"Oiya, La. Dia pake jas hitam kemeja putih ya, rapi banget pokoknya."
Gue jalan keluar, dan alhasil gue ketemu orangnya . Gak susah, soalnya dia rapi banget kaya mau kantoran.
"Ehm.." Gue berdeham, dan seketika dia sedikit terkejut ngeliat gue.
"Lo Keano ?"
"Gue Vanilla." sambil ulurin tangan gue.Dia ngebungkukin badannya sopan menyambut gue.
"Iya, saya Keano."
Uluran tangan gue gak disambut, padahal gue udah baik mau ngulurin tangan gue.
"Lo liat kan gue ulurin tangan gue buat ngejabat tangan lo?"
Dengan seketika dia menjabat tangan gue.
"Maaf." katanya sambil membungkukkan badan lagi.
"Silahkan nona."
"Gue duduk depan, lo bukan supir gue."
Gue masuk ke mobil bagian depan, really ini mobil baunya vanilla. Bau ini kesukaan gue banget, pasti mas Angga yang kasih tau dia buat beli pewangi mobil ini.
"Kita ke butik, abis itu sore nanti anterin gue ke makam."
Dia cuma ngangguk doang. Awkward.
"Nama panjang lo siapa ?" tanya gue.
"Nama saya Alexande Keano , nona."
"Pertama, lo ngomong sama gue jangan formal. Gue gak suka karena gue bukan orang kantoran kaya mas Angga. Lo boleh ngomong formal kalo lagi ada mas Angga aja."
"Tapi sekalinya gue make bahasa formal ke orang terdekat gue, berarti itu gue lagi gak mood ataupun gue lagi marah ."
"Kedua, gue gak suka lo terlalu rapi kaya gini. Lo kan cuma bodyguard gue, bukan supir atau orang yang mau meeting."
"Ketiga, jangan panggil gue nona."
"Keempat, jangan pake saya kamu nona segala macem. Cukup gue lo."
"Kelima, panggil gue Vanilla aja."
"Keenam, gue gak suka suasana awkward."
"Ketujuh, anggap gue temen lo. Gue gak mau ada sistem atasan atau bawahan."
"Kedelapan, jangan ngebuka atau ngetutupin pintu mobil kaya tadi."
"Lo paham kan?" tanya gue mengakhiri segala persyaratan.
Gue gak suka awkward, gue gak suka ada sistem atasan bawahan, gue gak suka orang yang ngomong formal kecuali kalo lagi dibutik atau di kantornya abang.
"Tapi, non-"
"Anggap gue temen lo. Nurut aja apa maunya gue, lo tetep mau kerja sama mas Angga kan?" kata gue memotong pembicaraan dia.
"Iya non-"
"Vanilla, Keano." ucap gue kesel.
"Hehe sorry."
Gila, ketawanya manis banget .
Sadar Van.....
Perjalanan tetep awkward, ya mungkin karena baru ketemu kali ya. Makin lama gue ngantuk, gue kan udah bilang gak suka suasana awkward. Ya jadinya gini deh, ngantuk
Makim lama dan makin lama gue makin ngantuk.
~
Keano pov
Sepanjang perjalanan dia tertidur, gue gak tau mau ngomong apaan. Baru kali ini gue punya atasan cewek yang gak manja, bahkan dia nyuruh gue anggep dia kaya temen gue.
Gue udah kebiasaan ngomong formal sama atasan, jadi gue rada kekok buat ngomong biasa sama atasan.
Dia cantik banget, tapi sayang kata pak Angga dia rapuh walaupun dia gak pernah nge-show-in kerapuhannya itu.
Gue penasaran, apa yang ngebuat dia bisa serapuh itu padahal pertama kali ketemu dia rada cuek gitu.
"Van... Vanilla ." gue nepuk pipinya pelan.
"Van, bangun. Kita udah sampe di butik."
Tak lama dia kebangun, muka bangun tidurnya ituloh lucu banget.
Sadar jung, dia cuma atasan lo.
"Oh udah sampe." katanya sambil ngucekin matanya.
"Lo ikut gue kedalem, biar gue kenalin sama karyawan-karyawan gue." katanya sambil turun keluar dari mobil.
Pas masuk butiknya itu walaupun gak terlalu besar tapi isinya itu sangat sangat buat gue takjub. Model-model baju yang dia rancang itu bener bener awesome, pantesan aja walaupun dia masih muda , dia udah bisa punya mobil sendiri dan apartemen sendiri.
"Siang semuanya." sapanya ke karyawan-karyawan disini.
"Ayok sini kumpul, ada yang mau gue kenalin ke kalian."
Semua karyawan berkumpul di depan kasir.
"Kenalin, namanya Alexander Keano. Kalian bisa panggil dia Keano aja."
"Dia bodyguard gue yang dikasih sama abang gue."Gila. Ternyata dia ngomong gue lo bukan ke gue doang, bahkan ke semua karyawan dia disini. Sebegitu friendly-nya dia ?
"Hi Keano." sapa salah satu karyawan.
Gue bales dengan senyum doang terus ngebungkukin badan gue.
"Oke, sekarang kalian bisa sambung kerja kalian lagi."
"Dan lo ikut keruangan gue."Gue cuman ikutin dia dari belakang.
Pas gue masuk keruangan dia, gue makin takjub. Penghargaan dimana-mana, gambar design baju ditempel dimana-mana. Ini bisa dibilang bukan ruangan kerja, malah udah kaya kamar sendiri. Disini juga ada sofa yang di modif jadi bentuk kasur.
Dan yang bikin gue terpanah adalah bingkai foto berukuran gede di tempel di ruangan dia, yang isinya adalah foto dia sendiri yang lagi tersenyum pake gaun kuning ala Princess Belle. Cantik. Cantik banget.
"Ini ruangan gue."
"Itu foto gue pas make gaun terakhir buatan bunda gue.""Terakhir ?"
Dia ngeliat gue, " Iya yang terakhir. Sebelum bunda gue meninggal."
"Oh mianhe."
"No, Gwenchana." senyumnya manis banget.
"Oke, lo bisa keluar. Lo bisa istirahat dulu."
"Nanti jam 4 anterin gue ke makam bunda."Gue jawab iya terus ngebungkukin badan gue.
Mungkin yang bikin dia rapuh itu karena meninggalnya bunda dia.
Gimana sama bab ke 2 ? flat ya ?
Vomentsnya jangan lupa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Vanilla is You // Lee JungShin (( slow update // short story))
Teen FictionBahkan rasa sayang gue ke lo tenggelam seketika hanya karena rasa takut, iya takut lo pergi dari hidup gue setelah lo tau siapa gue sebenarnya - Keano