Membuka Lembaran Baru

94 10 5
                                    

Malam itu hujan di langit kota Palembang begitu deras mengguyur kota pempek tersebut, seakan berisyarat bahwa ada hati yg sedang terluka dan ingin di basuh dengan air mata.

****

Nadia menatap langit-langit kamar yang kini menjadi titik fokus pandangannya, seakan itu menjadi media yang memutar kembali semua kenangannya dengan Radit, saat bagaimana pertemuan pertama mereka, pertemuan terbodoh yang pernah Nadia alami, dimana saat Radit diam dan Nadia juga diam, Radit menyebutkan nama-Nya dan Nadia memulai semua cerita dengan bahagia, Bahagia. Karena Nadia sudah mencintai Radit bahkan saat pertama kali Radit menyapa Nadia lewat chat mereka, iya bahkan sebelum pertemuan pertama itu Nadia sudah memilih Radit untuk tempatnya melabuhkan hati, Nadia memberikan kepercayaan penuh terhadap Radit untuk menjaga hati-nya, cara Radit menyentuh hati Nadia benar-benar membuat Nadia terkesima hingga Nadia lengah dan tidak menyadari bahwa perlahan cinta Radit kepadanya mulai memudar dan semua kebahagiaan yang dulu pernah ada, perlahan berubah menjadi sebuah goresan-goresan luka yang menyiksa Nadia secara perlahan.

Tanpa sadar air mata nadia mulai bercucuran membasahi pipi dan bantal yang kini menjadi tempatnya bersandar, Nadia mencoba menahan air mata itu agar tidak berketurasan, dia menggit bibir bagian bawahnya dan menarik nafas dengan begitu dalam, tapi Nadia gagal dia tidak berhasil membendung air matanya yang ingin tumpah tersebut, hingga dia memutuskan melampiaskan semua dengan mengeluarkan semua air mata itu dengan harapan semua kesedihannya akan ikut hilang bergulir mengikuti keluarnya air mata Nadia.

DRETT DREETT!!!

Handphone Nadia berbunyi, membuat dia sadar akan lamunannya.

TRI :
Nad kok PM lo enggak ada lagi nama radit sih?

Nadia:
Gue putus sama radit tri.

TRI:
Kok bisa?? Ada masalah apa nad??

Nadia :
Ntar senin gue cerita.

TRI:
Oke deh, elo jangan sedih ya,, gue tau pasti lo skrg lagi nangis.

Nadia:
Udah enggak kok, gue baik-baik aja.

setelah membalas pesan tersebut tak lama terdengar suara azan isya, Nadia bergegas mengambil wudhu dan segera sholat.

***

"Sayang kok matanya sembab, ada apa?? Kamu nangisin apa?"
Belum sampai di meja makan Nadia sudah mendapatkan pertanyaan introgasi dari ibu-nya.

"Enggak kok ma, tadi ada semut di bantalnya nadia, jadi digigit semut deh. "
Jawab Nadia mencari alasan.

"Ahhh anak papa, mana mungkin di bantal ada semut, ada-ada aja."
Celetuk papa Nadia.

"Bener kok pah, ahh udah ah bahas mata Nadia, Nadia udah laper banget pengen makan."
Jawab Nadia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Yaudah ayok dimakan, ntar makanannya udah dingin, gak enak."
Sambung mama Nadia.

Suasana makan malam bersama kedua orang tua Nadia, memang adalah moment yang sangat berarti bagi Nadia karena tak jarang itu bisa terjadi, kesibukan orang tua Nadia benar-benar banyak membuat Nadia kehilangan waktu bersama orang tua-Nya.

"Sayang papa besok mau keluar kota, kamu baik-baik ya dirumah."
Ucap papa Nadia memberitahu.

"Iya, mama juga besok ada urusan di luar kota, kamu jangan bandel ya."
Sambung mama Nadia.

"Ih mama sama papa sibuk mulu, baru juga 2 hari yang lalu pulang dari luar kota, sekarang udah mau pergi lagi."
Protes Nadia sebal.

"Kan mama sama papa kerja keras buat kamu sayang, tenang aja deh ntar kalo ada waktu kita liburan bareng ya. "
Jawab mama Nadia memenengkan putri semata wayangnya tersebut.

"Iya udah deh, mama sama papa hati-hati ya."
Jawab Nadia.

"Iya sayang Anak papa kan udah gede jadi harus belajar mandiri."
Sambung papa Nadia.

"Iya pa"
Jawab Nadia singkat.

***

Wanita itu kodratnya dikejar bukan mengejar, lelaki sebagai seorang calon pemimpin rumah tangga seharusnya bisa memperlihatkan kesungguhan dan keseriusannya dalam berjuang bukan hanya mempermainkan dan memberikan rasa sakit terhadap wanitanya.
Berhentilah berjuang dan meratapi kesedihan karena kehilangan orang yang sama sekali tak memperdulikan mu, ingatlah kau harus ikhlas karena mungkin tuhan menciptakan perpisahan ini sebagai suatu pembenaran, dan ternyata jika perpisahan ini hanya suatu penundaan, maka Allah akan membuat skenario terbaiknya untuk menyatukan kalian dalam suatu ikatan halal.

Dan sekarang saatnya bangkit, untuk memperjuangkan sesuatu yang memang harus diperjuangkan. Kebahagiaan orang tua mu, adalah hal mutlak yang harus kau wujudkan.

Tulisan Nadia di laptop tempatnya mencurahkan seluruh isi hatinya.

Gue harus bangkit, dan gak boleh sedih, saatnya gue move on.
Tekad Nadia di dalam hati yang tidak bisa di ganggu gugat.

Nadia benar-benar bertekad untuk melupakan Radit, laptop yang kini dihadapannya seakan menjadi saksi bisu niat Nadia tersebut, di atas meja belajar Nadia sudah ada kotak hitam yang berisi semua barang-barang dari Radit.

"Sekarang kamu aku simpen ya"
Ucap Nadia sambil memasukan kotak tersebut ke dalam laci di samping ranjangnya.
 

Cinta untuk NadiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang