Bab 1

79 11 2
                                    

5 tahun kemudian ...

Hujan ...

Disaat semua orang suka hujan kenapa gue gak suka hujan ya, gue gak suka karena hujan tempatnya orang lemah. Kadang orang lebih suka nangis dibawah guyuran hujan kaya di drama drama di tv, kadang orang sok senang dibawah guyuran hujan tersebut padahal dia juga lagi nangis walaupun di selingi sama senyuman atau tawaan miris.

Gue ngerti kok, setiap orang itu punya kelemahan masing-masing. Ya setidaknya kelemahan itu jangan di aktifkan, jangan dilihatkan di depan orang, jangan di show-in .

'Selemah-lemahnya kita, jangan ditunjukin. Berusahalah buat selalu tersenyum walaupun itu rasanya sakit.' itu kata-kata terakhir bunda gue.

Bunda gue meninggal karena dibunuh sama musuhnya ayah, gue gak tau gimana ceritanya. Dan sampe sekarang gue masih dendam banget  sama itu orang. Gue waktu itu lagi nyelesein kuliah gue di Paris dan gue dapet kabar kalo rumah gue kemasukan orang dan ngelibatin bunda gue dibunuh. Gue gak tau kenapa harus bunda gue yang dibunuh, kenapa harus keluarga gue yang di incer.

Keluarga gue bisa dibilang keluarga yang amat sangat berkecukupan karena ayah punya beberapa cabang perusahaan di beberapa wilayah di Korea ini. Mungkin karena itu keluarga gue di incer dan hampir dibunuh semua, ya walapun bunda gue udah kebunuh. Dan tak menutup kemungkinan kalo gue inceran selanjutnya setelah bunda gue.

Gue punya abang, namanya Anggara Pratama Handoko. Dia itu dingin banget semenjak bunda gue meninggal dan dia juga jadi sedikit protektif. Gue gak boleh pergi yang jauh kalo bukan sama orang terpercayanya dia. Dan sikap sayangnya dia ke gue itu melebihi pacarnya. Dia lebih perhatian ke gue kebanding sama pacarnya, untung pacarnya sabar.

Gue punya butik, karena dulu gue kuliah itu ngambil designer jadi disinilah gue. Gue gak mau kerja di kantoran yang sibuknya setengah mampus, gue gak mau hidup gue cuma dikelilingi sama kesibukan deadline sana sini. Dulu ayah selalu suruh gue buat nerusin cabang perusahaannya yang ada di Korea, tapi gue mati-matian gak mau. Dan ayah nyerah buat paksa gue nerusin perusahaannya.

" Vanilla Dyghta Handoko ... "

Gue cuma ngangkat kepala.

"Kamu gak makan?"
"Kok cuma di aduk-aduk aja ?"
"Kamu sakit ?"

Selalu gini. Mas Angga selalu peka sama gue, dan dia selalu punya beribu pertanyaan yang bertubu-tubi untuk gue.

"Aku gak papa kok mas,"
"Oiya, sore ini ke tempat bunda ya mas. Aku kangen bunda." ajak gue

"Mas gak bisa. Mas harus -"

"Meeting ?" tanya gue dengan memotong pembicaraan mas Angga.

"Iya gak papa, aku bisa sendiri kesana."

"Enggak-enggak. Kamu kesana sama Keano aja."

Keano siapa lagi ? ..

Pasti orang kepercayaannya lagi.

"Dia sekarang jadi bodyguard kamu ya. Kamu gak boleh sendirian lagi, maaf mas baru dapet sekarang. Kamu nanti-"

"Mas ...."

"Kenapa harus ada bodyguard, aku bisa sendiri kok. Lagian cuma ke makam bunda abis itu balik ke butik lagi."
"Sekali ini aja biarin aku sendiri."  sanggah gue.

Selalu kaya gini, kapan gue punya privasi?

"Sekali enggak ya tetep enggak La."
"Yaudah, mas mau balik ke kantor lagi ya." sambil ngelusin tangan gue terus cium puncak kepala gue.

Gue cuma bisa diem, kalo abang udah kaya gitu.

"Itu Keano udah di depan. Kamu ke butik dianter dia ya."
"Oiya, La. Dia pake jas hitam kemeja putih ya, rapi banget pokoknya."

Gue cuma ngangguk doang. Kapan gue bebasnya.

Mas Angga selalu gitu, dia takut kehilangan gue setelah udah kehilangan bunda. Dulu gue hampir dibunuh juga tapi bukan sama orang yang ngebunuh bunda. Yang mau ngebunuh gue dulu itu suruhan mantannya mas Angga, dia sakit hati karena mas Angga lebih merhatiin gue ketimbang dia. Dari situlah mas Angga protektif sama gue.

Halo readers, jangan lupa vote ya :))
Aku gak tau mau nge-cast-in Vanillanya itu siapa, anggep aja Vanilla itu kalian sendiri ya. Keep voments ya, jangan diem aja :))

My Favorite Vanilla is You // Lee JungShin (( slow update // short story))Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang