Dalam Sebuah Pergi

39 1 2
                                    



Seharusnya para perempuan lebih berhati-hati kala menulis. Tidak semestinya mereka menyembunyikan diri dalam tulisan-tulisan yang dibuat pada beberapa kumpul kalimat berarti. Entah berarti bagi seseorang atau banyak orang. Tidak seharusnya perempuan mulai berdramaturgi dalam pusi, mereka bukan politisi! Tidak perlu berpanggung dalam akting "Perempuan Berhati Besi" hingga merasa tidak perlu keterlaluan mendefinisikan jatuh hati. Mereka tidak pernah tahu tulisan-tulisan itu dapat membawa seseorang diantara banyak orang memutuskan untuk pergi jauh sekali.

***


Kirana beberapa kali menghembuskan nafas panjang sembari garuk-garuk kaki dan mengelap keringat yang membasahi keningnya. Bukan karena kelelahan setelah perjalanan yang harus dilewatinya menuju Desa Sabrang di kaki Gunung Kendang, tapi kaki yang telah bengkak selama perjalanan semakin menjadi sakitnya setelah ia kira beberapa duri bersarang di kaki kirinya.

Nyatanya setelah ditengok, tidak ada satu duri pun yang melubangi kulit kakinya, hanya bagian-bagian tertentu melepuh dan terasa sangat perih serta gatal. Kirana menduga seekor ulat bulu jatuh hati lalu jatuh diri ditubuhnya, karena Kirana adalah orang yang tidak begitu sensitif dan peka, si ulat bulu yang merasa cintanya bertepuk sebelah tangan segera menuju area tanpa kain pelindung dan menangis sambil bergulung-gulung. Setelah puas, ditinggalkannya Kirana tanpa berucap salam. Kirana merasa bersalah sekaligus kesal pada si ulat bulu setelah imajinasinya muncul sekelebat.

Teman-teman mahasiswa dalam satu rombongan mulai mengerubutinya. Ada pula diantara mereka yang memanfaatkan kesakitan Kirana untuk mengistirahatkan kaki lalu menjadikan Kirana sebagai tontonan. Kirana seperti artis dadakan ditengah hutan.Tidak mau tersiksa dan terkenal lebih lama, Kirana segera mengambil botol bekal minumnya. Sebelum sempat ia tuang, Pak Samijan selaku pemandu perjalanan segera merampas botol itu dari tangan Kirana.

"Lho Pak, kenapa diambil botol saya? Pak Samijan bukannya sudah punya bekal air sendiri? Saya hendak mengobati kaki saya ini." Kirana protes dengan nada melas sekaligus emosi.

"Jangan di beri air Mbak Kirana, nanti malah tambah gatal dan sakit. Kemungkinan besar Mbak Kirana terkena daun jelatang yang banyak tumbuh di jalan sebelum kita sampai disini. Coba saya periksa dulu kakinya."

Pak Samijan dengan sigap mengangkat kaki kiri Kirana ke atas tas ransel milik salah satu peserta rombongan. Kirana hanya bisa melongo melihat Pak Samijan yang tanpa permisi mengangkat kaki berbalut celana cargo bersaku banyak itu. Pak Samijan mencermati kaki Kirana dari dekat.

"Lho Mbak, ternyata benar kaki Mbak Kirana terkena daun jelatang. Ini masih ada miangnya, harus segera dihilangkan agar tidak menyebar kemana-mana nantinya."

"Lalu menghilangkannya pakai apa, Pak?" Kirana setengah berteriak menahan rasa gatal dan perih di kulit kakinya.

"Tanah disini adalah tanah sirtu dan banyak mulsa diatasnya. Memang subur, tapi tidak gembur jadi kemungkinan besar tidak dapat menetralisir senyawa beracun dari tumbuhan jelatang tersebut. Tunggu dulu, tadi sepertinya Mas Lana mengunyah permen karet, ya? Apa masih ada mas?"

Lana, salah satu peserta rombongan yang merasa namanya disebut segera mencari sisa permen karet hasil kunyahannya yang masih basah.

"Untuk apa Pak? Ada, tapi bekas saya. Sudah tidak ada bekal permen karet lagi di tas maupun saku." Lana menyodorkan permen karet bekas yang terbungkus plastik kemasan. Ia sengaja membungkusnya kembali lalu meletakkannya dalam kantong kresek di tas agar tidak dibuang sembarangan.

Tanpa menjawab pertanyaan Lana, Pak Samijan menerima sodoran itu. Dibukanya kemasan permen karet tersebut tanpa rasa jijik lalu ditempelkannya pada kaki Kirana yang melepuh dan memerah. Kirana yang melihat dan mengetahui ulah Pak Samijan hendak berteriak karena jijik, tapi tertahan karena dirasa perih dan sakitnya melemah saat Pak Samijan mencabut dan membuang bekas permen karet Lana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MendalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang