1

325 13 0
                                        

Hari yang indah di kota seoul.  Walau pun sudah mulai musim semi tapi cuaca masih cukup dingin. Hal ini tak jadi hambatan bagi Young hee untuk memuaskan rasa penasarannya menjelajahi kota yang baru ia tinggali dua minggu ini. Berbekalkan peta juga jaringan internet, Young hee menyusuri jalanan di seoul.

Entah berapa lama Young hee berjalan, rasa laparnya mulai muncul siang itu. Dari banyak toko yang ia lalui, sepertinya donat dan kopi panas menarik perhatianya. Saat sedang menunggu pesanan, handphone Young hee berbunyi. Pada layar tertuliskan ‘Dwi’.

“Ada apa bocah satu ini menelpon?” Gumam Young hee.

Apa?” Tanya Young hee saat ia menerima telpon Dwi.

Kak kapan pulang?” Tanya Dwi di ujung sana.

Kau menelpon secara internasional hanya untuk menanyakan itu. Bukannya sudah jelas aku akan pulang musim panas nanti.” Jawab Young hee dengan nada kesal.

Kak bisa pulang lebih awal? Kami kesepian disini.” Suara Dwi terdengar sedih.

Bukannya kakak ingin pergi jauh. Tapi kakak juga punya sesuatu yang harus di selesaikan disini. Ada nenek dan kakek yang akan mengurus kalian selama kakak tak ada.” Ucapan Young hee melembut. “Kakak matikan dulu telponya”.

Young hee mematikan telpon tanpa menunggu respon dari Dwi. Baru saja nafsu makannya membaik, Dwi malah menelponnya. Saat kopi dan donatnya datang, dengan cepat ia habiskan. Rasanya ingin cepat-cepat pulang. Young hee sudah tak peduli lagi dengan cara makanya, satu donat dua kali gigit pun jadi saat ini. Selesai makan Young hee langsung bergegas pergi, namun karena sikap cerobohnya membuat ia menabrak seseorang di pintu masuk.

“Mianhae.” Ucap Young hee sambil membungkuk.

“Iya tak apa, Lain kali tolong hati-hati.” Ucap seorang lelaki.

Eh, rasanya suara ini tidak asing di telinganya. Saat Young hee melihat lelaki yang tak sengaja ia tabrak, ia sungguh kaget. Matanya tak berkedip, mulutnya terus saja terbuka. Tidak kaget bagaimana, orang yang Young hee tabrak adalah orang yang ia kagumi dan alasan Young hee ingin pergi ke Korea selama ini.

“Nona apa kau baik-baik saja?” Tanya lelaki itu.

Tersadar dari kagetnya Young hee dengan terbata-bata berbicara, “Ne, gwen.. gwenchana”.

Lelaki yang Young hee tabrak itu adalah Lee Jihoon atau lebih terkenal dengan woozi. Ia salah satu anggota dari SEVENTEEN, boyband yang hangat-hangatnya di beritakan oleh media. Ternyata woozi tidak sendiri, dibelakangnya ada member-member lain yang kini sedang melihat ke arah Young hee. Wajah Young hee merah padam karena malu. Ia dengan cepat membungkuk lalu pergi meninggalkan toko. Malu bercampur senang karena bisa melihat orang yang begitu Young hee kagumi dengan mata kepalanya sediri. Ingin rasanya ia berbalik dan memotret SEVENTEEN untuk nanti ia pamerkan pada teman-temannya di Indonesia. Namun akal sehatnya masih bisa menahan jiwa fangirlnya saat ini. Ia akan benar-benar terlihat seperti orang tidak tahu malu kalau benar-benar pergi untuk memotret SEVENTEEN.

Seperti adegan di film-film saat mereka tabrakan lalu munculah benih-benih cinta. Tapi Young hee rasa itu sangat tidak mungkin terjadi.

Tujuan utama Young hee selanjutnya adalah pulang, tapi bagaimana caranya? Young hee tak tahu harus berjalan kemana dan naik apa. Mencari di internet pun takut salah. Hanya ada satu pilihan terakhir, yaitu menelpon Kari. Kari adalah satu-satunya teman yang ia punya di korea. Awal mula bertemu dengan Kari, saat Kari berlibur sendirian di Jakarta beberapa bulan yang lalu. Kari yang kebingungan bertemu dengan Young hee, dari sanalah pertemanan Young hee dan Kari dimulai.

Woozi Fanfic : Me As A LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang