News

213 7 5
                                    

"Apa?"seru Chris dengan suara memekik bak seorang wanita. Tapi tidak terlalu terdengar seperti penjelasan hiperbola sebelumnya karena ia berada dia atas gedung yang cukup tinggi di New York. Dan angin di atas situ cukuplah kencang. Matanya terlihat melebar dengan keringat yang bulirnya satu – persatu mengalir di pelipisnya. Ia bahkan tak mengerti bagaimana keringat itu bisa berjatuhan.

"Kau mendengar apa yang kukatakan, Christian,"ucap seorang wanita dengan tangannya menyilang di dadanya. Matanya yang dengan tajam menatap langit. Ia terlihat lebih tenang dibandingkan Chris yang berkeringat dingin.

"Kau pasti bercanda Anna,"dengan nada yang lebih tak percaya, Chris berucap seraya berjalan mendekati Anna yang duduk dengan menyilangkan kedua kakinya. Chris mengacak rambutnya dengan frustasi.

"Apa yang akan kau lakukan?"tanya  Chris dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Anna menghela napasnya. Menatap pria dengan rambut hitam kelam yang terlihat sangat frustasi itu. Kemudian wanita itu menjawab,"Apa yang harus kita lakukan, lebih tepatnya."

Chris membuka telapak tangannya. Wanita itu benar. Masalah ini masalah mereka berdua. Ia tak mungkin membiarkan Anna menghadapi masalah ini seorang diri, saat dimana faktanya ia juga ikut berpartisipasi. "Aku tak tahu. Kau seorang wanita, ku kira kau tahu lebih baik dibandingkan diriku?"ucap Chris mengakui dirinya tak berdaya menghadapi masalah ini. Kemudian ia tersentak dan menatap wanita cantik itu dengan tajam, "Jangan bilang kau akan melakukan aborsi?"

Wanita bernama Anna itu tersentak mendengar pertanyaan Chris. Ia menatap Chris dengan tajam. Tatapannya itu dengan sukses mengalahkan tatapan Chris padanya. "Aku tidak akan sekejam itu Chris. Aku memang menyeramkan, tapi tak punya kebencian yang kuat untuk melakukan itu."

Chris  menghela napasnya lega. "Tapi..."Chris berucap. "Apa yang bisa kita lakukan jika saja bayinya lahir?"Anna menundukan kepalanya mendengar pernyataan atau mungkin pertanyaan Chris itu. Ia sama bingungnya seperti Chris menghadapi masalah ini. "Aku bahkan tak tahu hubungan apa yang sedang kita jalani ini?"ucap Chris berjalan memunggungi Anna. Tangannya kembali mengacak mahkota kelamnya dengan frustasi.

Christian Raven. Pria muda berusia 25 tahun yang mapam dengan jabatannya sebagai sekretaris direktur Callen Group Corp. Dengan wajah tampan yang tak dapat ditandingi siapapun di kantornya, ia bisa mendapatkan semua wanita yang ia inginkan. Hidup dengan tiap malam menikmati pesta pemuda – pemudi ataupun menghadiri pertandingan yang diselingi taruhan kecil bersama sahabat karibnya. Hidup sudah cukup baik baginya.

Anna Everest. Wanita muda berusia 26 tahun dengan jabatannya sebagai kepala redaksi yang didapatkannya di usia sangatlah muda. Walau sifatnya yang luarbiasa galak terhadap para bawahannya, semua orang tahu Anna seseorang yang pantas dihormati. Sekalipun jabatannya yang tinggi itu, ia tak pernah lupa ia memiliki kehidupan sebagai wanita muda biasa yang tiap akhir pekannya, ia habiskan menonton petandingan hoki bersama ayahnya ataupun berpesta di bar di sudut kota New York bersama beberapa teman satu apartemennya. Hidup sudah cukup baik baginya.

Mereka; Chris dan Anna bertemu di salah satu pesta pelepas lajang seseorang bernama David. Yang entah bagaimana mereka dapat diundang. Berpesta hingga larut malam dan meminum berbotol – botol alkohol yang dengan sukses membuat kedua manusia ini mabuk berat. Dan berakhir bergulat semalaman di kamar apartemen Anna. Dan terbangun tanpa sehelai pun pakaian melekat di tubuh mereka.

Kedua manusia ini berbohong tidak mengingat kejadian apapun yang terjadi malam itu.

Mungkin karena karma telah berbohong, mereka di pertemukan kembali dalam sebuah pertemuan yang seharusnya menjadi perundingan kerjasama Callen Group yang diwakili oleh Chris, dengan perusahan percetakan majalah ternama yang dikepalai oleh Anna. Mereka menutupi perasaan tak nyaman mereka dengan baik. Tapi kedua belah pihak tahu, ada yang salah dengan pertemuan ini. Namun,  -juga suatu kebetulan yang manis bagi mereka berdua.

Hingga pada akhirnya, mereka berakhir di ranjang Anna dengan perjanjian, mereka tak lebih dari seks partner yang memuaskan hasrat satu sama lain.

Semua berjalan lancar. Tak ada kecemburuan akan satu sama lain. Tak ada pengikat hubungan. Hasrat mereka terpenuhi setiap malam mereka dikuasai oleh nafsu birahi mereka. Semuanya bertambah lebih baik bagi mereka berdua.

Hingga Anna mendatangi kantor Callen Group dengan alasan perundingan lanjutan kerjasama mereka. Dan dengan alasan lainnya ia mendatangi Chris mengatakan ia ingin memberi tahukan sesuatu kepada Chris secara pribadi. Di atap gedung perusahaan yang tertutupi jendela kaca yang di beberapa jendelanya sengaja dibuka agar angin masuk, Anna memberitahu kabar yang cukup memutar balikkan hubungan tanpa status mereka ini.

Anna hamil.

Dan tentu saja ayah janin itu Chris. Ia tak pernah berhubungan intim dengan siapapun sejak bertemu Chris. Ini lebih membingungkan baginya dibandingkan mencari sponsor yang rela menghabiskan uang mereka untuk membayar model di majalah miliknya.

Kau tidak bisa menyuap janin. Dan itu konyol, kau tak mungkin bisa. Kau tak mungkin memberi janin uang dan mengatakan, 'Nak kau belum saatnya ada. Ini uang, jadi pergilah sekarang hush.' -Itu tidak mungkin. Membayangkannya saja konyol.

Anna memijit keningnya, ia sama sekali tak bisa memikirkan solusi apa untuk menyelesaikan masalah ini. Ia sesekali melirik Chris yang sibuk berpikir dengan kedua tangan yang masih mengacak rambutnya. Tak lama ia melihat Chris berjalan mendekati dirinya.

Ia meraih kedua pundak Anna dan berkata, "Aku tidak bisa berpikir sekarang. Sebaiknya kau pulang terlebih dahulu, setelah seluruh pekerjaanku selesai aku akan bergegas menuju apartemenmu. Dan kita bicarakan masalah ini dengan baik. Bagaimana?"anna menatap dalam iris hitam Chris yang sangat serius itu. Ia terdiam pasrah dan mengangguk menjawab usulan Chris.

.

.

.

.

Mereka turun menuju Lobby dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Sekretaris Anna; Alex telah menunggunya dengan manis bersama dengan mobil kantor yang telah siap mengantar mereka pulang ke kantor Anna. Chris mengantar Anna yang entah mengapa dengan sukses membuat seisi kantor Chris menatapnya dengan tajam. Chris tidak pernah sekalipun mengantar salah satu klien ataupun perwakilan perusahaan yang baru saja berunding dengannya.

Ini merupakan suatu keajaiban bagi mereka. Plus, Chris posisinya sekarang menggantikan direktur Callen Group selama 2 bulan, dikarenakan bosnya itu sedang berlibur mengelilingi eropa bersama keluarganya. Pada dasarnya, Chris merupakan bos besar di perusahaan besar nan kaya ini selama 2 bulan.

-ia bahkan melambaikan tangannya, saat mobil porsce hitam milik kantor Anna itu melaju meninggalkannya. Yang dengan spontan membuat para bawahannya yang berada di lobby itu berhenti dari pekerjaanya dan menatap tajam bos mereka itu.

Saat Chris kembali memasuki Lobby, ia menyadari tatapan tajam dari bawahannya itu. Ia mengangkat alisnya. "Apa?"tanyanya dengan sedikit kekonyolan yang ia biasa lakukan kepada bawahannya. Beberapa dari mereka tertawa pelan. Dan beberapa dari mereka bersiul mengoda. "Ini pertama kali kau melakukan ini bos,"ucap salah satu bawahan Chris yang ikut merasakan keganjilan bosnya itu.

Chris tersenyum konyol. "Oh ayolah, Miss Everest memiliki perusahaan majalah ternama. Kita harus memberikannya perlakuan khusus agar ia bisa memuat Profil perusahaan kita baik di matanya. Jika kita baik di matanya, kita akan juga baik di mata dunia,"jelas Chris dengan sedikit kebohongan yang tertata dengan baik dan benar. Bawahannya itu mengangguk pelan, memahami penjelasan bos mudanya itu. Tapi tetap saja ia memberikan senyuman menggoda kepada Chris. Seakan tahu ada sesuatu dengannya dan Anna.

"Terserahlah. Sekarang kembali bekerja."setelah mendengar perintah dari Chris bawahannya itu langsung bergegas kembali bekerja.

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang