Part 2
*Amelia POV*
Aku tidak pernah bermasalah mengejar vampir atau mengikuti vampir manapun selama ini. Tapi siapa sangka kalau vampir yang satu ini benar-benar cepat. Hanya satu orang yang memiliki kecepatan yang mungkin melebihinya. Berlari mengikuti Kai benar-benar melelahkan dan menguras stamina yang selama ini selalu kubanggakan dihadapan para buruanku!
Bau were yang kami ikuti sejak dari bazar di Hyde Park mulai menguat seiring mendekati Regents Park. Dan sialnya vampir yang memimpin perburuan ini sama sekali tidak mengurangi kecepatannya. Dia bahkan menambah kecepatannya saat kami sama-sama menyadari gerakan cepat yang melarikan diri dari kami. Dia seolah lupa kalau bagaimanapun aku adalah manusia. Aku memutuskan memisahkan diri dari Kai dan mengambil jalan lain. Aku berlari menembus pepohonan, berharap gerakan were itu tidak secepat Kai.
Dan keberuntungan ada di pihakku. Were itu berlari dalam wujud manusia dan hanya beberapa meter di depanku. Dengan sengaja aku menambah kecepatan dan melompat ke arah were itu hingga membuat kami berdua jatuh berguling-guling di atas rerumputan. Pengalaman membuatku bergerak refleks menjauhi were itu saat kami menyentuh tanah karena aku merasakan akan datangnya bahaya. Benar saja, terlambat beberapa detik, aku mungkin sudah jadi makanan penutup were itu. Pria itu langsung berubah wujud menjadi serigala besar berbulu hitam pekat.
Oke, boleh kuasumsikan korban tadi adalah wanita. Walau tidak menutup kemungkinan kalau were ini bisa saja gay, bukan?
“Wah wah wah, anjing besar. Ayo kita berbincang.”ujarku sambil membersihkan noda tanah di baju dan celanaku. Santai? Jangan harap. Aku hanya berpura-pura santai, dan kalau dia menunjukkan sedikit saja indikasi akan menyerangku, semua senjata di tubuhku berada dalam jangkauan tangan.
Seperti yang seharusnya, dalam wujud binatang, were hanya bisa menggeram. Percayalah, kalau ada yang bilang were dalam wujud binatang bisa bicara, aku akan mencekik orang itu. Bagaimanapun mereka binatang.
“Tidak bisa bicara? Come on, big boy, kenapa kau tidak jadi manusia saja hingga kita bisa mengobrol sebentar?”tanyaku lagi walaupun aku tahu dia tidak akan mungkin semudah itu bisa dibujuk.
Aku bisa melihat kilatan marah di mata besar milik serigala itu sedetik sebelum dia melompat ke arahku hanya untuk terlempar kembali ke pohon besar yang ada disana. Kekuatan lemparan itu membuatku langsung mengetahui siapa yang membalas serangan were itu. Kai berdiri di depanku, aku tidak perlu menantangnya untuk menyadari bahwa vampir di hadapanku ini sedang berusaha keras menahan kekuatannya agar tetap terkendali. Aku tidak tahu harus bersyukur atau malah kesal karena kemunculannya, tapi sisi diriku yang baik berkeras kalau aku harus merasa bersyukur, mengingat aku tidak pernah bertarung melawan werewolf sebelumnya. Jadi setidaknya aku punya cukup waktu untuk mempelajari bagaimana seorang were bertarung. Dan, ya, sekalian melihat langsung bagaimana seorang algojo para vampir beraksi.
“Aku kira kau cukup pintar untuk tidak menantang anjing gila seorang diri.”gumam vampir berambut hitam itu sangat dingin, melirik sebentar padaku sebelum kembali memusatkan perhatiannya pada were itu.
“Aku cukup yakin kalau vampir lebih berbahaya daripada seekor were.”balasku begitu saja tanpa sempat bepikir lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Dance (EXO Saga)
FantasiaSatu-satunya alasan kenapa aku tidak mau berhubungan terlalu dekat ataupun terlalu lama dengan kaum wanita adalah aku tidak mau terikat. Kebebasan adalah segalanya bagiku.Tapi bersama Amelia, segalanya tidak jelas, tidak pernah ada yang sesuai keing...