Kamu bukanlah kamu semenjak ada dia. Semua berubah. Kamu mulai mengacuhkanku. Seolah-olah hanya aku yang membutuhkan kabar darimu. Hari ke hari, semakin aku membutuhkan perhatianmu dan kamu tidak sadar bahwa aku membutuhkan itu. Sudah beberapa kali mengungkapkan kekesalanku atas perubahan sikapmu, tetapi kamu tetap saja enggan mengakui bahwa kamu berubah.
Aku hanya bisa diam. Hanya bisa menunggu waktu untuk menjawab itu semua. Dan pada akhirnya waktu pun menjawab. Kamu memilih dia dan pergi meninggalkan ku. Hatiku hancur berkeping-keping. Tetapi aku tidak akan menyalahkanmu. Ini salahku, yang tidak bisa membuatmu merasa nyaman. Aku bodoh.
Aku terlalu sakit. Bahkan, mendengar namamu saja aku sudah sakit luar biasa. Aku coba untuk mengikhlaskanmu. Sekarang, kamu sudah bahagia dengan pilihanmu. Jagalah pilihanmu itu. Jangan sakiti dia, cukup aku saja yang sakit. Berbahagialah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CATATAN SEBUAH PERASAAN
Non-FictionUntuk kamu yang pernah menjadi pelangi baruku. Untuk kamu yang pernah menyia-nyiakan ku. Di sini aku akan mengungkapkan perasaan-perasaanku. Terimakasih pemberi luka dan pemberi bahagia. Karenamu, aku bisa menulis ini.