THREE

63.3K 7.4K 254
                                    

 "Sa, pinjem cash dong," kata Jo kepada Kasa ketika mereka selesai bermain bowling dan pergi untuk makan malam.

"Untuk apa?" tanya Kasa dengan penasaran. "Bukannya barusan dikasih kan kita? Masa udah habisa lagi sih Jo?" Kasa menyipitkan matanya.

"Bukan habis, tapi dompet gue ketinggalan di rumah. Pinjem seratus dua ratus ribu aja, nanti gue balikin."

"Nggak ah," jawab Kasa dengan malas.

"Pelit abis, nanti lo juga tahu kenapa gue perlu dua ratus ribu. Sumpah gue transfer langsung habis ini," Jo berkata. Mereka tengah duduk disalah satu café terbuka sementara Max tengah berbicara dengan salah satu teman mereka di ujung.

"This is the last time ya Jo," Kasa akhirnya menyerah dan memberikan kakak tirinya uang seratus ribu dua lembar. "Gue bilangin ke Mama kalau uang lo selalu habis."

"Tenang aja, gue balikin. Santai, uang gue masih banyak," kata Jo dengan ceria.

Jo beranjak berdiri dari tempat duduknya dan berkata, "Pesenin gue ice-chocolate dan churros extra dark-chocolate ya."

"Gendut, iya," Kasa tersenyum dan melihat kepergian kakak tirinya.

Jo berjalan ke arah Max dan laki-laki itu menangkapnya, "Mau kemana?"

"Pergi bentar. Jagain adik gue ya," kata Jo. "Jangan sampai dia ngambil makanan gue."

"Nggak ada yang suka cokelat selain lo Jo," Max tersenyum.

Jo berjalan menjauhi café ke area perbelanjaan mal, mencoba mencari supermarket dan memasukinya. Ketika mereka selesai bowling, ia melihat rok adiknya sobek di sebelah kiri dekat pinggangnya. Kasa yang tidak terlalu memerhatikan dengan cueknya berjalan seolah-olah tidak ada yang salah dengan rok sekolahnya. Jo yang tidak bisa diam melihat rok Kasa yang sobek memutuskan untuk mengambil tindakannya sendiri dengan membelikkan adiknya celana baru yang dapat dikenakan.

Tidak ada gunanya membelikan Kasa sesuatu yang begitu mahal karena mereka juga akan sebentar lagi pulang, sehingga Jo berjalan ke lantai bawah mal tersebut, memasuki supermarket dan ke bagian pakaian wanita untuk mencari celana training yang terlihat biasa namun dapat dikenakan Kasa.

Ketika Jo membawanya ke kasir, dengan cepat ia berkata kepada penjaga kasir tersebut, "Langsung digunting aja Mbak tag harganya, mau saya pakai." Penjaga kasir tersebut mengangguk dan Jo memberikan uang yang ia pinjam dari Kasa.

Jo tersenyum dan membawa kantung plastik berisi celana untuk Kasa kembali ke café. Ketika Jo sedang menaiki eskalator, handphone-nya berdering, Yohana temannya yang sering ia panggil dengan nama panggilan Yoyo meneleponnya, dengan cepat Jo mengangkatnya. "Ya?"

"Besok tebak ada yang balik."

"Siapa? Pak Yosef? Udah sembuh ya dia?" tanya Jo. Ia kira Pak Yosef guru matematika mereka akan kembali mengajar setelah absen selama dua hari berturut-turut dan alasan Yohana menelepon adalah untuk memberitahunya kabar tersebut.

"Bukan."

"Terus?"

"Karissa."

"..."

"Jo?" Yoyo bertanya apakah Jo mendengarkannya.

"Oh..."

"Max kaget nggak?"

"Nggak tahu, gue harus tanya dia. Thanks for letting me know, udah ya."

Jo menutup teleponnya dan menghembuskan napasnya. Karissa Fenty Warprakasa akan kembali. Besok. Dulu, mereka bertiga. Max, Jo dan Karissa. Sampai Karissa harus pergi sekolah ke Melbourne. Dulu, yang duduk disebelah Max adalah Karissa. Bukan dirinya.

Dulu. Sepertinya tidak akan berubah.

Jo berjalan kembali ke arah café mencoba memasang tampang setenang mungkin, dan sebelum ia berjalan kembali ke mejanya, ia sudah dapat melihat Max mengikatkan jas almamater Agnus Dei berwarna hitam di pinggang Kasa. Adiknya terlihat tersipu malu dan samar-samar Jo dapat mendengarkan Max berkata, "Kok kamu nggak bilang ke aku rok kamu sobek?"

"Aku nggak tahu..."

Jo mengangkat kantong plastik yang ia bawa dan mendesah. Nggak guna deh Jo lo beli celana, nanti pulang kasih ke Mbak Haru aja deh, pikirnya.

"Ngapain lo Jo? Lama banget," Max melihatnya dari kejauhan.

"Udah datang belum pesanan gue?" Kembali Jo mengeluarkan suara ceria.

"Udah, cepetan makan. Kasihan adik lo balik malam-malam."

"Baru juga jam tujuh. Santai."

"Bawa apa lo?"

"Ini?" Jo mengangkat kantong plastiknya. "Mbak Haru ulang tahun, gue beliin celana deh."

"Mbah Haru ulang tahun hari ini?" Kasa bertanya dengan bingung.

Jo mengangguk, "Masa lo nggak tahu Sa."

"Sejak kapan?"

"Sejak gue bilang hari ini hari ulang tahunnya. Udah ah berisik."

EVERMORE | BLUE SERIES #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang