Caca meremas tangannya panik. Berkali-kali dia melihat jam tangan kemudian jalanan depan yang lenggang. Angkot yang ditumpanginya hanya berisi dirinya, supir, kernet, dan dua orang ibu-ibu tidak mampu membuat Caca merasa lega. Kakinya terus bergerak gelisah menyadari bahwa sekarang dia benar-benar akan terlambat padahal hari ini adalah hari terakhir ulangan tengah semester. Ternyata begadang untuk belajar kimia malah membawa petaka karena Caca jadi bangun kesiangan.
"Pak, bisa lebih cepat lagi tidak?" Caca memohon dengan nada gusar. Angkot ini bergerak terlalu lambat padahal jalanan di depan sangat sepi. Bahkan orang jalan kaki saja mungkin bisa mendahului laju angkot sialan ini! Caca memaki dalam hati.
"Nggak bisa, Neng. Kan Mamang sekalian nyari penumpang," jawab si supir enteng. "Salah sendiri jam segini baru berangkat."
"Iya, makanya jadi murid itu yang rajin," timpal ibu-ibu yang duduk di depan Caca.
"Anak-anak jaman sekarang emang begitu. Sibuk main hape sama pacaran jadi hobi telat." Ibu-ibu lain tak mau kalah.
Caca berdecak, telinganya panas mendengar ucapan-ucapan di dalam angkot yang menghakiminya. Mereka tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Dilihatnya lagi jam tangan yang menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit. Ulangan dimulai tepat pukul setengah delapan. Sudah tidak ada waktu lagi!
Keringat dingin membanjiri tubuh Caca. Semakin kuat dia meremas jari-jemarinya karena panik. Dia tidak pernah terlambat sebelumnya. Air mata Caca nyaris keluar ketika angkot tiba-tiba berhenti.
"Ada apa, Pak?" tanya Caca cemas.
"Nggak tahu, Neng," jawab supir kebingungan. Bapak berusia lima puluhan tahun itu berusaha menghidupkan kembali mesin angkotnya. Berkali-kali, tapi gagal.
"Mogok kayanya, Bang," ucap si kernet membuat Caca mematung. Mogok?
"Lo dorong deh, Met."
Badan Caca melemas. Di saat genting begini, nih angkot malah pakai acara mogok! Caca berdecak tak sabar.
"Saya turun di sini saja, Pak." Caca tak bisa lagi hanya berdiam di dalam angkot mogok hanya untuk mendengar ceramah tidak manusiawi dari ibu-ibu tukang gosip.
Mending aku lari saja sekalian ke sekolah daripada terus di sini. Caca turun dari angkot dan membayar dengan uang pas. Susah payah kernet itu mendorong angkot yang kini berisi tiga orang. Caca celingukan melihat jalan yang benar-benar sudah sepi. Sekolahnya hanya tinggal beberapa kilometer. Caca berpikir apakah dia benar-benar harus lari menuju sekolah? Keringat membanjiri tubuhnya yang sudah tegang dan panik hingga sudut mata Caca menangkap sosok dengan motor ninja merah melaju dari arah sekolah. Dia menyipitkan mata mencermati seragam sekolah yang mirip dengannya. Kemeja kotak-kotak biru dengan dasi dan celana putih. Tidak salah lagi, itu adalah seragam sekolahnya.
Caca bersorak karena dia bisa mendapat tumpangan. Namun, sedetik kemudian dia berpikir, kenapa cowok itu malah datang dari arah sekolah? Ah dia pasti mau bolos! Caca segera berdiri ke tengah jalan untuk mencegat cowok dengan motor ninja merah yang melaju semakin dekat dengannya. Tidak peduli keserempet, yang penting dapat tumpangan.
"Stop! Berhenti!" Caca merentangkan kedua tangannya untuk menghentikan motor itu.
"Lo gila hah? Minggir!" maki cowok itu sambil membuka kaca helmnya. Caca tidak peduli, dia segera naik ke atas boncengan.
"Lo ngapain?" Cowok itu bingung karena Caca tanpa permisi naik ke motornya. Dia bahkan tidak kenal siapa cewek yang kini duduk manis di boncengannya.
"Anterin gue ke sekolah. Sekolah kita sama," ucap Caca cepat.
"Tapi gue..."
"Udah nggak usah banyak omong. Bentar lagi bel masuk ujian. Kalau lo mau bolos terserah, tapi anteri gue dulu!" Caca bersikukuh. Dia tidak peduli jika cowok ini mau bolos, terserah, yang penting dia tetap bisa ikut ujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curious Date
Teen Fiction"Gue suka sama lo. Mulai hari ini, lo jadi pacar gue." Gara-gara bikin Evan telat saat ujian kimia, Caca harus menuruti permintaan Evan untuk menjadi pacarnya. Padahal mereka nyaris tak saling kenal sebelumnya. Terpaksa Caca menuruti permintaan Evan...