Angkasa Danadyaksa menatap kakak tirinya dengan bingung ketika kakaknya menjemputnya dengan mobil Audi pemberian ayahnya yang baru di depan gerbang sekolahnya. "Woi jelek, masuk."
"Mana Pak Sadi?" tanya Kasa, kepada kakaknya Jo.
"Pak Sadi? Nggak tahu deh. Ayo cabut, gue sama Max mau pergi bowling," kata Jo dengan santai. Beberapa detik kemudian mobil Maserati berwarna hitam berhenti dibelakang mobil kakaknya. Max keluar dari mobil dan tersenyum kepadanya, "Hei Sa."
"Hei Max," Kasa melihat semua orang terpukau ketika Max keluar dari mobil dan berjalan mendekat kearah Jo. Max yang selalu saja terlihat kesal kepada kakaknya berkata, "Lo tinggalin supir lo sendiri dengan supir gue?"
Jo menatap Max dengan cuek, "Ya kan supir lo bawa Range Rover buat jagain Tuan Kecilnya. Supir gue ngapain juga jagain gue. Biar mereka bisa hangout juga kali."
Kasa dengan khawatir menatap kakaknya, "Jo, kalau Mama tahu Pak Sadi..."
"Berisik lo Sa, Pak Sadi kan dibelakang gue juga sama supir Tuan Kecil Maximillian Tjahrir."
"Iya tapi kan lo barusan..."
"Yes, yes, gue tahu, gue nabrak pagar rumah sendiri. Nggak usah lebay, itu kecelakaan kecil, suruh siapa pagarnya otomatis, mana gue bisa prediksi juga kapan buka-tutupnya sih. Emangnya gue yang buat pagarnya apa."
"Iya kan habis itu Mama marah besar Jo," ujar Angkasa. "Gue hari ini ada SAT try-out, gue nggak bisa pergi bowling sama lo dan Max."
"Udah santai aja, lo pasti masuk Harvard. Lagian masih satu tahun lagi kan lo kuliah. Sibuk amat sih ngurusin SAT."
"Jo, gue nggak bisa."
"Gue nggak pergi kalau lo nggak pergi Sa. Titik," Jo memaksa.
"Jo, gue nggak sepintar lo, nggak belajar juga bisa," Kasa memperbaiki letak tasnya. Kasa merasa sedikit canggung ketika teman-temannya menghampirinya, dan Valerie berkata, "Sa, kenalin dong. Maximillian Tjahrir tumben banget datang ke sekolah kita."
Kasa melihat Max yang sedang bersandar di pintu mobilnya dan memberikan tatapan untuk pergi secepat mungkin sebelum teman-temannya mengenalkan diri mereka kepada laki-laki itu. "Ayo dong Sa, kok lo bisa sih kenal sama Max?"
Jo yang tidak menyukai basa-basi yang ia dengar berkata kepada teman-teman adiknya, "Lo pada mau kenalan sama Maximillian Tjahrir?"
"Eh... iya Kak..." jawab teman-temannya Kasa yang mengenal Jo sebagai kakak tirinya.
"Max nggak suka kenalan sama cewek-cewek kaya lo. Lo tahu kalau Max suka tipe cewek kaya apa? Kaya Kasa. Be like Kasa."
Bukan hanya teman-teman Kasa yang terkejut dengan kata-kata Jo, tapi juga dirinya sendiri. Kasa menatap kakaknya dengan tidak percaya. "Masuk cepetan. Panas nih gue lama-lama disini."
"Jo, kasih mobil lo ke Pak Sadi, kita samaan aja," Max berkata dengan tegas.
"Bete ah gue. Sa, lo pergi aja sama Max, gue sendiri," Jo memasuki mobilnya dan sebelum Max dapat mendebatnya, ia meninggalkan Kasa dengan Max.
"Sorry, Jo lagi kambuh gilanya."
"Gue telepon supir gue dan Pak Sadi sebentar ya Sa, lo masuk aja dulu."
Ketika akhirnya Max masuk ke dalam mobil, dengan canggung mereka berdua tanpa sengaja mengucapkan kata yang sama kembali, "Sorry."
Max lalu tersenyum, lalu berkata, "Apa yang Jo bilang kan benar. Sayang lo nolak gue dua kali Sa. Kapan akhirnya lo mau jadi pacar gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERMORE | BLUE SERIES #1
RomanceSUDAH DITERBITKAN (PENERBIT: BUKUNE PUBLISHING) Evermore. © 2018, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ========================================================= This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indo...