"Terima kasih Erikaku, haha." Aku pun memberikan buah ledonia kepada Erika.

Lalu bergegas masuk kerumah. Aku melihat Ibu sedang duduk di meja makan bersama Regiz.

"Ibu aku pulang." Kulihat Ibu menatapku terkejut.

"Astaga Lascrea kau kenapa bisa luka-luka begini?." Terpancar kecemasan dari mata Ibu.

"Tak apa Ibu aku baik-baik saja kau tak perlu khawatir Bu." Aku berusaha menyakinkan Ibu.

"Baiklah bersihkan dirimu sekarang." Ketika aku hendak menuju kekamar Ibu memanggil. "Tunggu Lascrea, dimana kalung mu?." Aku pun langsung memegang leherku dan benar kalung ku hilang, sepertinya tertinggal di tempat tadi.

"Eum...ini ada Bu di kantung ku." Jika Ibu tau mungkin aku akan segera di hajar olehnya.

"Yasudah pergilah." Aku pun pergi.

"Hoi Lascrea." Apa Lagi sih Regiz ini.

"Apa?."

"Kau tahu kan kalung itu sangat berarti?" Sepertinya Regiz tahu aku menghilangkan nya.

"Hmm." Lalu aku langsung pergi, malas sekali jika di tunda-tunda lagi.

Setelah sampai di kamar aku pun duduk di pinggir ranjang.

"Bagaimana ini?, aku yakin kalau kalungku tertinggal di gua terkutuk itu, arghhh. Jika Ibu tahu bagaimana"

Ibu pernah bilang kalung itu sangat berarti dan begitu penting, Ibu bilang suatu saat bisa menolongku.

"Sepertinya aku harus kembali ke hutan itu lagi, ya aku harus kesana."


Sekilas info buah ledonia tuh warnanya biru terang ya bentuknya mirip buah beri gitu bulet-bulet, dan itu cuman hayalan gue duang.

Muehehehe.

jejaknya jangan ketinggalannn....

-yukasaki

LASCREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang