Rambut silver miliknya terurai bebas, tanpa ada apapun yang menahan rambut panjangnya itu. Iris merah muda miliknya terpaku pada buku yang ada di genggamannya. Dengan warna kulitnya yang nyaris tak berwarna, ia tampak sangat mencolok di antara orang di sekitarnya.
Tidak ada yang tahu dia berasal dari mana. Identitas yang ia miliki hanyalah sebatas nama. Esther Rae Cressida, itu namanya. Tiap ia lewat, orang-orang akan membuka jalan untuknya. Bukan karena segan, tapi karena ia ditakuti oleh seluruh pelosok kota yang ia tinggali, kota Rushfolk, yang bertempatan di bagian barat benua Locskenwicz.
“Semuanya! Lari!” seru seorang pria yang kelihatan cukup berumur.
Tak lama, seekor naga yang cukup besar mengeluarkan aumannya, cukup untuk memekakkan telinga orang yang tersumbat sekalipun.
Walau sihir adalah hal yang wajar di dunia ini, tapi bukan berarti itu dimiliki siapa saja, dan tidak semua penyihir memiliki nyali yang cukup besar untuk melawan seekor naga seperti itu. Karenanya, seekor naga adalah sebuah ancaman yang cukup luar biasa. Biasanya, pasukan dari kerajaan yang akan mengurusnya dan mengamankan para penduduk, tapi tampaknya mereka agak terlambat kali ini.
Tidak ada yang datang meski sudah berselang beberapa jam, walau memang naga itu berlokasi di pinggiran kota, yang rentan dengan serangan monster lain dan jauh dari pusat kota, tempat dimana kerajaan yang memimpin berada.
Tempat itu sudah mulai hancur berantakan, orang-orang pun sudah lari tanpa arah. Tapi terkadang, seorang anak kecil tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Seorang gadis kecil berkisar lima tahun hanya dapat menangis di tengah kekacauan tanpa bimbingan orang dewasa lainnya. Mangsa yang empuk bagi seekor naga yang sedang berpesta pora.
Esther, ia selalu penasaran dan tidak pernah tanggung-tanggung dalam mencari tahu sesuatu. Dan kadang, melawan seekor naga merupakan sebuah tantangan baginya. Apalagi jika naga itu bukanlah naga yang jinak dan senang mengacaukan segala sesuatunya.
Mendengar tangisan gadis itu, Esther menghampirinya. Berharap keadaannya masih baik saja.
Mencari seorang gadis kecil di kekacauan seperti ini bukanlah hal yang cukup sulit.
Namun sayangnya, Esther menemukan gadis itu bersamaan dengan sang Naga.
Tapi untunglah, naga itu tidak segesit Esther, tubuh besarnya itu membuatnya kesulitan bergerak di puing-puing kota. Esther menggendong gadis itu dan membawanya pergi dari tempat itu, dengan sedikit bantuan sihir, ia dapat membawa gadis itu ke tempat ‘pengungsian’ para penduduk dan kembali ke lokasi naga itu hanya dalam hitungan menit.
Esther tersenyum miring, matanya yang bulat menajam dan bibirnya dengan cepat merapalkan mantra. Lingkaran sihir muncul dibawah naga itu dan muncul cahaya yang menyerupai sebuah lembing. Cahaya memanjang itu seakan-akan menancap dan menembus tubuh naga itu. Memang cukup untuk membuat naga itu terduduk lemas, tapi tidak cukup untuk mengalahkannya.
Saat bersiap untuk mengeluarkan sihir andalannya, para prajurit Istana sudah menampakan diri mereka.
“Menjauhlah, warga sipil sebaiknya mengungsi saja!” seru pria berseragam yang tampaknya adalah ketuanya.
Esther mengalihkan pandangannya dari sang Naga, sembari berjalan pelan menjauhinya. Naga itu bukanlah tanggung jawabnya, jadi buat apa dia membuang tenaga melakukan sesuatu yang diluar kewajibannya jika sudah ada yang menanganinya?
---◈◆◈---
Thanks for reading~
How to spell Esther name :
Es-ther Rei Kres-sidaSemoga membantu ٩(^ᴗ^)۶
KAMU SEDANG MEMBACA
Esther : Lharentz Academy
FantasyEsther Rae Cressida, gadis sebatang kara yang tidak diketahui asal usulnya. Memegang kunci yang mempertaruhkan seluruh dunia? ---◈◆◈--- Cover Credits Art by : 純粋 https://www.pixiv.net/member.php?id=1710950 Edit : myself °˖✧~Selamat membaca~✧˖°