Part 5

297 32 11
                                    

“Myungsoo-ssi, apa kau sudah terlihat?”
“Eoh,” jawab Myungsoo yang langsung berdiri di tengah-tengah deretan baju-baju dengan kostum yang super aneh.
Kali ini sangking anehnya kostum yang dipakai Myungsoo, para ahjumma semakin memandang mereka berdua intens seraya melontarkan komentar-komentarnya. Bagaimana tidak aneh? Myungsoo yang mengenakan kostum pendekar dengan kain yang berlapis-lapis khas khas zaman dulu dan menggunakan ikat kepala serta sepatu yang tidak lazim digunakan oleh masyarakat sekarang. Orang yang melihatnya pastilah berpendapat bahwa dia adalah aktor film laga, atau mungkin malah seseorang yang tergila–gila menjadi seorang pendekar. Itulah yang ada di pikiran para ahjumma yang melihatnya.

Sadar akan kondisi itu, Jiyeon berpura-pura mengeluh bahwa aktornya ini kehilangan koper bajunya setelah selesai syuting. Jadi mereka harus membeli baju ganti untuknya. Ide gila Jiyeon itu berhasil membungkam para ahjumma yang tadinya tak berhenti berkomentar.
“Kau keluar dulu. Aku akan membayar baju-bajumu di kasir.” Jiyeon melangkahkan kaki ke kasir yang terletak di ujung depan. Sedangkan Myungsoo keluar dengan memakai baju baru yang masih dibayar oleh Jiyeon.

Dalam perjalanan, Jiyeon memasang wajah kesal. “Myungsoo-ssi, kau berhutang penjelasan padaku,” ketus Jiyeon dalam perjalanan pulang.
“Penjelasan apa? Bukannya aku sudah menjelaskan banyak hal padamu?”
Jiyeon menghentikan langkahnya. “Mungkin aku bisa menerima kenapa kau tidak bisa dilihat oleh orang lain. Tapi kenapa hanya setelah menyentuhku kau bisa dilihat, eoh? Jelaskan!”
“Hmm rupanya kau ingin penjelasan tentang itu. Baiklah akan aku jelaskan. Aku akan bisa dilihat oleh orang lain jika aku menginginkannya dan jika kau menyentuhku. Kau kan orang yang memiliki buku itu. Jadi sebagai imbalannya, saat kau menyentuhku, aku benar-benar nyata. Kau bisa memukulku, menendangku atau yang lainnya. Araseo?”
Jiyeon manggut-manggut. Benar juga. Sebagai imbalannya jika Myungsoo menyebalkan maka dia akan memukulnya, pikir Jiyeon yang kemudian mengeluarkan senyum evil-nya. “Keudae, araseo. Kajja!”

Keesokan harinya Jiyeon kembali ke sekolah. Dalam perjalanan, dia memikirkan satu hal. “Myung…” tiba-tiba ia ingat bahwa tidak ada yang bisa melihat Myungsoo selain dirinya sendiri.

Greb!
Jiyeon memegang lengan Myungsoo agar namja itu dapat dilihat oleh orang lain.
“Yaak, kenapa tiba-tiba kau menyentuhku?” Myungsoo kesal karena Jiyeon menyentuhnya seenaknya saja. Tanpa bicara lebih dulu.
“Ah, mian. Aku lupa. Mian.” Mereka berhenti di depan pintu gerbang. Jiyeon sadar bahwa Myungsoo bukanlah seorang siswa, jadi dia tidak bisa masuk lingkungan sekolah seenaknya saja saat bisa dilihat. “Myongsoo-ssi… Bolehkah aku memanggil namamu Myungsoo saja? Ini kan sudah zaman modern. Jadi tidak perlu seformal itu.”
“Eoh,” jawab Myungsoo singkat.
Jiyeon melihat jam tangannya, masih ada waktu untuk ngobrol sedikit dengan Myungsoo.
“Hmm, Kim Myungsoo, apa kau juga merasakan hal yang dirasakan manusia? Seperti lapar, haus, mengantuk, atau bahkan jatuh cinta?”
Pertanyaan Jiyeon berhasil membuat Myungsoo tercengang. “Kenapa kau menanyakan itu?”
“Aku hanya penasaran. Cepat jawablah. Sebelum aku masuk ke kelas. Sebentar lagi bel berbunyi.”
“Ya, aku bisa merasakan hal-hal seperti itu. Aku bisa merasakan lapar, haus, mengantuk, dan….”
“Gumawo. Aku masuk dulu.” Jiyeon berlari meninggalkan Myungsoo di depan pintu gerbang.
Sedangkan Myungsoo lagi-lagi memandang heran pada yeoja yang menurutnya aneh. Baru kali ini dia bertemu dengan orang seaneh Jiyeon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang