Anna, sesampainya ia di kantor, Anna hanya menetap sebentar di kantornya untuk menandatangani beberapa proposal dan membaca beberapa e-mail yang ia dapatkan. Setelah merasa cukup lelah untuk melakukan
pekerjaannya, ia mengadakan pertemuan kecil bersama
beberapa bawahannya yang menangani edisi majalahnya
minggu ini. Ia menyelesaikan reviewnya tentang tema ide
majalah yang akan diterbitkan minggu ini, kemudian ia pulang
dengan alasan ia merasa sangat tidak enak badan.Jujur saja bawahannya sedikit merasakan perbedaan dari aura Anna yang biasanya galak itu. Pertemuan kali ini ia lebih kalem dibandingkan pertemuan sebelumnya. Mengingat
Anna tidak tanggung - tanggung memarahi bawahannya
jika saja salah satu dari mereka melakukan kesalahan kecil.Anna merasakan tatapan heran bawahannya. Tapi ia mengabaikan tatapan itu karena merasa itu bukan masalah dibandingkan masalah yang ia hadapi bersama dengan Christian.
Anna menuju apartemennya dengan menggunakan taksi. Anna tidak biasa melakukan ini, tapi ia merasa sangat
lelah hari ini dan tak punya tenaga untuk berjalan kaki menuju
apatemennya itu. Anna tinggal di apartemennya sendiri. Membuatnya
memiliki privasi lebih dan juga menjadi alasan mengapa ia
lebih sering menghabiskan waktunya bersama Christian di apartemennya. Tapi tetap saja, ia memiliki tetangga yang satu lantai dengannya. Untung saja tetangganya yang tepat berada
di samping apartemen itu, merupakan teman baiknya. Lebih
tepatnya teman – teman baiknya. Hal itu membuat mereka tidak terlalu bermasalah saat mendengar suara bergulatan di pukul 3 dini hari, karena mereka merupakan teman baik Anna. Terkadang Anna merasa malu juga sih saat salah satu dari mereka menggodanya dengan mengatakan mereka merasa sangat senang mendengar suara pergulatan di balik tembok mereka. Anna sedikit tersipu mengingat hal – hal konyol tersebut.Saat sampai Anna langsung membasuh dirinya dengan
air hangat yang dengan sukses menghilangkan rasa lelahnya.
Anna sedang mencari pakaian yang bagus untuk digunakan malam ini saat ia menyadari gudukan kecil
diperutnya. Ia bahkan tidak menyadari itu saat ia mencoba test pack sebanyak 6 kali. Gundukan itu mungkin kecil, tapi itu sudah cukup membuat Amna semakin yakin bahwa dirinya sedang hamil. Anna sedikit tertawa mengingat proses pembuatan yang biasa ia lakukan itu ternyata bisa terlihat dengan nyata itu.Ia mengelus dengan ragu gundukan itu selama beberapa menit, sampai ia mendengar dering ponselnya yang mengatakan bahwa ia mendapatkan sebuah pesan. Anna mengenakan sweater putihnya kemudian meraih ponselnya itu.
'Aku akan berada di sana pukul 8'
-ChristianAnna melihat jam di ponselnya. Ia masih memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan dirinya sebelum Christian datang. Anna menuju dapurnya dan berpikir ia lebih baik
membuat makanan untuk tamunya itu. Ia tahu sekali bahwa tamunya ini telah menjalani hari yang cukup berat hingga membuatnya menggerakkan hati untuk membuat makan
malam yang pantas bagi bos muda itu. Ia kembali tertawa ringan mengingat Christian yang sangat konyol dan terkadang menyebalkan itu merupakan sekretaris perusaahan besar dan sedang memegang title bos besar selama 2 bulan. Konyol memang.Anna sudah selesai memasak masakan saat bel apartemennya berbunyi. Ia bergegas meraih kenop pintu apartemennya itu dan membukanya.
"Hai,"sapa Christian yang terlihat seperti baru saja berlari. Anna menarik alisnya saat melihat bulir
– bulir keringat yang mengalir dipelipis pria muda itu. "Hai.
Dan mengapa kau berlari?"tanya Anna sedikit bingung saat
mencari alasan yang logis bagi Christian yang biasanya tepat
waktu ini untuk berlari terburu – buru menuju apartemennya."Entahlah,"ucap Christian dan memasuki apartemen Anna
yang cukup besar itu. Ia berjalan memasuki ruang tamu mewah yang familiar itu. Christian sedikit tersentak saat mencium aroma lezat yang berasal dari dapur Anna."Ini perasaanku atau kau memang memasak steak?"anna berjalan
melewati Christian, kemudian menjawab, "Khusus untukmu. Ayo
makan, aku tahu kau lelah dan butuh sesuatu untuk mengisi
perut mu itu."christian berseru kegirangan, kemudian ia berlari menuju dapur.Mereka memakan makan malam mereka dengan cukup biasa. Anna
sesekali menceritakan bawahannya yang mengesalkan atau menceritakan teman – teman SMAnya yang mulai menikah dan memintanya datang bersama pasangannya. Dan Christian sesekali menggerutu karena tim kesayangannya kalah di pertandingan minggu lalu yang membuatnya kalah taruhan dengan sahabatnya; Tanner. Ia kehilangan 100 dollar hanya karena pemain terbaik timnya terkena pinalti. Dan memutar balik pertandingan dengan sangat cepat. Anna tertawa dan mengejek tim kesayangan Christian. Setelah menggeram dengan keras karena kesal, Christian meraih piring – piring kotor yang berada di atas meja makan dan dengan sopan ia mencuci piring – piring itu. Mencoba berterima kasih
kepada Anna yang telah memasakkannya makan malam.Setelah seluruh acara makan – makan dan obrolan biasa, inilah saatnya. Membicarakan masalah mereka yang mungkin akan terus menghantui kehidupan mereka selamanya dengan
baik – baik. Jujur saja Christian ingin mengabaikan masalah ini,
tapi ia seorang pria. Dan seorang pria harus bertanggung jawab akan masalah yang telah ia perbuat. Perasaan yang dirasakan Christian, sama seperti perasaan yang Anna
rasakan selama seminggu berpikir."Jadi,"gumam Christian memecah keheningan yang menemani
mereka selama beberapa menit. Ia menggaruk pelipisnya dengan canggung. Christian sama tidak sukanya dengan Anna akan kecanggungan."Apa pendapatmu akan
masalah ini?"tanya Christian sedikit berpikir mencoba memulai
pembicaraan. Anna masih saja mengalihkan perhatiannya
saat mendengar pertanyaan Christian. Ia bahkan tak mampu menatap iris hitam Christian. Merasa Anna memberikan ekspresi cemas, Christian meraih tangan Anna dan bergumam, "Hey,"gumaman itu
membuat Anna menatap Christian."Semua kan baik – baik
saja. Sekarang tarik napasmu dan jawab pertanyaanku dengan
baik."Anna menarik dan menghembuskan napasnya
dengan pelan mengikuti perintah Christiann. Kemudian ia mengingat pertanyaan Christian tadi. "Aku tak tahu Christian. Aku benar – benar cemas, panik, dan bingung. Aku tak tahu,"jawab Anna dengan mata yang sedikit berair. Ia mulai tidak suka ini. Ia tidak suka hormon yang membuatnya lebih sensitif. "Oke,"ucap Christian mencoba menenangkan Anna. Ia meraih dagu Anna dan menatap iris hijau wanita itu dengan lembut."Tenang oke?"anna mengangguk dan
mengusap kedua matanya sebelum air matanya jatuh. Anna kemudian kembali menatap Christian. "Apapun pendapatmu. Aku akan bertanggung jawab. Aku akan bertanggung jawab membesarkan bayi ini, memberikannya kehidupan yang baik, dan menjamin ia mendapat kasih sayang yang cukup, oke?" Anna terdiam. Ia menatap Christian dengan dalam hening. Ia menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Seakan ingin mengatakan sesuatu yang sulit.Christian sedikit melirik seakan
memberikan isyarat bagi Anna bahwa ia dapat mengemukakan pendapatnya. Anna kembali menarik
napas dan mengeluarkannya dengan lembut. "Itu dia masalahnya Chris,"ucap Anna dengan wajah
tertunduk."Aku tidak ingin memiliki anak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora
RomanceBagi Christian Raven dan Anna Everest, hidup sudah sangat baik. Punya penghasilan yang lebih dari cukup, punya rumah idaman, punya keluarga suportif dan punya pasangan ranjang yang nyaman. Hidup sudah lebih dari kata baik. Tapi, Apa yang akan mereka...