"Itu keponakan lo?" tanya Caca ketika keluar dari ruang perawatan Yoni.
"Iya, dia anak dari kakak perempuan aku." Evan berjalan di samping Caca. Dia akan mengantar Caca pulang setelah Mama datang menggantikannya menjaga Yoni.
"Karena dia juga gue minta lo jadi pacar gue. Yoni sering diejek sama teman-temannya," lanjut Evan.
"Apa hubungannya diejek sama jadiin gue pacar lo?"
"Ya, kamu tahu sendirilah kelakuan anak-anak yang suka pamer hal-hal aneh. Si Daniel, temennya Yoni pamer kalau kakaknya punya banyak pacar sampai tiap hari gonta ganti terus, Yoni ikutan. Dia bilang kalau aku juga punya pacar."
"Terus?" Caca menghentikan langkahnya dan menatap Evan.
"Kenyataannya aku nggak punya pacar." Evan tertawa menyadari kejombloannya. "Dan dia diketawain. Yoni emang sering dibeda-bedain sama teman-temannya."
"Dibedain gimana?" Caca kembali melangkah diikuti Evan.
"Ya dikit-dikit nggak boleh ikut main bareng. Aku sebagai om kasihan, kan? Dia juga pasti pengen main bareng teman-temannya."
"Kok gitu? Emang Yoni salah apa? Dia anak yang baik kok."
"Karena fisik dia lemah, lari bentar aja Yoni nggak kuat, apalagi main sepak bola kaya yang lain. Makanya teman-teman Yoni nggak suka main sama dia."
Caca merenung sesaat. Dia tahu bagaimana rasanya jadi Yoni ketika tidak ada seorang pun yang mau jadi temannya hanya karena dirinya dianggap berbeda. Bahkan di sekolah, teman Caca hanya Mira yang sebangku dengannya.
"Oh ya, emang Yoni sakit apa, sih?" Keduanya
"Gangguan paru-paru, bawaan dari lahir." Caca kembali menatap Evan tak percaya membuat cowok itu mendesah. "Yoni lahir prematur dan kakak aku meninggal saat melahirkan dia. Saat baru lahir, kata Mama, dokter memprediksi Yoni nggak akan bisa bertahan. Kami bersyukur dia bertahan sampai detik ini meski fisiknya sangat lemah dan sering bolak balik masuk rumah sakit." Evan kembali mendesah, wajahnya terlihat sedih menceritakan tentang Yoni. Caca jadi tidak enak sudah bertanya.
"Maaf... gue nggak maksud..."
"Nggak apa-apa." Evan mencoba tersenyum.
"Mama sama Yoni seneng banget, loh, hari ini aku beneran bawa kamu ke sini. Soalnya Yoni udah lama banget nanyain kamu." Mendengar ucapan Evan, Caca jadi ingat saat mama Evan dan Yoni menyapa dirinya. Cara mereka menyapa seolah sudah mengenal Caca sebelumnya.
"Tunggu, jadi sebelumnya lo udah cerita tentang gue ke mama lo dan Yoni?" Kini mereka tiba di parkiran.
"Iyalah." Evan mengambil helm dan memakainya.
"Apa lo kata? Jadi mama lo juga tahu kalau kita pacaran?"
"Iyalah, Beb. Kan aku nggak mungkin ngenalin Yoni ke sembarang orang."
Seketika Caca memukuli lengan Evan sambil menghentak-hentakan kaki. "Kenapa lo ngelakuin itu?"
"Lah kenapa? Kan kita emang udah resmi pacaran."
"Lo bikin gue malu." Mau ditaruh di mana muka aku? Caca mengerang dalam hati dan menatap Evan dengan kesal, sedang Evan nyengir tanpa dosa.
"Udah, jangan ngambek. Ayo kita pulang, ini sudah sore." Evan segera menarik tangan Caca agar cewek itu naik ke boncengan motornya.
"Evan nyebelin! Evan nyebelin." Hanya dua kata itu yang terus Caca ucapkan sepanjang jalan. Telinga Evan sampai berdengung mendengarnya.
"Stop, stop. Gue turun di sini," ucap Caca sambil menepuk-nepuk pundak Evan untuk menghentikan laju motornya di depan kompleks perumahan.
"Loh kenapa? Rumah kamu kan tinggal masuk dikit lagi." Evan bingung ketika Caca benar-benar turun dari motornya.
"Iya, justru. Gue nggak mau ditanya macem-macem sama nyokap karena dianter lo. Lagian tugas gue udah selesai, kan?"
"Tugas apa?"
"Tugas jadi pacar lo. Kan kita cuma pura-pura buat menyenangkan hati Yoni. Sekarang keponakan kamu sudah percaya kalau omnya punya pacar jadi sekarang kita impas."
"Mana bisa seperti itu?"
"Mau bagaimana lagi? Gue nggak mau pacaran, tapi demi keponakan lo, okelah kita bisa pura-pura pacaran kalau di hadapan Yoni dan teman-temannya. Tapi di sekolah kita bukan siapa-siapa." Caca kukuh tak mau berurusan dengan Evan di sekolah. Kejadian di sekolah hari ini saja sudah membuat dirinya malu setengah mati.
"Nggak, nggak bisa. Kita udah resmi jadian jadi nggak ada acara pura-pura."
"Terserah, pokoknya kita nggak ada apa-apa kalau di sekolah. Kita putus!"
"Kita ini baru jadian, Beb. Belum ada lima jam, masa iya langsung putus?"
Caca hanya mengedikan bahu. Dia tidak mau berurusan dengan Evan si tukang bolos. "Mending sekarang lo pulang deh."
"Beb ..."
"Atau gue teriak dan panggil satpam kompleks?" ancam Caca. Evan berpikir sejenak. Tidak ada untungnya berdebat dengan cewek, itu prinsipnya selama ini. Jadi dia kembali memakai helm dan mulai melaju meninggalkan Caca.
Putus dan jadian di hari yang sama? Memangnya ini cinta satu hari? Evan menggeleng dan terus melaju menuju rumah.
"Lihat saja, aku bakal bikin kamu jadi pacar aku lagi!"
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hay ketemu lagi :) Maaf, baru bisa update, hikz. Kemarin nggak bisa bagi waktu antara cerpen media dan novel.
See you next chapter ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Curious Date
Teen Fiction"Gue suka sama lo. Mulai hari ini, lo jadi pacar gue." Gara-gara bikin Evan telat saat ujian kimia, Caca harus menuruti permintaan Evan untuk menjadi pacarnya. Padahal mereka nyaris tak saling kenal sebelumnya. Terpaksa Caca menuruti permintaan Evan...