Another Day

74 3 1
                                    

Pagi ini Anna merasa lebih baikkan. Ia berjalan menyusuri jalan New York pagi ini dengan suasana hati yang lebih mendingan. Setelah sekian hari mengalami morning sickness, ia akhirnya paling tidak bisa berjalan menyusuri kota New York tanpa mengalami rasa mual akan aroma perkotaan. Karena ia harus menemui seseorang hari ini.

Anna berhenti di depan sebuah kafe di ujung persimpangan. Ia bisa melihat ada seorang wanita melambaikan tangan padanya. Anna tersenyum tipis dan membalas lambaian wanita itu. Kemudian ia bergegas memasuki kafe tersebut,

"Maafkan aku, apa kau sudah menunggu lama?"tanya Anna saat ia sampai di meja wanita tersebut. Anna langsung duduk di kursi di hadapan wanita itu.

"Tidak kok. Kami baru sampai. Will sedang ke kamar mandi. Ada yang ingin kau pesan Anna?"jelas wanita itu kemudia dia menyerahkan menu kepada Anna. Anna membaca sekilas menu di tangannya. anna juga sadar seorang pelayan berada di dekat mereka siap dengan catatan makanan yang mereka pesan.

"Sepertinya aku memesan teh dan waffle saja,"ucap Anna yang disambut senyuman hangat sang pelayan. Setelah mengulangi pesanan mereka, pelayan itu pergi menjauh.

Anna menghela napasnya. Ia memandang wanita dihadapannya. Dengan apa yang wanita itu kenakan, Anna dapat melihat jelas perut wanita itu sangatlah buncit. Seakan apa yang berada di dalam akan meledak kapanpun.

"Berapa bulan sudah kau Amelia?"tanya Anna dengan senyuman yang merekah. Sang bersangkutan langsung tersenyum lebar dan mengelus perutnya dengan lembut.

"Sebentar lagi akan 8 bulan. Aku tak percaya sebentar lagi little nugget ini akan bisa kutemui,"jawab wanita itu dengan fokusnya ia berikan pada buncit perutnya itu.

"Aunt Anna!"seru seseorang dengan suara cempreng khas anak – anak. Anna mengalihkan pandangannya, mencari sumber suara tersebut. ia mendapati seorang bocah laki – laki sedang menghampiri mereka sembari berjalan dengan riang. Saat ia sampai di meja mereka. Ia duduk di samping Anna dan memberikannya pelukan. Anna menyambut hanga pelukan tersebut.

"Hey Will. Senang bisa bertemu denganmu,"sapa Anna dengan ramah. Anak laki – laki itu memandang anak dengan tatapan kekakanakan. "Aku juga senang bisa bertemu aunt Anna."

Anna benar – benar sayang dengan anak dalam pelukannya ini. Senyuman konyol dengan pipi merah anak laki – laki ini membuat Anna tak bisa menolak untuk mencintai dan menyayanginya. Ia bahkan masih tak percaya bisa mencintai seorang anak sebesar ini.

Anna mengelus pipi bocah laki – laki yang mengoceh tentang hari pertama ia bersekolah itu. Sekalipun cara bocah berbicara ini masih sulit dimengerti, Anna menemukan hal itu malah sangatlah imut dan lucu. Anna memberikan senyuman kecut. Anna berpikir, apakah anaknya akan seimut dan selucu ini? Apakah aku bisa mencintai anak lain selain Will? Apakah aku bisa membesarkan seorang anak agar bisa memiliki karakter ramah, ceria dan percaya diri seperti Will?

Semua pertanyaan itu menbuat Anna semakin ragu. Semakin ragu akan keputusannya untuk tetap mengandung janin di perutnya ini. Semakin ragu akan kemampuannya untuk membesarkan sebuah nyawa yang ia bawa ke kehidupan ini. Ok Anna hentikan, ini bukan saatnya tepat untuk panik.

"Will sudahlah. Aunt mu nanti pusing mendengarmu berbicara secepat itu,"perkataan Amelia membuat Anna terusik dari pikirannya. Dan Will, sang bocah langsung diam dengan ekpresi tak suka. Wanita di hadapan Anna hanya geleng – geleng.

Seorang pelayan menghampiri mereka membawa semangkok sereal, roti bakar, dan segelas teh. Will sedikit bersorak saat menerima semangkok serealnya. Sekali lagi wanita di hadapan Anna geleng – geleng dengan kelakuan anaknya. Anna hanya tersenyum, karena ia mendapati kelakuan anak tersebut sangatlah imut.

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang