FIVE

57.7K 7.3K 551
                                    

Malamnya, kediaman utama keluarga Warprakasa dipenuhi oleh canda tawa dan orang-orang yang sedang menikmati hidangan makan malam yang terlihat mewah dan elegan di sisi kolam renang yang dihiasi lampu-lampu menerangi seisi rumah. Karissa, anak bungsu Harja Warprakasa dan Ilona Warprakasa terlihat cantik dengan gaun berwarna pink dan hiasan mawar dirambut panjangnya.

Ilona, ibu Karissa memperbaiki gelungan rambut anaknya yang terlihat gugup malam ini dan berkata, "Datang kok Max, Sa. Kamu kok gugup gitu sih."

"Karena Max nggak tahu kan malam ini Karissa dan dia akan ditunangkan?" tanyanya kepada ibunya. Ilona tersenyum, lalu membalas anak bungsunya, "Mama sudah berbicara dengan Jacqueline, ibu tiri Max, she will think about it."

"Ma, Karissa hanya mau Max," Karissa tidak bisa menerima jawaban ibunya yang belum memastikan bahwa dirinya adalah tunangan Maximillian Tjahrir malam ini. "Karissa, umur kamu masih muda, untuk apa kamu memikirkan hal seperti ini. Mama sudah berusaha sebisa Mama untuk berbicara dengan Jacqueline, that's all I can do right now."

Karissa mengangguk lalu berjalan menjauh dari ibunya karena ia ingin melihat Max dan hanya laki-laki itu saja yang penting baginya malam hari ini. Michael sepupunya yang juga seumuran dengan dirinya terlihat sedang tertawa dengan beberapa teman mereka yang lain. Karissa berjalan kearah Michael dan bertanya, "Max sudah datang atau belum?"

"Belum, santai, dia pasti datang malam ini."

Karissa mengerutkan dahinya dan bertanya, "Kok lo tahu?"

"Karena Kasa datang malam ini," senyum sepupunya merekah dan Karissa tahu kalau Michael juga menyukai Angkasa, adik tiri Jo. Karisssa dengan dingin bertanya, "Kenapa semua orang suka sama Kasa sih?"

"Karena dia cantik, baik, juga pintar?" Michael dengan santai menjawab sepupunya yang sama sekali tidak terlihat senang. "Dan, let me say one more thing, Kasa belum ada pacar."

"Nggak akan jadi pacar lo juga kali Mike," jawab Karissa dengan sarkastik.

"Gue nggak akan menyerah."

"Terus aja berharap," Karissa berjalan menjauh ketika matanya menangkap Jo, yang sedang mengambil makanan dan menaruhnya ke piring yang berada ditangannya. Karissa tersenyum dan ia tahu kalau Jo sudah datang, Max juga pasti sudah datang.

"Hei Jo," sapa Karissa kepada Jo yang terlihat begitu santai dengan celana sweatpants abu-abu dan t-shirt putih. Tidak ada yang spesial dari Jo dan Karissa selalu mengetahuinya. Jo selalu terlihat begitu berbeda dengan dirinya, membuat Karissa merasa jauh lebih cantik daripada temannya. "Hei," sapa Jo.

"Max sudah datang?" tanya Karissa tidak ingin berbasa-basi. Ia perlu menemukan Max sebelum Kasa menemukan pria itu. Amarahnya hampir saja meledak ketika Jo berkata, "Kasa? Sama Max."

"Maksudnya sama Max apa?" tanya Karissa dengan penasaran.

"Tadi Kasa datang sama Max, ya mana gue tahu," jawab Jo dengan begitu santainya.

Karissa menatap temannya, lalu bertanya sekali lagi, "Lo lihat nggak mereka kemana?"

Jo mengedikkan bahunya dan berkata, "Nggak tahu, tadi kayanya sama bokapnya Max..." Sebelum Jo menyelesaikan kata-katanya Karissa sudah berjalan menjauhi dirinya, tidak memedulikan dirinya yang terlihat bingung. Jo kembali mengedikkan bahunya, dan mengambil makanan untuk dirinya sendiri, mengisi piringnya dengan semua yang ingin ia makan.

Pada saat itu ia sama sekali tidak menyadari kalau adik Max, Gia Tjahrir sedang menatapnya dengan penuh dengan tanda tanya, "Ew, kamu akan makan segitu banyak?"

"Iya, kenapa?" jawab Jo dengan tidak peduli.

"Kamu bisa sakit perut Kak Jo," jawab Gia yang sudah mengenal Jo dari kecil.

"Tapi aku lapar," Jo mulai menumpuk semua makanan yang ia temukan dan membuat Gia menggeleng-gelengkan kepalanya lagi. "Kamu nggak mau makan?" tanya Jo kepada Gia.

"Aku sudah kenyang Kak melihat kamu dan piring itu," ujar Gia.

Jo tertawa dan mereka mengambil tempat duduk terdekat, "Kak, apa benar Max suka sama Kak Kasa?" tanya Gia yang baru saja berumur tiga belas tahun.

"Iya," Jo tersenyum.

"Kak Max tidak bisa berhenti membicarakan Kak Kasa di rumah," ujar Gia kepada Jo.

Jo dengan santai memakan makanannya, mendengarkan adik tiri Max menceritakan kakaknya sendiri yang tergila-gila dengan Kasa. "Terus Mama sampai tanya gini, 'Max, Kasa memangnya tidak bisa melihat apa kamu sangat terobsesi dengan dirinya?'"

Jo mengangguk, lalu Gia meneruskan kata-katanya dengan pertanyaan, "Kak Max malah bertanya kembali apakah dirinya sudah cukup terlihat seperti orang yang sangat terobsesi dengan Kak Kasa. Kak Max gila ya Kak Jo?"

Jo tertawa hampir tersedak dengan makanannya karena kata-kata Gia, "Sudah gila karena cinta sepertinya Gia."

Pada saat itu Jacqueline Tjahrir, berjalan mendekat ketika melihat anaknya sedang berbicara dengan Jo, lalu menyapa Jo dengan senyuman dibibirnya, "Tante terakhir kali melihat kamu dengan rambut panjang, sekarang kenapa jadi potong begitu pendek?"

"Panas Tante Jackie," jawab Jo dengan senyuman dibibirnya.

"Sudah melihat Max?"

"Sama Kasa, Tante," kata Jo. "Karissa juga mencari Max."

"Kamu tahu kan Max tergila-gila dengan Kasa?" tanya Jacqueline kepada Jo.

"Dan Karissa tergila-gila sama Max, Tante," balas Jo kepada Jacqueline Tjahrir yang terlihat begitu elegan dengan gaun berwarna hitam.

Jacqueline mendesah lalu berkata, "I know, hari ini Ilona, Mama Karissa meminta Tante untuk membuat Karissa dan Max bertunangan. Max sukanya sama Kasa kan Jo?"

Jo mengangguk, "Iya Tante, sukanya sama Kasa."

"Tante juga suka Kasa sama Max, Jo. Kamu juga kan? Max sepertinya kesulitan meyakinkan Kasa untuk menjadi pacarnya."

"..."

"Max kurang apa Jo untuk membuat Kasa menerima dia?"

"Kalau aku- ..."

Jacqueline menunggu dan Jo membenarkan kata-katanya, "Maksud aku Tante, aku nggak tahu jawabannya." Jacqueline mengerutkan dahinya, lalu bertanya, "Nggak tahu karena kamu tidak pernah melihat Max seperti Karisssa melihat Max?"

Jo tertawa, "Ya ngapain juga aku melihat Max seperti Karissa menatap Max."

"Apa Kasa melihat Max seperti Karissa menatap Max, Jo?"

"Lebih Tante. Kasa hanya takut karena Max banyak yang suka."

Jacqueline Tjahrir lalu berkata dengan senyuman hangat dibibirnya, "Harusnya Kasa tidak perlu takut, Max hanya akan terus menatapnya. Nggak ada lagi yang lain."

Jo mengangguk dan mengiyakan kata-kata Jacqueline Tjahrir. Memang benar. Hanya Kasa dimata seorang Maximillian Tjahrir. 

EVERMORE | BLUE SERIES #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang