Di hari minggu yang cerah Nadila menyempatkan dirinya untuk jogging di sekitar komplek rumahnya.
"Nadila! Lo jogging juga ternyata." Ucap Alvin di arah belakang Nadila.
"Iya emangnya kenapa? Jangan-jangan lo ngikutin gue yah." Nadila menengokkan kepalanya ke belakang.
"Emang siapa yang mau ngikutin lo? Meningan gue ngikutin Ibu gue ke pasar." Ucap Alvin.
"Meningan gue pulang aja, Gue males ketemu sama lo." Nadila belok ke perkarangan rumahnya yang sudah tepat di depan matanya.
Nadila masuk ke dalam ke dalam rumahnya dengan memanyunkan bibir manisnya.
"Sayang kamu kenapa?" Tanya Ibu Nadila.
"Biqsa anak tetangga sebelah" Ledek Ayah Nadila.
"Ayah apaan sih, Ayah gak kerja?" Nadila mengalihkan pembicaraan.
"Ini mau berangkat, Ayah berangkat dulu yah." Nadila dan Ibunya mencium tangan Ayah Nadila.
"Assalamualaikum." Ayah Nadila mengucap salam lalu pergi.
Kini di rumah Nadila hanya tersisa Nadila dan Ibunya, Nadila tidak memiliki adik sedangkan kakaknya sudah menikah dan di bawa oleh suaminya.
"Bau keringet, Ayo cepat mandi." Ibu Nadila menutup hidungnya.
"Iya bu, ini juga baru mau mandi." Nadila pergi menaiki tangga.
😎
"Nadila woy Nadila." Alvin memanggil nama Nadila dari balkon kamarnya.
"Apaan sih manggil-manggil gue? Lo kangen sama gue?" Nadila keluar dan bekacak pinggang di balkon kamarnya.
"Siapa yang manggil lo? Orang gue manggil burung baru gue ! Burung baru gue bagus ya, Gue namain Nadila loh." Mengambil sangkar burung yang tergantung.
"Maksud lo apaan nyamain gue sama burung?" Kesal Nadila.
"Kan lo sama burung sama, Sama-sama banyak berkicau." Alvin berlari ke dalam kamarnya setelah berbicara seenaknya.
Nadila pun masuk ke kamarnya, Dan membaringkan tubuh kecilnya.
'Gue harus kerjain sesuatu biar gue sibuk dan gak berurusan lagi sama alvin.' Gumam Nadila.
"Woy dil." Hesti membuka pintu kamar Nadila membuat Nadila terkejut.
"Sejak kapan lo ada di sini?" Tanya Nadila.
"Baru aja nyampe, Kenapa lo kaya orang kebingungan." Hesti balik bertanya.
"Gue lagi mikirin apa yang harus gue kerjain kalau ada di rumah, Supaya gue sibuk dan gak layanin Alvin yang kerjaannya nyari ribut." Jawab Nadila.
"Lo bantuain aja ibu lo beres-beres, Nyuci, Masak, Atau Belanja ke pasar. Lagian du rumah ini gak ada pembantu." Saran Hesti.
"Kalau itu setiap hari juga gue lakuin." Ujar Nadila.
"Pekerjaan yang bikin lo sibuk, Apa ya?" Hesti berpikir sambil mondar-mandir.
Nadila dan Hesti terus berpikir, Hesti masih terus mondar-mandir kesana-kemari.
"Gimana kalau gue jadi biro jodoh, Gue bakal bantu orang-orang buat nemuin pasangan." Ide cemerlang muncul di otak Nadila.
"Ide bagus." Hesti mengacungkan jempolnya.
"Tapi gimana caranya buat dapet pelanggan?" Tanya Nadila.
"Lo buat vlog aja di instagram." Jawab Hesti.
"Tumben lo pinter."
😎
Alvin tengah berbaring di kamarnya dengan suasana yang sepi dan tenang. Sesekali Alvin memejamkan matanya.
"Aka!" Naila membuka pintu kamar Alvin.
"Apa de?" Alvin menghampiri Naila adiknya.
"Akak bisa gak bantu Naila ngerjain PR." Ucap Naila dengan manis.
"Sini kakak liat." Alvin mengambil buku yang sedang Naila pegang.
Alvin membuka buku Naila, Tanpa sengaja Alvin membaca tulisan Naila yang bertuliskan Naila Love Aka Alvin.
'Gimana kalau gue jadi biro aja ya, Dari pada gue gangguin Nadila cuma buang-buang aja.' Gumam Alvin setelah membaca tulisan Naila.
"Akak kok akak malah diem." Ucap Naila.
"Eh engga, Sini kamu tunjukin mana PR nya." Alvin menjulurkan Buku Naila.
"Naila ternyata kamu di sini, Ayo tidur siang dulu." Ibu Alvin masuk ke kamar Alvin.
"Iya bu." Naila menghampiri ibunya.
Ibu Alvin dan Naila pun meninggalkan Alvin sendirian.
"Gue akan jadi biro jodoh secepatnya, Dari pada gue gangguin Nadila mening gue bantuin orang-orang." Ucap Alvin pada dirinya sendiri.
😎
Para siswa-siswi Sma Harapan Bunda berbaris rapih di lapangan melaksanakan upacara pengibaran bendera merah-putih. Tidak satu orang murid pun berbicara pada saat pelaksanaan upacara, Syukur saja cuaca hari ini tidak cukup terik. Setelah sekitar 45 menit berlangsungnya upacara, Upacara pun selesai para siswa-siswi bubar memasuki kelas mereka masing-masing. Namun Nadila dan Hesti tidak langsung memasuki kelas mereka, mereka mengungjungi perpustakaan terlebih dahulu.
"Hesti!" Teriak seseorang ketika Nadila dan Hesti hendak masuk ke perpustakaan.
"Kiki! Kenapa lo teriak-teriak?" Nadila dan Hesti menengokkan kepala mereka ke arah Kiki, Dan mereka pun menghampiri Kiki.
"I-i-i-it-itu." Nafas Kiki ngos-ngosan.
"Itu apa? Lo atur nafas dulu." Ucap Hesti.
Kiki pun menarik nafasnya dengan perlahan-lahan.
"Sekarang lo ceritain ada apa?" Nadila mengangkat alisnya.
"Tian pingsan di kelas." Ucap Kiki dengan keras.
"Kenapa? Kok bisa? Sekarang Tian di mana?" Kaget Hesti.
"Tian masih di kelas, Ayo sekarang lo sebaiknya ke kelas." Kiki menarik tangan Tian.
"Lepasin tangan gue, Nanti Tian cemburu lagi." Bentak Hesti.
"Kan Tian lagi pingsan bego." Kiki menepuk jidat Hesti.
"Udah-udah cepetan kita ke kelas." Ujar Hesti.
Love
KAMU SEDANG MEMBACA
Biro Jodoh
Novela JuvenilKetika sebuah persaingan antara Alvin Pratasti dan Nadia Maulida menumbuhkan binih-binih cinta.