Meeting - Pertemuan

Chapter 2 - In the Rooftop

Jam sudah berdentang 12 kali sejak beberapa menit yang lalu. Kebanyakan orang sudah bergelung dibalik selimut dan terbang bersama mimpinya masing-masing. Namun, di kota-kota besar, keramaian masih menjalar. Seperti di Seoul. Kota ini tidak perbah tertidur. Mobil-mobil berarak merayap meliuk memenuhi jalanan yang padat. Cahaya gemerlapan memancar dari gedung-gedung pencakar langit yang menjulang. Kebisingan riuh rendah menusuk gendang telinga.

Hawa dingin menusuk memaksa tubuh mengeratkan mantel yang melekat di badan mereka. Hembusan nafas seperti asap putih. Lembut menguar. Sepertinya salju akan turun malam ini.

Woozi menarik nafas panjang. Mengisi rongga paru-parunya yang terasa sesak. Lalu menghembuskannya kasar. Menyebabkan asap putih keluar, menguar terbang menyatu dengan uap air di udara

Pikiran Woozi sedang kusut. Lihat saja, saat sahabat-sahabatnya [member Seventeen] yang lain memilih pulang ke dorm, Woozi malah seperti orang frustasi memilih berdiri dia atap gedung entertainment-nya. Kalau kau pikir Woozi akan bunuh diri terjun bebas dari gedung pencakar langit ini, jawabannya salah! Woozi masih cukup waras untuk tidak bunuh diri di saat karirnya sedang bersinar. Dia hanya ingin memenangkan otaknya. Hari ini neuron-neuron otaknya terasa lebih semrawut dari biasanya.

Hal ini bisa disebabkan oleh kejadian tadi, pasca latihan. Manager mereka datang membawa berita besar. Sangat besar. Dan [sejujurnya] tidak disangka-sangka. Entertainment mendebutkan 1 orang member Seventeen baru. Manager menambahkan, pengganti SoonYoung, katanya. Bintang (Hoshi) yang baru. Para member Seventeen sibuk menebak-nebak. Mungkin saja Jang DoYoon, mantan trainee Seventeen. Atau juga trainee baru yang sangat berbakat.

Woozi hanya diam, tidak ikut menebak-nebak seperti yang lain. Sehebat apa sih trainee baru itu? Apakah lebih [atau setidaknya setara] jika dibandingkan dengan Hoshi? Pikiran itu menyelimuti kepala Woozi.

Jujur. Woozi tidak suja dengan adanya 'pengganti Hoshi' yang disebut-sebut itu. Baginya di dunia ini hanya ada satu Hoshi. Ya. Hoshi yang sempat mampir di hatinya. Hoshi yang memiliki pelukan yang menghangatkan hatinya. Hoshi yang lumatan bibirnya bisa membuatnya terbuai. Hoshi yang menghangatkan ranjangnya. Ah, jangan lupakan tentang Hoshi yang sudah menghempaskannya ke jurang luka hati, membuatnya terpuruk. Hoshi yang sudah mencabik-cabik hatinya. Ya. Hoshi yang seperti itu hanya 1 orang saja di dunia ini. Sementara Hoshi-Hoshi lainnya diluaran sana mungkin hanya kebetulan memiliki nama yang sama.

Jika kau anggap, Woozi berpikiran seperti itu dilandasi oleh perasaan cinta, lagi-lagi kau salah. Justru karena Woozi membenci Hoshi, makanya dia berpikiran begitu.

Ah Woozi... Apakah kau lupa dengan nasihat eomma Seventeen [Yoon JeongHan] bahwa cinta dan benci itu beda tipis? Seperti perasaan benci Vernon kepada SeungKwan yang dikonversikan menjadi cinta [setidaknya menurut carats] ?

Greek... Terdengar suara pagar besi atap dibuka. Namun, Woozi sama sekali tidak menoleh. 'Ah, mungkin hanya security,' pikirnya.

Tap. Suara langkah kaki yang terdengar sedikit familiar di telinga Woozi. Namun dia masih mengabaikannya.

Tiba-tiba angin dingin berhembus sedikit kencang. Membuat rambut Woozi berkibar. Woozi mengadah. Pluk. Sebuah benda putih bersih jatuh. Tepat di atas hidung mungilnya. Dingin.

"Salju," kata Woozi menggumam. "Seperti saat itu," lanjutnya pelan, nyaris tak terdengar.

Hawa dingin semakin menusuk. Lihat, buku-buku jemari Woozi sudah mulai memutih. Pasti sebentar lagi Woozi akan-

"Hatsy!" - bersin.

"Flu?" Sebuah suara menyapa. Familiar. Sangat familiar malahan.

Tubuh Woozi langsung berbalik 180°. Matanya terbelalak melihat sosok di depannya.