Adakalanya aku bersyukur dikaruniai bentuk tubuh yang mungil. Walau nggak jarang orang-orang terdekatku body shaming dan bilang aku kayak bocil. Tapi sorry to say, insecure bukan gayaku. Punya badan mungil banyak fungsinya, buktinya sekarang aku bisa menyelinap dengan mudahnya diantara badan badan besar yang kini menghalangi jalanku.
Bell pulang sekolah baru saja berbunyi, nggak heran koridor dipenuhi siswa siswi yang ingin segera pulang ke rumah. Sayang nya aku harus membuang jauh jauh keinginanku untuk segera pulang. Ada seseorang yang ingin segera kutemui.
Cowok bertubuh tinggi itu nampaknya sedang mencari masalah denganku.
Padahal tadi pagi cowok itu masih berada di kelas, tapi setelah istirahat ke dua Graka sama sekali tidak muncul lagi di kelas. Bolos pelajaran Pak Ali, guru Bahasa indonesia sepertinya sudah menjadi makanan Graka dan teman-temannya. Pak Ali itu sudah tua, penyakit pelupanya membuat mereka jadi semena-mena.
Graka, cowok sinting itu ngepost fotoku yang sedang tertidur di kelas ke instastory miliknya.
"Ado ada liat Graka?" Cowok berkacamata itu membenarkan kacamatanya dengan telunjuk.
"Tadi pas istirahat ke dua gue liat dia sama Dewa!"
Semenjak kenal Dewa Tingkah Graka makin nggak jelas. Asal tau aja ya, Dewa itu langganan masuk BK. Pak Anton kayaknya udah pusing sama kelakuannya. Dulu waktu masih jadi pacar Graka, aku masih punya hak buat ngatur Graka boleh berteman dengan siapa begitu pun dia yang bisa mengaturku untuk berteman dengan siapa saja, bisa dibilang hubungan kami dulu sempat toxic. Apa lagi semenjak Ibu Graka meninggal, Graka jadi sulit dikendalikan. Kalo sekarang ya terserah dia. Aku nggak peduli.
"Kira kira mereka kemana ya?" tanya ku pada Ado.
"Kanput lah, kemana lagi!"
"Kanput?" Aku mengeryitkan alis menatap Ado bingung. Ado yang sadar akan kebingungan ku pun langsung menepuk kepalanya.
"Astaga Gea, lo ngak tau Kanput? Mati aja deh lo Ge!"
Aku mengumpat, "Sial lo Do!" Sambil memukul pelan pundaknya.
"Hahaha, Kantin putih tau?"
Seketika kabel rusak di kepala ku menyambung. Aku baru ingat, kantin yang sering dibicarain sama anak-anak di kelas. Mereka bilang Kantin Putih itu sering dipake buat maksiat, apa lagi letaknya agak ketutup dan berada di pojok, jadi anak-anak yang nakal bebas ngelakuin apa saja di sana tanpa takut ketahuan. Setelah berterima kasih pada Ado, aku pun langsung berlari menuju tempat yang disebutkan Ado tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuggle
Подростковая литератураGue nyesel senyesel nyeselnya karena pernah nempatin dia di posisi paling penting di hati gue, jadiin dia penompang paling kokoh buat gue bersandar, yang gue pikir saat itu gak akan pernah tumbang, sampe akhirnya gue sadar satu hal: sekokoh apapun p...