Part 2

170 33 6
                                    

“Yaak, Jiyeon-a. Kau lihat itu?”
“Igeo mwoya? Bicara yang jelas, pabo!”
“Kau lihat Bae Suzy? Igeo…” Luna menunjuk ke arah pohon cemara yang di bawahnya ada seorang yeoja sedang terlihat bingung.
“Eoh, aku melihatnya. Kau tertarik sekali pada yeoja itu. Waeyo?” tanya Jiyeon.
“Bukankah kemarin dia sangat ceria, pintar, cantik, pokoknya perfect. Tapi sekarang kenapa di terlihat menyedihkan begitu? Dandanannya juga acak-acakan.”
“Ya mana aku tahu. Jika kau ingin tahu, tanyakan sendiri padanya. Sudahlah, Hwang songsaenim sudah di belakang kita.”

“Anak-anak, hari ini kalian akan mendapat teman baru. Sebenarnya dia akan ditempatkan di kelas 2B, tapi karena Naeun dari kelas ini baru pindah kemarin, jadi dia dipindah ke sini,” jelas Hwang saem.

Semua mata tertuju ke arah pintu masuk kelas 2A itu, termasuk Jiyeon dan Luna. Seorang namja berambut coklat terang dengan ekspresi cute dan cool, memasuki ruang kelas tanpa seulas senyum di bibirnya. Tak lama kemudian namja itu mengenalkan diri.
“Annyeong, joneun Choi Minho imnida. Aku pindahan dari Daehan. Salam kenal.” Minho mengenalkan diri kemudian duduk di bangku paling belakang, tepatnya di samping kanan Jiyeon.
“Yaak, kau lihat? Dia sangat tampan,” ucap Luna kagum dengan paras yang dimiliki oleh namja bernama Choi Minho itu.
Dengan setengah berbisik dan mencondongkan badannya ke kiri, Jiyeon berkata,”Aku tahu dia sangat tampan. Tapi aku tidak perlu seheboh dirimu.” Kata-kata Jiyeon membuat Luna mempoutkan bibirnya.

Sepulang sekolah, Jiyeon beristirahat di atap sekolah, tempat paling nyaman untuk tidur atau sekedar menenangkan pikiran.

Kini yeoja berambut panjang itu tengah menikmati waktu istirahatnya sembari menunggu jam masuk kerja. Jiyeon adalah tipe yeoja pekerja keras. Di usianya yang tergolong masih sangat muda, dia telah menjalani profesi apa saja yang termasuk kerja part-time. Semangatnya untuk hidup mandiri sangat kuat. Bukan karena orangtuanya kurang mampu. Tapi karena dia sendiri yang menginginkan hidup mandiri. Meskipun kerja part-time dimana-mana, Jiyeon tetap tidak melupakan tugas-tugas sekolahnya. Dia sudah berjanji pada appa dan eomma-nya bahwa pendidikan akan diutamakan di atas segalanya.

Jiyeon mulai membaca buku yang ia temukan di perpustakaan. Rupanya buku itu berisi sejarah kerajaan Dinasti Ming dari China. Jiyeon semakin bosan membaca buku itu. Buku itu lebih mirip dengan buku dongeng yang menceritakan seorang namja yang mendapat hukuman karena telah melukai gadis khayangan yang mencintainya. Peristiwa itu terjadi saat pemerintahan Dinasti Ming.
“Ah, ternyata hanya seperti itu. Dinasti Ming hanya sebagai cameo. Lagipula aku tidak suka sejarah. Jadi tidak perlu kulanjutkan. Lebih baik aku segera meluncur ke toko kue.”
Jiyeon beranjak dari tempat istirahatnya kemudian berjalan kaki sekitar 2km untuk sampai di toko kue. Berjalan kaki sejauh itu bagi Jiyeon bukanlah hal yang melelahkan. Sungguh, yeoja itu seperti besi yang tahan banting.

“Annyeong, silahkan menikmati…”

“Ahjussi ingin pesan kue apa?”

“Ah, araseo. Aku akan segera membungkusnya.”

“Gamsahamnida…”

Jiyeon baru saja selesai melayani tamu-tamu yang datang ke toko kue. Dengan begitu, berakhir juga pekerjaannya hari ini. Dulu selama 1 bulan menjadi karyawan tidak tetap, akhirnya kini Jiyeon menjadi karyawan tetap di toko kue itu. Hatinya sngat gembira.

Di perjalanan pulang naik bus, Jiyeon tertidur. Hari ini dia benar-benar lelah. Rasanya ingin segera sampai di apartemen lalu menikmati mimpinya. Jiyeon berharap kali ini dia bertemu dengan seorang namja tampan. Bahkan lebih tampan dari Choi Minho.

Sesampainya di apartemen yang tidak terlalu luas, Jiyeon segera ganti baju lalu merebahkan diri di kasur tipisnya. Tak berapa lama kemudian dia terlelap dalam tidurnya.

My BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang